BAB VII HUKUM PERIKATANPERJANJIAN
A. Pengertian PerikatanPerjanjian
1. Pengertian Perikatan Yaitu suatu perhubungan hukum antara dua orang atau lebih diamana pihak yang satu
berhak untuk menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu,contohnya : A menyewa rumah B , maka A berhak menuntut tinggal
sementara di rumah sewaan tersebut dan B berkewajiban untuk menyewakan rumahya pada A tersebut.
2. Pengertian Perjanjian, menurut :
a. Pasal 1313 KUHPerdata suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
b. Subekti adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji. Pengertian perjanjian sebagaimana yang diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata. Tidak tepat
oleh karena bukannya satu orang atau lebih mengikatkan diri akan tetapi kedua belah pihak saling mengikatkan dirinya untuk melakukan sesuatu hal.
Yang dimaksud sesuatu hal yang harus dilakukan adalah sesuatu yang bisa dituntut prestasi, berupa :
1. Menyerahkan sesuatu barang bukang sembarang barang. 2. Melakukan sesuatu perbuatan.
3. Tidak melakukan sesuatu perbuatan. Jadi, hubungan antara perikatan dengan perjanjian adalah perjanjian menerbitkan perikatan,
tetapi perikatan belum tentu lahir dari perjanjian.
B. Sumber-sumber Perikatan
1. Undang-Undang Dalam suatu perikatan yang lahir dari undang-undang asas kebebasan membuat perjanjian
tidak berlaku, karena suatu perbuatan yang dilakukanterjadi tidak memerlukan perjanjian sebelumnya antara kedua belah pihak.Suatu perbuatan menjadi perikatan karena ditentukan oleh
undang-undang. Dasar hukum perikatan yang lahir dari undang-undang yaitu : Pasal 1352-1380
KUHPerdata. Untuk terjadinya perikatan yang lahir dari undang-undang harus selalu dikaitkan
116
dengan suatu kenyataan atau peristiwa tertentu sebagaimana makna dari Pasal 1352 KUHPerdata sebagai berikut :
Perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang, timbul dari undang-undang saja atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan manusia
Mengacu pada ketentuan di atas, ada dua 2 macam perikatan yang bersumber dari undang- undang, yaitu :
1. perikatan yang lahir dari undang-undang saja Yaitu perikatan yang timbul karena adanya hubungan kekeluargaan, misalnya hak dan
kewajiban alimansi Pasal 104 KUHPerdata jo 41 UUP , alimentasi Pasal 46 UUP 2. Perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan manusia
Perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan manusia, dapat dibedakan atas dua 2 macam, yaitu :
a. Perbuatan manusia yang dibolehkan hukum rechtmatige daad Pasal 1352 KUHPerdata menentukan bahwa perbuatan manusia berdasarkan haknya,
meliputi :
189
1. Perwakilan sukarela zaakwaar-neming-diatur dalam Pasal 1354- 1358KUHPerdata, yaitu mengurus kepentingan orang lain tanpa diminta oleh pihak yang diuruskan
kepentinganya, artinya tindakan yang dilakukannya bukanlah suatu kewajiban dari undang-undang; 2.Pembayaran tak terutang onverschuldigde betalling-diatur dalam Pasal 1359KUHPerdata,
bahwa seseorang yang membayar tanpa adanya utang, berhak menuntut kembali apa yang telah dibayarkan, dan yang menerimanya tanpa hak berkewajiban untuk mengembalikan ; dan 3.
Perikatan alam naturlijke verbintenis- diatur dalam Pasal 1359 ayat 2 KUHPerdata, bahwa perikatan alam yang secara sukarela dipenuhi, tidak dapat dituntut pengembaliannya, misalnya
pembayaran bunga yang tidak diperjanjikan. b. Perbuatan manusia yang melanggar hukum onrechmatige daad
Pasal 1353 KUHPerdata mengatur tentang perbuatan manusia yang melanggar hukum, misalnya : A menyenggol telur yang ditenteng B tanpa sengaja hingga pecah. Maka B dapat
menuntut ganti rugi pada A, sedangkan A wajib memenuhi tuntutan B tersebut Pasal 1365 KUHPerdata.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, suatu perbuatan dikatakan melawan hukum apabila memenuhi persyaratan, antara lain :
190
1. Perbuatan melawan hukum onrechmatige daad; 2. Harus ada kesalahan schuld; 3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan; dan 4.
Adanya hubungan causal antara perbuatan dan kerugian.
189Titik Triwulan Tutik, op. cit., h.264. 190Ibid., h. 265.
117
2. Perjanjian Pengertian Perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah sesuatu perbuatan dimana
seseorang atau beberapa orang mengikatkan dirinya kepada seseorang atau beberapa orang lainnya. Menurut ahli hukum terdapat beberapa kelemahan dalam ketentuan Pasal 1313
KUHPerdata, antara lain :
191
1. Tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian; 2. Tidak tampak asas konsensualisme; dan 3. Bersifat dualisme. Sehingga menurut teori baru dalam
setiap perjanjian haruslah berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum
192
. Selanjutnya menurut ahli hukum merumuskan, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai
perjanjian apabila memenuhi beberapa unsur, antara lain :
193
a. Ada pihak-pihak subyek, minimal dua pihak b. Ada persetujuan antara pihak-pihak yang bersifat tetap
c. Ada tujuan yang akan dicapai, yaitu untuk memenuhi kebutuhan suatu pihak d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan;
d. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan e. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian.
194
C. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian