setiap benda dan atas setiap bagian dari benda-benda tak bergerak. Dengan demikian dibayarnya sebagian dari Utang tidak mengurangimenyediakan sebagian dari benda yang menjadi jaminan.
5. Hapusnya hipotek Menurut Pasal 1209 KUHPerdata hipotek hapus :
a. Karena hapusnya perikatan pokok. b. Karena pelepasan hipotek oleh kreditur.
c. Karena pembersihan zuivering yang dilakukan dengan putusan pengadilan. Yang sering terjadi dalam praktek ialah yang disebut pada sub a bilamana piutang yang
dijamin dengan hipotek telah dibayar lunas,maka hipotek dengan sendirirnya hapus sifat accesoir dari hipotek .
Selain daripada yang disebut dalam pasal 1209 KUHPerdata masih ada kemungkinan – kemungkinan lain yang menyebabkan hipotek hapus, antara lain : karena musnah atau hilangnya
kapal laut atau kapal terbang tersebut.
b. Kapal terbang Keputusan Menteri Perhubungan SK 13S1971
Ketentuan mengenai lembaga jaminan pesawat terbang diatur dalam Pasal 9, 10, dan 12 UU No.15 Tahun 1992 tentang Penerbangan mengenai pendaftaran dan kebangsaan pesawat terbang
serta lembaga jaminan pesawat terbang. Hingga saat ini di Indonesia belum di atur mengenai sifat kebendaan dari pesawat terbang,
berbeda dengan kapal laut. Dalam prakteknya, orang menganggap pesawat terbang sebagai kebendaan yang bergerak, meskipun ia dapat didaftarkan sebagaimana halnya kebendaan-
kebendaan tidak bergerak yang ada dan dikenal dalam hukum perdata Indonesia. Karena sifat kebendaan yang di anggap bergerak itu, maka pesawat terbang pada pokoknya hanya akan dapat
dijadikan jaminan dalam bentuk Fidusia. Walau demikian berdasarkan konvensi Geneva 1948 tentang Convention on the International recognition of the in aircraft, diakui secara tegas jaminan
dalam bentuk hipotek mortgages atas pesawat terbang. Hal ini tampaknya disadur kembali oleh undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 yang menyatakan secara tegas bahwa Undang-undang
Jaminan Fudisia tersebut tidak berlaku bagi pesawat terbang.
167
Dalam Pasal 9 UU Penerbangan diatur bahwa pesawat terbang yang akan dioperasikan di Indonesia wajib mempunyai tanda pendaftaran Indonesia. Dalam hal ini, tidak semua pesawat
terbang dapat mempunyai tanda pendaftaran Indonesia, kecuali pesawat terbang Sipil yang tidak didaftarkan di negara lain dan memenuhi salah satu ketentuan dan syarat dibawah ini :
1 Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia atau dimiliki oleh Badan Hukum Indonesia; 2 Dimiliki oleh Warga Negara Asing atau Badan Hukum Asing dan dioperasikan oleh Warga
Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia untuk jangka waktu pemakaian minimal 2
167
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op. cit., h.99.
99
dua tahun secara terus menerus berdasarkan suatu perjanjian sewa beli, sewa guna usaha, atau bentuk perjanjian lainnya;
