berbeda-beda. Hal tersebut sangat bertentangan dengan jiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang tidak mengenal penggolongan penduduk. Pasal-pasal tersebut dihapuskan berdasarkan
Instruksi Presidium Kabinet Ampera No.: 31UIN121966 yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1966.
12
Sebagai dasar pertimbangan disebutkan bahwa demi tercapainya pembinaan kesatuan bangsa Indonesia yang bulat dan homogen, serta adanya perasaaan persamaan nasib
diantara sesama bangsa Indonesia, maka dirasa perlu segera menghapus praktek-praktek berdasarkan pada penggolongan tersebut. Pelaksanaan Instruksi tersebut diperkuat dengan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kehakiman yaitu Surat Edaran Pendes 5113 dan J.A.225 yang mengatur tentang Pelaksanaan Instruksi Presidium Kabinet Ampera
No:31UIN121966. Dengan dasar nasionalisme tersebut, maka beberapa substansipasal-pasal dalam Hukum Perdata diadakanmengalami perubahan. Perubahan terjadi karena tergantikan
dengan lahirnya beberapa produk hukum nasional atau dicabut oleh Surat Edaran Mahkamah Agung , antara lain seperti :
1. Lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Dengan diundangkannya Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria UUPA pada tanggal 24 September 1960
dalam Lembaran Negara 1960-104. Sejarah telah mencatat salah satu perkembangan keagrariaanpertanahan di Indonesia pada umumnya dan pembaharuan Hukum AgrariaHukum
Tanah pada Indonesia pada khususnya.
13
Dalam konsideransnya memutuskan mencabut secara fundamental peraturan yang berkaitan dengan pertanahan seperti :
14
a.“Agrarische Wet” S.1870-55 sebagai yang termuat dalam Pasal 51 “Wet op de Staatsinrichting van Nederlands Indie” S.1925-447 dan ketentuan dalam ayat-ayat lainnya
dari pasal itu; b. 1” Domeinverklaring” tersebut dalam pasal 1 Agrarisch Besluit S.1870-118;
2 “Algemene Domeinverklaring” tersebut dalam S.1875-119a; 3 ” Domeinverklaring untuk Sumatera” tersebut dalam pasal 1 dari S.1874-94f;
4 ” Domeinverklaring untuk Keresidenan Manado” tersebut dalam pasal 1 dari S.1877.55 ;
12.Badu Badu Wahab Pangaribuan, op. cit., h.40, lihat juga CST Kansil dan Christine ST Kansil, op. cit., h.99. 13Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia-Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan
Pelaksanaannya -Jilid 1- Hukum Tanah Nasional Jakarta : Djambatan,1996, h.1. 14Republik Indonesia, Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
dalam Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah Jakarta : Prenada Media Group, 2005 h.151.
6
5 ” Domeinverklaring untuk residentie Zuider en Oosterafdeling van Borneo” tersebut dalam pasal 1 dari S.1888-58;
c. Koninklijk Besluit tanggal 16 April 1872 No.29 S.1872-117 dan Peraturan Pelaksanaannya.
d. Buku ke-II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia, sepanjang yang mengenai Bumi, Air, Angkasa serta Kekayaan alam yang terkandung di dalamnya kecuali
ketentuan-ketentuan mengenai hipotek yang masih berlaku pada mulai berlakunya Undang-undang ini.
Tetapi ketentuan tentang hipotik hanya berlaku bagi benda yang bukan tanah, yaitu kapal- kapal dengan isi-bruto sekurang-kurangnya 20 meter kubik, seperti yang diatur dalam pasal 314
KUHDagang, sedangkan hipotek sebagai lembaga jaminan atas tanah sudah tidak berlaku lagi, yang semakin dipertegas dengan lahirnya Undang-Undang No.4 Tahun 1996 Tentang Undang-Undang
Hak Tanggungan sebagai lembaga hak jaminan atas tanah yang baru.
15
Dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria yang dipertegas dengan Surat Departemen Agraria tanggal 26 Pebruari 1964 Nomor Unda 10329 dapat dirinci atas 3 macam,
yaitu:
16
a. Pasal-pasal yang masih berlaku penuh karena tidak mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, meliputi :
17
1. Pasal-pasal tentang benda bergerak yang diatur dalam Pasal 505, 509-518 KUHPerdata; 2. Pasal-pasal tentang penyerahan benda bergerak yang diatur dalam Pasal 612-613
KUHPerdata; 3. Pasal-pasal tentang bewoning yang diatur dalam Pasal 505, 509-518 KUHPerdata;
4. Pasal-pasal tentang hukum waris yang diatur dalam Pasal 830-1130 KUHPerdata khusus bagi masyarakat yang memilih tunduk pada pewarisan menurut KUHPerdata;
5. Pasal-pasal tentang piutang diistimewakan preveligie yang diatur dalam Pasal 1130- 1149 KUHPerdata;
6. Pasal-pasal tentang gadai yang diatur dalam pasal 1150-1160 KUHPerdata; 7.Pasal-pasal dalam Buku ke II KUHPerdata tentang hipotek yaitu : Pasal 1162-1163, 1165-
1170, 1171 ayat 2-4, 1173-1181, 1184-1185, 1189-1194 dan 1197-1232 KUHPerdata;
18
15Boedi Harsono, op. cit., h.122. 16Titik Triwulan Tutik, op. cit., h.30.
17Ibid., h.31. 18Boedi Harsono, Op.cit, h.122.
