a. Perjanjian perdagangan dan perkapalan antara Nederland dengan Jepang. b. Belanda memberikan peluang kepada Jepang untuk dipersamakan dengan orang Eropah
demi mempermudah perjanjiantransaksi. 4.Orang yang tidak termasuk orang BelandaEropah tetapi taat pada hukum keluarga yang
sama dengan hukum keluarga yang terdapat dalam BW seperti: orang Amerika, Kanada, Afrika Selatan, Australia, Selandia Baru dsb. Terhadap golongan Eropah ini ditundukkan
sepenuhnya BW. b. Golongan Timur Asing dapat dibedakan atas 2 macam :
1. Golongan Timur Asing berbangsaTionghoa China,atasnya berlaku sebagian besar ketentuan BW kecuali tentang upacara yang mendahului pernikahan serta penahananpenangguhan
pernikahan, adopsi dan kongsi diatur tersendiri. 2. Golongan Timur Asing berbangsa bukan Tionghoa China seperti :Orang Arab, India,
Pakistan dsb.Terhadap mereka tersebut diatas yang diberlakukan dari BW hanya dibidang hukum harta kekayaan harta benda , sedangkan hukum keluarga dan hukum waris kecuali
testamen wasiat berlaku hukum adatnya masing-masing.Yang dimaksud dengan Hukum adat bagi orang-orang Arab adalah Hukum Islam yang dianutnya. Terhadap orang-orang
Arab ini sangat tidak memungkinkan untuk ditundukkan pada hukum hukum keluarga dan waris Belanda karena terdapat perbedaan nilai tentang perbuatan tertentu, misalnya Hukum
Islam membolekan poligami sedangkan BW tidak membolehkan. c. Golongan Bumi putera
Yang termasuk didalam golongan Bumi Putera adalah orang Indonesia asli yang tidak beragama Kristen. Terhadap mereka diberlakukan hukum Adatnya masing-masing. Pada masa itu
van Vollenhoven dalam bukunya Het Adatrecht van Nederlands Indie membagi hukum adat atas 19 wilayah hukum rechtskringen.
B. Masa Penjajahan Jepang
Jepang menduduki Indonesia dari Tahun 1942 sampai dengan 1945.Satu-satunya peraturan pokok yang dikeluarkan pemerintahan Jepang pada saat menjajah Indonesia kurang lebih tiga 3
tahun, adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1942 Pasal 3 pada tanggal 8 Maret 1942 yang dikeluarkan oleh pembesar Balatentara Dai Nippon yang berbunyi :
28
Semua badan-badan pemerintahan kekuasaannya, hukum dan undang-undang adri pemerintah yang dulu, tetap diakui buat sementara waktu, asal saja tidak bertentangan
dengan aturan pemerintah militer.
28Badu Wahab P, op. cit., h.41.
13
Ketentuan di atas merupakan legalitas formal juga berlakunya semua ketentuan yang dtinggalkan oleh Belanda, walaupun dalam kenyataannya yang berlaku adalah hukum militer
Jepang. Berdasarkan ketentuan hukum tersebut di atas maka semua badan-badan, wilayah kekuasaan
dan produk hukum peninggalan Belanda pada penjajahan Jepang masih lansung diberlakukan.
C. Masa Kemerdekaan
Keadaan berlakunya hukum pada zaman jepang sama halnya dengan setelah merdeka, yakni bahwa segala badan negara dan hukum yang sudah ada masih tetap berlaku sebelum diadakan yang
baru. Dasar berlakunya hukum belanda setelah Indonesia merdeka adalah :
a. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi : Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan
yang baru menurut UUD ini. b. PP. No. 2 tahun 1945, pasal 1 yang berbunyi :
Segala badan-badan negara dan peraturan-peraturan yang ada sampai berdirinya Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, selama belum diadakan yang baru
menurut UUD masih berlaku asal saja tidak bertentangan dengan UUD tersebut.