3 Dimiliki oleh instansi pemerintah; 4 Dimiliki oleh lembaga tertentu yang diizinkan pemerintah.
Secara khusus ketentuan mengenai pendaftaran pesawat terbang Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan pendaftaran pesawat terbang sipil diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah. Selain tanda pendaftaran Indonesia , sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 10 UU
Penerbangan, pesawat terbang dan helikopter yang akan dioperasikan di Indonesia wajib pula mempunyai tanda kebangsaan Indonesia. Tanda kebangsaan Indonesia dimaksud hanya akan
diberikan kepada pesawat terbang dan helikopter yang telah mempunyai tanda pendaftaran Indonesia. Persyaratan dan tata cara memperoleh dan mencabut tanda kebangsaan Indonesia bagi
pesawat terbang dan helikopter dan jenis-jenis tertentu dari pesawat terbang dan helikopter yang dapat dibebaskan dari kewajiban memiliki tanda kebangsaan Indonesia, akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah. Dengan diterapkannya pendaftaran terhadap Pesawat Terbang, maka memberikan sifat hak
kebendaan yang kuat kepada pemilik dan hak itu mengikuti bendanya ditangansiapapun benda itu berada. Dalam praktek, hal ini memberikan perlindungan yang kuat kepada pemilik, karena pemilik
dapat mempertahankan haknya terhadap khalayak umum publik. Dengan demikian secara yuridis pesawat terbang atau helikopter merupakan benda yang
dapat dijadikan sebagai jaminan pelunasan suatu utang agunan sepanjang pesawat terbang atau helikopter tersebut telah mempunyai tanda pendaftaran dan kebangsaan Indonesia. Hal tersebut
diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 15 tahun 1992 tentang Penerbangan yang secara lengkap berbunyi sebagai berikut :
1 Pesawat terbang dan helikopter yang telah mempunyai tanda pendaftaran dan kebangsaan Indonesia dapat dibebani Hipotek.
2 Pembebanan Hipotek pada pesawat terbang dan helikopter sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus didaftarkan.
3 Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran hipotek pesawat udara sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan seluruh penjelasan tersebut di atas, maka disimpulkan oleh Achmad Susetyo dan Pudyo Bayu Hartawan bahwa pengikatan pesawat terbang dan helikopter dilaksanakan melalui
pembebanan hipotik.
168
Lembaga yang berwenang mencatat pendaftaran dan menerbitkan Sertipikat
168Achmad Susetyo dan Pudyo Bayu Hartawan, “Pengikatan Jaminan Pesawat Terbang, “Blog Achmad Susetyo dan Pudyo Bayu Hartawan.
httpmkn-unsri.blogspot.com201002pengikatan-jaminan-pesawat-
100
Hipotik atas pesawat terbang dan helikopter dalam prakteknya diadakan oleh departemen perhubungan.
169
seperti halnya kapal laut. Tetapi berdasarkan penelitian Achmad Susetyo dan Pudyo
Bayu Hartawan,
170
peraturan pemerintah yang mengatur mengenai pembebanan hipotek atas pesawat terbang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 13 ayat 3 UU No. 15 tahun 1992 tentang
Penerbangan sampai saat ini belum direalisasikan, sehingga pelaksanaan pembebanan Hipotek atas Pesawat Terbang masih belum jelas dan belum bersifat nasional, yang artinya tidak semua Dinas
Perhubungan yang nantinya diharapkan sebagai badan yang melakukan registrasi terhadap pembebanan Hipotek atas Pesawat Terbang dapat menerima atau bersedia melakukan pencatatan
terhadap pembebanan Hipotek atas pesawat terbang, atau dengan kata lain belum ada badan yang ditunjuk secara resmi sebagai badan yang berwenang melakukan registrasi terhadap pembebanan
Hipotek atas pesawat terbang, sebagaimana Kantor Pendaftaran Fidusia dalam hal pembebanan Fidusia, Kantor Pertanahan BPN dalam hal pembebanan Hak Tanggungan atau Kantor
Syahbandar dalam hal pembebanan Hipotek atas kapal. Sedangkan tata cara pendaftarannya seperti halnya penjaminan kapal laut dalam bentuk
hipotek, maka dalam perjanjian hipotik pesawat terbang dan helikopter beberapa dokumen tersebut di bawah ini perlu untuk diperhatikan dan dilengkapi:
171
a. Surat tanda pendaftaran pesawat terbang; b. Surat tanda kelaikan udara;
c. Surat tanda kemampuan motor. Surat tanda Pendaftaran Pesawat terbang atau Pesawat Terbang, harus dikuasai secara fisik
oleh kreditor. Kedua surat yang disebut terakhir diperlukan untuk menjamin bahwa telah diadakan pemeriksaan yang baik dan akurat atas pesawat terbang yang dijaminkan, sehingga masih memiliki
arti ekonomis sebagai jaminan, disamping menjamin bahwa pesawat terbang tersebut memang masih layak dioperasikan, sehingga debitor masih mampu melunasi utangnya kepada kreditor
melalui hasil penerimaan pengoperasian pesawat terbang tersebut.