7
b. Pasal-pasal yang menjadi tidak berlaku lagi, yaitu pasal-pasal yang mengatur tentang bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah pasal-pasal dalam Buku
II KUHPerdata yaitu :
19
1. Titel satu tentang Benda dan pembedaannya : pasal 508 dan 520-525 KUHPerdata 2. Titel dua tentang Bezit : pasal 545,552-553,562 dan 565 KUHPerdata
3. Titel tiga tentang Eigendom : pasal 571,586-587, 589-605 dan 616-624 KUHPerdata 4. Titel empat tentang HakKewajiban Sesama Tetangga : pasal 625-672KUHPerdata
5. Titel enam tentang Servituut : pasal 674-710 KUHPerdata 6. Titel tujuh tentang Opstal : pasal 711-719 KUHPerdata
7. Titel delapan tentang Erfpacht : pasal 720-736 KUHPerdata 8. Titel Sembilan tentang Grondrenten dan Tienden : pasal 737-755 KUHPerdata
9. Titel sepuluh tentang Vruchtgebruik : pasal 760 ayat 1, 762,766-771, 773-777,795- 797,799, 802, 811 ayat2-3 dan 812 KUHPerdata
10. Titel sebelas tentang Gebruik dan Bewoning : pasal 821,825 dan 829 KUHPerdata c. Pasal-pasal yang masih berlaku tetapi tidak penuh, dalam arti bahwa ketentuan-
ketentuannya tidak tidak berlaku sepanjang mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung lainnya, tetapi masih berlaku sepanjang mengenai benda-benda lainnya,
meliputi:
20
1. Pasal-pasal tentang benda pada umumnya; 2. Pasal-pasal tentang cara membedakan benda yang dapat dilihat dalam 503-505
KUHPerdata; 3. Pasal-pasal tentang benda sepanjang tidak mengenai tanah, yang dapat dilihat diantara
pasal 529-568 KUHPerdata; 4. Pasal-pasal tentang Hak Milik sepanjang tidak mengenai tanah, yang dapat dilihat
diantara pasal 570 KUHPerdata; 5. Pasal-pasal tentang Hak Memungut Hasil vruchtgebruik sepanjang tidak mengenai
tanah yang dapat dilihat dalam pasal 756 KUHPerdata; 6. Pasal-pasal tentang Hak Pakai sepanjang tidak mengenai tanah yang dapat dilihat dalam
pasal 818 KUHPerdata;
19Ibid. h.123. 20. Titik Triwulan Tutik, op. cit., h.32.
8
7. Pasal-pasal tentang hipotek sepanjang tidak mengenai tanah , yang dapat dilihat dalam Pasal 1162-1163, 1165-1170, 1171 ayat 2-4, 1173-1181, 1184-1185, 1189-1194 dan 1197-
1232 KUHPerdata;
21
2 .Dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1963 yang mencabut 8 pasal KUHPerdata BW
Pasal-pasal yang dicabut, yakni :
a. Pasal 108 KUHPerdata BW Isi Pasal 108 bahwa Seorang Istri sekalipun ia kawin diluar harta bersama atau
dengan harta terpisah tidak dapat menghibahkan, memindahtangankan, menggadaikan, memperoleh apapun baik secara Cuma-Cuma maupun dengan beban
tanpa bantuan suami dengan bentuk aktatertulis sekalipun memang telah ada kuasa kepada istrinya untuk membuat kata atau perjanjian tertentu, si istri tidak berwenang
untuk menerima pembayaran apapun, atau memberi pembebasan untuk itu tanpa izin tegas dari suami.
b. Pasal 110 KUHPerdata BW Pasal 110 berisi tentang istri tidak boleh tampil dalam pengadilan tanpa bantuan
suaminya, meskipun dia kawin tidak dengan harta bersama, atau dengan harta terpisah atau meskipun dia secara mandiri menjalankan pekerjaan bebas.
c. Pasal 284 ayat 3 KUHPerdata BW Pasal 284 ayat 3 menganggap dengan diakuinya seorang anak diluar kawin yang
ibunya termasuk golongan Indonesia atau golongan yang disamakan dengan itu berakhirlah hubungan keturunan alamiah, tanpa mengurangi akibat-akibat yang
berhubungan dengan pengakuan oleh ibu dengan ha-hal dia diberi wewenang untuk itu.
d. Pasal 1238 KUHPerdata BW Pasal 1238 menentukan bahwa bila Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah,
atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya
waktu yang ditentukan. e. Pasal 1460 KUHPerdata BW
Pasal 1460 menentuka jika barang yang dijual itu berupa barang yang sudah ditentukan, maka sejak saat pembelian barang itu menjadi tanggungan pembeli,
meskipun penyerahannya belum dilakukan dan penjual berhak menuntut harganya.
21. Boedi Harsono, op. cit., h.122.
9
f. Pasal 1579 KUHPerdata BW Pasal 1579 menentukan bahwa dalam suatu hal sewa menyewa barang, si pemilik
tidak dapat menghentikan persewaan dengan mengatakan, akan memakai sendiri barangnya, kecuali apabila membentuk persetujuan sewa-menyewa diperjanjikan
diperbolehkan g. Pasal 1603 ayat 1 dan 2 KUHPerdata BW
Pasal di atas menunjukkan diskriminasi antara orang Eropa disatu pihak dan bukan Eropa dilain pihak mengenai perjanjian perburuhan.
h. Pasal 1682 KUHPerdata BW Pasal ini menentukan bahwa setiap penghibahan harus dilakukan dengan akta notaris.
Pasal-pasal tersebut dicabut dengan pertimbangan substansi yang diaturnya bertentangan jiwa Pancasila dan UUD 1945 serta perkembangan mayarakat.
3. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan