Siapakah diantara mereka yang mempunyai Legitim Porsi? Kita harus memperhatikan syarat-syaratnya tersebut diatas.
A, B, D dan E adalah anggota keluarga dalam garis lurus. C bukan anggota keluarga dalam garis lurus.
A dan B bukan ahli waris yang terpanggil oleh Undang-Undang karena A dan B golongan II tertutup oleh D, E dan C golongan I.
Jadi dapat mendapat Legitim Porsi, berdasarkan syarat-syarat tersebut adalah hanya D dan E saja. Contoh 2 :
P = Pewaris,meninggalkan
A dan B = orang tua golongan II C
= istri golongan I D dan E = anak-anak golongan I tetapi meninggal dunia terlebih dahulu dari P, maka
yang memperoleh warisan adalah C seluruhnya, karena A dan B berada pada Golongan II sehingga tidak mendapat Legitim Porsi karena tertutup oleh C
yang berada pada Golonga I.
2. Besarnya Legitim Porsi LP
Besarnya Legitim Porsi ahli waris menurut pasal 914 KUHPerdata sebagai berikut: a. Keturunan
1 Jika hanya 1 orang anak, maka LP-nya = ½ dari yang sedianya diterima seandainya mewaris menurut UU
2 Jika 2 orang anak, maka LP-nya masing-masing = 23 dari yang sedianya diterima seandainya mewaris menurut UU masing-masing.
3 Jika 3 atau lebih orang anak, maka LP-nya masing-masing ¾ dari yang sedianya diterima seandainya mewaris menurut UU.
4 dalam Legitim Porsi juga dikenal penggantian tempat. b. Orang tua ke atas
Orang tua keatas mendapat,masing-masing ½ dari apa yang sedianya masing-masing diterima menurut UU.
c. Anak luar kawin Anak luar kawin mendapat Legitim Porsi sebesar ½ dari bagian yang sedianya diterima
seandainya mewaris menurut UU.
132
BAB IX YURISPRUDENSI HUKUM PERDATA
A. Istilah dan pengertian
Yurisprudensi merupakan salah satu sumber hukum formil di Indonesia. Sebagai sumber hukum maka segala keputusan yang terdapat dalam putusan tersebut mengikat dan memaksa untuk
dipatuhi oleh yang ditunjuk dalam putusan tersebut. Istilah yurisprudensi berasal dari kata’Jurisprudentia’latin yang berarti pengetahuan hukum
rechtgeleerdheid. Sebagai istilah teknis Indonesia, sama artinya dengan ‘jurisprudentia’Belanda dan Jurisprudence Perancis yaitu ‘peradilan tetap’ atau ‘hukum peradilan’. Hal ini berbeda dengan
kata ‘Jurisprudence’ Inggris yang berarti ‘teori ilmu hukum’algemene rechtsleer, atau generale theory of law. Sedangkan untuk Yurisprudensi dipergunakan istilah’case law’ atau ‘judge made
law’.
210
Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang sama. Hal ini berarti pula bahwa
yurisprudensi adalah hasil penetapan seorang hakim terhadap masalah atau perkara yang dihadapinyadan yang merupakan hasil ijtihad-nya karena untuk perkara tersebut, tidak ada undang –
undang yang mengaturnya atau kurang jelas undang – undangnya yang kemudian diikuti oleh hakim yang lain. Istilah yurisprudensi di Indonesia, sering digunakan juga untuk menyebut
kumpulan putusan pengadilan.
211
Dasar hukum yurisprudensi di Indonesia ini merujuk pada Pasal 14 dan Pasal 27 Undang – Undang Pokok kekuasaan Kehakiman. Yang telah diubah dengan Pasal 16 dan Pasal 28 UU NO. 4
Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman baru. Pasal 16 menyatakan:
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa dan megadilinya. Pasal 28 menyatakan:
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib mengadili, mengikuti dan memahami nilai – nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.
210
Titik Triwulan Tutik, op. cit., h.351. 211Ibid., h.352.
133