172
terbang.html15 Nopember 2008 169Gautama : Pengaruh Perdagangan dan Penanaman Modal Asing terhadap pembaharuan Hukum Nasional,
ceramah pada Seminar Hukum Nasional ke III di Surabaya, hal. 6 dan 9. 170Achmad Susetyo dan Pudyo Bayu Hartawan, loc. cit. .
171
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op. cit., h.99. 172Ibid., h.99.
101
Tidak beda dengan jaminan kapal laut secara hipotek, maka pada penjaminan pesawat terbang ini selain pembuatan perjanjian penjaminan, kreditor perlu juga untuk membuat perjanjian-
perjanjian tersebut di bawah ini :
173
a. Perjanjian Pengalihan Hak atas Klaim Asuransi Pesawat Terbang. b. Perjanjian Pengalihan Hak atas Tagihan Penyewaan Pesawat Terbang yang dimiliki oleh
debitor atas pihak ketiga yang menyewa pesawat terbang debitor c. Perjanjian gadai atas Perjanjian Penyewaan Pesawat terbang yang di buat oleh debitor
dengan pihak ketiga. Ketiga perjanjian ini juga dibuat guna melindungi kepentingan kreditor atas kemampuan
debitor guna melunasi utangnya. Sebagai tambahan dalam UU Penerbangan 2009 UU No. 1 Tahun 2009 yang baru
ketentuan mengenai penjaminan pesawat terbang diatur dalam pasal 71 sd 82, tetapi tetap tidak menyentuh pengaturan mengenai pembebanan hipotik pesawat terbang. Dengan demikian
sebaiknya sebelum ada yang mengaturnya lebih lanjut pembebanan fidusia juga bisa dibebankan atasnya apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang berkepentingan, walaupun pembebanan melalui
Fidusia bertentangan dengan ketentuan Pasal 3 ayat 3 UU No. 42 tahun 1999 tentang Fidusia yang secara tegas menyebutkan bahwa Fidusia tidak berlaku terhadap atas pesawat terbang.
Fidusia 1 . Dasar Hukum dan Pengertian Fudicia
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, sering disebut sebagai jaminan hak milik secara kepercayaan, yang keberadaannya didasarkan pada
yurisprudensi Mahkamah Agung Belanda tanggal 18 Agustus 1932. Berdasarkan putusan ini, fiducia hanya berlaku bagi benda bergerak, namun dalam prakteknya kemudian orang sudah
menggunakan fidusia untuk barang-barang tidak bergerak. Yang diserahkan sebagai jaminan adalah hak milik kepada kreditor Penerima Fidusia tetapi barangnya tetap di kuasai debitor Pemberi
Fidusia- penyerahan constitutum possessorium. Pada prinsipnya, apabila suatu barang dijaminkan dengan fiducia berarti kepemilikan atas barang tersebut beralih kepada kreditor, tetapi penguasaan
barang itu tetap pada debitor.
174
Setelah lahirnya yurisprudensi tersebut lembaga fidusia berkembang dengan baik disamping gadai dan hipotik.
173Ibid., h.100. 174 .Peter Mahmud Marzuki, Tinjauan atas UU No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia , Mataram, 6-7 Desember 1999, h.2, lihat juga Salim HS, op. cit., h.126.
102
UU Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 September 1999 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No.168.
Dasar pertimbangan ditetapkannya UU Fiducia adalah: a. Bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas
tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga jaminan;
b. Bahwa jaminan fiducia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan masi didasarkan pada yurispedensi dan belum diatur dalam preturan perundangan-undangan secara lengkap dan
komperehensif. c. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu pembangunan
nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan, maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap mengenai jaminan fiducia
dan jaminan tersebut perlu didaftarkan di Kantor pendaftaran Fiducia; d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, b, dan c
dipandang perlu membentuk Undang-Undang Jaminan fiducia. UU No. 42 Tahun 1999 terdiri atas 8 bab dan 41 pasal. Undang-Undang ini dimaksudkan
untuk:
175
a. Menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan fiducia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada para
pihak yang berkepentingan; b. Memberikan kemudahan bagi pihak yang menggunakannya, khususnya bagi pemberi
fiducia, namun sebaliknya karena jaminan fiducia tidak didaftarkan, kurang menjamin kepentingan pihak yang menerima fudicia karena memberi fiducia mungkin saja menjaminkan benda yang telah
fibebani dengan fiducia kepada pihak lain tanpa sepengetahuan penerima fiducia. Pengertian Fiducia menurut Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 42 Tahun 1999 adalah :
pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa yang hak kepemilikannya diadakan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu.