Pada zaman Hindia Belanda terdapat kecenderungan peraturan perundangan yang menunjukkan hierarki pluralisme hukum, yaitu dengan adanya sejumlah peraturan perundang-
undangan yang mengatur hukum perkawinan, seperti: a. Burgerlijke Wetboek, Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23.
b. Regeling op de Gemengde Huwelijken, Staatsblad Tahun 1898 Nomor 158. c. Huwelijke Ordonnantie Christen Inlanders, Staatsblad Tahun 1933 Nomor 74.
d. Huwelijksordonnantie, Staatsblad Tahun 1929 Nomor 348 Peraturan tentang Perkawinan dan Perceraian bagi Orang-orang Islam di Jawa dan Madura.
e. Vorstenlandse Huwelijksordonnantie, Staatsblad Tahun 1933 Nomor 98 jo. Staatsblad Tahun 1941 Nomor 320 Peraturan tentang Perkawinan dan Talak
Perceraian bagi Orang-orang Islam di Gubernemen Surakarta dan Yogyakarta . f. Huwelijsordonnantie Buitengewesten, Staatsblad Tahun 1932 Nomor 482.
Hingga awal kemerdekaan peraturan di atas masih tetap berlaku, kecuali Huwelijks ordonnantie, Staatsblad Tahun 1929 Nomor 348 Peraturan tentang perkawinan dan perceraian bagi
orang-orang Islam di Jawa dan Madura dan Vorstenlandse Huwelijksordonnantie , Staatsblad Tahun 1933 Nomor 98 jo.Staatsblad Tahun 1941 Nomor 320 Peraturan tentang perkawinan dan
14
talak perceraian bagi orang-orang Islam di Gubernemen Surakarta dan Yogyakarta dan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 Undang-Undang tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan
Rujuk dinyatakan tidak berlaku lagi dan dengan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 1954 Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 98, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 dinyatakan
berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia. Pasal 102 Undang-Undang Dasar Sementara mengamanatkan perlu segera dilakukannya
usaha – usaha ke arah kodifikasi dan unifikasi hukum termasuk hukum perkawinan. Namun, hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 yang menyatakan diberlakukannya kembali
Undang-Undang Dasar 1945, usaha-usaha itu tidak terwujud.Setelah melalui perjalanan panjang, usaha yang tidak kenal menyerah ini, pada tanggal 2 januari 1974 berhasil mengundangkan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinann Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019.
29
29I Gede AB Wiranata , op. cit., h.271-272.
15
BAB III HUKUM TENTANG ORANG
A. Konsep Dasar
Istilah hukum tentang orang berasal bahasa Belanda dari terjemahan kata “personenrecht”. Dalam KUHPerdata tidak ditemukan pengertian tentang hukum orang, sebab itu
hanya berdasarkan doktrin ilmuan hukum sebagaimana yang dikemukakan oleh Subekti bahwa:
30
Hukum orang adalah peraturan tentang manusia sebagai subyek dalam hukum, peraturan- peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk bertindak sendiri,
melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan itu.
Menurut berbagai pakar pengertian tersebut kurang lengkap, karena pengertian yang dikemukakan di atas hanya merujuk hukum orang dari aspek ruang lingkupnya, yang meliputi
subyek hukum, kecakapan hukum dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
31
Pengertian secara lebih lengkap dikemukakan oleh SalimHS sebagai berikut:
32
Hukum orang adalah keseluruhan kaedah-kaedah hukum yang mengatur tentang subyek hukum dan wewenangnya, kecakapannya, domisili dan catatan sipil.
Definisi terakhir, mengandung dua 2 cakupan, yaitu : wewenang subyek hukum dan ruang lingkup pengaturan hukum orang. Wewenang pada hakekatnya merupakan hak dan kekuasaan dari
seseorang untuk melakukan perbuatan hukum. Wewenang tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : 1 wewenang untuk mempunyai hak, dan wewenang untuk melakukan
perbuatan hukum dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
33
Hak menurut Satjipto Raharjo
34
adalah kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada seseorang, dengan maksud untuk melindungi kepentingan seseorang tersebut. Hak tersebut
merupakan pengalokasian kekuasaan tertentu kepada sesorang untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.
Bila mengikuti pandangan tersebut di atas, nampak bahwa hanya kekuasaan tertentu saja yang diberikan oleh hukum kepada seseorang dan tidak setiap kekuasaan di dalam masyarakat
disebut hak.
30Subekti, op. cit., h.9. 31Titik Triwulan Tutik, op. cit., h.35
32Salim HS, , op. cit.h.19. 33Titik Triwulan Tutik, op. cit., h.36
34Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum Bandung: Alumni, 1982,h.94.
16