Berikut di bawah ini beberapa istilah yang terkait dengan Jaminan Fidusia, sebagai berikut :
176
a Jaminan Fidisia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani dengan hak hak tanggunan.
175 Salim HS, ibid., h.127. 176 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op. cit., 129.
103
b Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran. c Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi
objek jaminan fidusia. d Penerima Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang
yang pembayarannya dijamin dengan fidusia. e Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik
dalam mata uang Indonesia atau mata uang lainnya, baik secara lansung maupun kontinjen.
f Kreditor adalah adalah pihak yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang- undang.
g Debitor adalah pihak yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang. h Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
Dari beberapa istilah di atas, nampak bahwa “fidusia” dibedakan dari “jaminan fidusia” dimana “fidusia” merupakan suatu proses hak kepemilikan dan “jaminan fidusia” adalah jaminan
yang diberikan dalam bentuk fidusia. Objek jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 42 Tahun 1999, sebagai
berikut : Jaminan fidusia adalah hak atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
tanggungan yang tetap berada dalam penguasan pemberi fiducia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima
fiducia terhadap kreditor lainnya.
Berdasarkan definsi di atas dapat dikemukakan bahwa benda yang dapat dijadikan jaminan fiducia adalah:
a. Benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud ; b. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan,
berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah susun. 2 . Objek dan Subjek jaminan Fiducia
Sebelum berlakunya UU Nomor 42 Tahun 1999, maka yang menjadi objek jaminan fiducia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan inventory, benda dagangan,
piutang, peralatan mesin, dan kendaraan bermotor
177
, tetapi dengan berlakunya UU Nomor 42 Tahun 1999, maka objek jaminan fiducia diberikan pengertian yang luas.
Berdasarkan UU ini objek jaminan fiducia dibagi dua macam, yaitu: a. Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud;
177Ibid., h.128.
104
b. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani Hak Tanggungan. Yang dimaksud dengan bangunan di sini dalam kaitannya dengan bangunan rumah susun,
sedangkan yang dapat menjadi subjek dari jaminan fiducia adalah pemberi dan penerima fiducia. Pemberi fiducia adalah perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan
fiducia, sedangkan penerima fiducia adalah orang perorangan atau korporasi yang mempumyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fiducia.
178
3. Pembebanan Fiducia Pembebenan jaminan fiducia diatur dalam pasal 4-10 UU Nomor 42 Tahun 1999, sifat
jaminan fiducia adalah perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Pembebanan jaminan fiducia dilakukan dengan
cara berikut ini:
179
a. Di buatdengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Akta jaminan sekurang-kurangnya memuat: 1. Indentitas pihak memberi fiducia dan penerima fiducia;2. Data perjanjian pokok
yang di jamin fiducia; 3. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fiducia; 4. Nilai penjaminan; 5. Nilai benda yang menjadi jaminan fidusia.
b. Utang yang pelunasannya dijaminkan dengan jaminan fiducia adalah :1. Utang yang telah ada; 2. Utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah
tertentu; 3. Utang yang pada utang eksekusi dapat di tentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suau prestasi.
c. Jaminan fiducia dapat di berikankepada lebih dari satu fiducia atau kepda kuasa atau wakil dari penerima fiducia.
d. Jaminan fiducia dapat di berikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan di berikan maupun yang diperoleh
kemudian. Pembebanan jaminan atas benda atau piutang yang di peroleh kemudian tidak perlu di lakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri kecuali diperjanjikan lain, seperti: 1. Jaminan
fiducia, meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fiducia; 2. Jaminan fiducia, meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fiducia diasuransikan.
4. Pendaftaran jaminan fiducia Pendaftaran jaminan fiducia di atur dalam Pasal 11-18 UU Nomor 42 Tahun 1999. Benda
yang dibebani jaminan fiducia wajib didaftarkan. Pendaftaran dilakukan pada kantor pendaftaran fiducia. Untuk pertama kalinya kantor pendaftaran Fiducia didirikan di Jakarta dengan wilayah
kerja mencakup seluruh wilayah RI. Kantor pendaftaran fiducia berada dalam lingkup tugas
178Ibid. . 179Ibid., h.128-129.
105
Departemen Hukum dan Perundang-undangan. Prosedur dalam pendaftaran jaminan fiducia di kemukakan berikut ini :
180
a. Penerima fiducia, kuasa atau wakilnya mengajukan permohonan pendaftaran fiducia pada Kantor Pendaftaran Fiducia, dengan melampirkan pernyataan pendaftaran fiducia. Pernyataan
itu memuat : 1. Indentitas pihak pemberi dan penerima fiducia; 2. Tempat, nomor akta jaminan fiducia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fiducia; 3.Data
perjanjian pokok yang dijamin fiducia; 4. Uraian mengenai objek benda jaminan yang menjadi objek jaminan fiducia; 5. Nilai penjaminan; 6. Nilai benda yang menjadi objek benda jaminan
fiducia. b. Kantor Pendaftaran Fiducia mencatan jaminan fiducia dalam buku daftar fiducia pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. c. Membayar biaya pendaftaran fiducia
d. Kantor Pendaftaran Fiducia menerbitkan dan menyerahkan kepada penerima Fiducia sertifikat jaminan fiducia pada tanggal yang sama dengan penerimaan permohonan pendaftaran.
Sertifikat jaminan fiducia merupakan salinan dari Buku Daftar Fiducia. Hal-hal yang tercantum dalam sertifikat jaminan fiducia dikemukakan berikut ini:
181
1. Dalam judul sertifikat jaminan fiducia dicantumkan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA”. Sertifikat jaminan ini mempunyai kekuatan eksekuatorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Apabila debitor cedera janji,
penerima fiducia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fiducia atas kekuasaannya sendiri.2. Di dalam sertifikat jaminan fiducia dicantumkan hal-hal berikut ini : a.
Identitas pihak pemberi dan penerima fiducia;b.Tempat, nomor akta jaminan fudicia, nama, dn tempat kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fiducia; c.Data perjanjian pokok yang di
jamin fiducia; d.Uraian mengenai objek benda jaminan yang menjadi objek jaminan fiducia; e.Nilai penjaminan; f.Nilai benda yang menjadi objek benda jaminan fiducia.
e. Jaminan fiducia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal di catatnya jaminan fiducia dalam buku daftar fiducia.
Apabila sertifikat jaminan terjadi perubahan terhadap substansinya maka :1. Permohonan pendaftaran atas perubahan diajukan kepada kantor pendaftaran fiducia;2. Kantor pendaftaran
fiducia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan perubahan, melakukan pencatatan perubahan tersebut dalam buku daftar fiducia dan menerbitkan pernyataan perubahan
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sertifikat jaminan fiducia pasal 16 UU nomor 42 tahun
180Ibid., h.129-131. 181Ibid.,h. 130-131.
106
1993 pemberi fiducia di larang melakukan fiducia ulang terhadap benda yang jadi objek jaminan fiducia ulang terhadap benda yang menjadi objek jaminan fiducia yang sudah terdaftar keterangan
mengenai benda yang menjadi objek jaminan fiducia yang ada pada kantor pendaftaran fiducia terbuka untuk umum.
5. Pengalihan fiducia Pada dasarnya pengalihan hak atas utang cessi dengan jaminan fiducia dapat di alihkan
oleh penerima fudicia kepada penerima fiducia baru kreditor baru. Kreditor baru inilah yang melakukan pendaftaran tentang beralihnya jaminan fiducia pada kantor pendaftaran fiducia.
Pemberi fiducia dilarang untuk mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek fiducia karena jaminan fiducia tetap mengikuti benda yang menjadi
objek jaminan fiducia dalam tangan siapapun benda tersebut berada pengecualian dari ketentuan ini adalah bahwa pemberi fiducia dapat mengalihkan atas benda persediaan yang menjadi objek
jaminan fiducia.
182
6. Hapusnya jaminan fiducia Ada tiga penyebab hapusnya jaminan fiducia, yaitu :
a. Hapusnya utang yang di jamin fiducia antara lain karena pelunasan dan bukti hapusnya utang berupa keterangan yang di buat kreditor.
b. Pelepasan hak atas jaminan fiducia oleh penerima fiducia . c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fiducia Pasal 25 UU No. 42 Tahun
1999. Musnahnya benda jaminan fiducia tidak menghapuskan klaim asuransi. Supaya jaminan
fiducia itu dapat di roya maka penerima fiducia memberitahukan kepada kantor pendaftaran fiducia mengenai hapusnya jaminan fiducia, dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang,
pelepasan hak, atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fiducia. Dengan adanya pemberitahuan tersebut, kantor Pendaftaran Fiducia melakukan pencoretan pencatatan jaminan
fiducia daftar Fiducia. Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fiducia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan “Sertifikat jaminan fiducia yasng bersangkutan tidak berlaku lagi”.
183
7. Hak mendahului Hak mendahului di atur dalam Pasal 27-28 UU Nomor 42 tahun 1999. Yang di maksud
dengan hak mendahului adalah hak penerima fiducia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fiducia.
182Ibid., h.131. 183Ibid., h.131-132.
107
Berdasarkan defenisi ini, jelas bahwa hak untuk mengambil pelunasan piutang untuk diutamakandidahulukan kepada penerima fiducia, tetapi apabila benda yang sama di jadikan objek
untuk lebih dari satu jaminan fiducia, maka hak yang didahulukan diberikan kepada pihak yang lebih dahulu mendaftarkannya pada Kantor Pendaftaran Fiducia.
184
8. Eksekusi jaminan fiducia Eksekusi jaminan fiducia di atur dalam Pasal 29-34 UU Nomor 42 Tahun1999. Yang
dimaksud dengan eksekusi jaminan fiducia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fiducia.
Penyebab timbulnya eksekusi jaminan fiducia ini adalah karena debitor atau pemberi fiducia cedera janji wanprestasi atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima
fiducia. Ada empat cara eksekusi benda jaminan fiducia, dikemukakan berikut ini:
185
a. Pelaksanaan title eksekutorial oleh penerima fiducia. Yang dimaksud dengan title eksekutorial adalah kekuatan eksekusi yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fiducia atas kekuasaan penerima fiducia
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualannya.
c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukak berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fiducia, jika dengan cara demikian dapat diperoleh dengan harga tertinggi
yang menguntungkan para pihak. Penjualan ini dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak diberitahukan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima
fiducia kepada pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam bulan 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan pasal 29 UU Nomor 42
Tahun 1999 Untuk melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fiducia, maka pemberi fiducia wajib
menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fiducia. Apabila benda yang menjadi objek jaminan fiducia terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual di pasar atau di bursa,
penjualanya dapat dilakukan ditempat-tempat tersebut sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Ada dua kemungkinan dari hasil pelelangan atau penjualan barang jaminan
fiducia, yaitu:
186
184Ibid., h.132. 185Ibid., 132-133.
186Ibid., h.133.
108
a. Hasil eksekusi menilai hasil penjaminan, penerima fiducia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fiducia;
b. Hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitor atau pemberi fiducia tetap bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar.
Ada dua janji yang dilarang dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fiducia,yaitu:
187
a. Janji melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fiducia dengan cara yang bertentangan dengan pasal 29 UU Nomor 42 tahun 1999;
b. Janji yang memberi kewenangan kepada penerima fiducia untuk memiliki benda yang menjadi objek jaminan fiducia apabila debitor cedera janji. Kedua macam perjanjian
tersebut adalah batal demi hukum. Artinya bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.
c. Gadai