Penyerahan gadai Subyek yang dapat menggadaikan

4. Bentuk Perjanjian gadai Bentuk perjanjian gadai dalam KUHPerdata tidak diwajibkan dalam bentuk tertulis, jadi dapat diadakan dengan lisan. Ini dapat disimpulkan dari Pasal 1151KUHPerdata yang mengatakan bahwa perjanjian gadai dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan sebagai perjanjian pokok. Hak gadai kreditor belum terbentuk dengan adanya perjanjian gadai, tetapi baru terbentuk kalau perjanjian gadai itu diikuti oleh penyerahan barang gadai kepada kreditor atau kepada seorang ketiga yang telah disetujui bersama oleh kreditor-kreditor Pasal 1152 ayat 1 KUHPerdata.Yang lebih dipertegas dalam Pasal 1152 ayat 2KUHPerdata bahwa :”Tidaklah sah hak gadai atas benda yang diberikan tetap dalam kekuasaan debitor atau pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan kreditor”. Dari ayat ini, dan dari kemungkinan bahwa barang gadai dikuasai oleh pihak ketiga, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang penting dan menentukan ialah terlepasnya barang gadai dari kekuasaan pemberi gadai. 9188

5. Penyerahan gadai

Cara penyerahan gadai berbeda-beda: a. Benda bergerak yang bertubuh serta piutang yang berbentuk surat toonder: dengan penyerahan nyata 1152 ayat 1KUHPerdata b. Piutang yang berbentuk surat order: dengan endossemen beserta penyerahan nyata dari surat itu 1152 KUHPerdata c. Piutang atas nama dan saham atas nama : dengan pemberitahuan perihal penggadaian kepada orang terhadap setiap hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan 1153 KUHPerdata. Jika dicermati pada umumnya penyerahan benda sebagai barang gadai adalah sama dengan penyerahan benda sebagai peralihan hak milik atas benda. Yang merupakan pengecualian ialah piutang atas nama, sebab cessie peralihan utang terjadi dengan akta cessie sedangkan penggadaian piutang atas nama terjadi dengan pemberitahuan penggadaian tersebut pada orang terhadap siapa yang digadaikan dilaksanakan.

6. Subyek yang dapat menggadaikan

Yang dapat menggadaikan ialah: a. Yang berhutang debitor sendiri. b. Seorang lain pasal 1150KUHPerdata Pada umumnya yang menggadaikan ialah yang berhutang sendiri. Perjanjian gadai tentunya tunduk kepada peraturan-peraturan perihal perjanjian dalam buku III KUHPerdata oleh karena itu maka sipemberi gadai harus cakap untuk membuat perjanjian 1329 dan 1330 KUHPerdata. 188 Wirjono Prodjodikoro SH, Hukum Perdata Tentang Hak-hak atas Benda, cetakan 3 hal. 184. 111 Untuk melindungi kepentingan debitor pemberi gadai, maka dalam perjanjian gadai tidak boleh disyaratkan, bahwa kreditur memilki barang gadai apabila debitor tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya. Jika hal itu dipersyaratkan maka perjanjian gadai batal menurut hukum sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1154 KUHPerdata , yang bertujuan melindungi debitor, sebagai pihak yang lemah ekonomi. Pada umumnya barang gadai mempunyai nilai yang lebih tinggi dari hutang, dan seumpamanya syarat yang tersebut di atas diperbolehkan, maka tiap kreditor akan mensyaratkannya, sedang seorang debitor yang sangat membutuhkan pinjaman selalu terdesak untuk menerima syarat atau clausule itu. Akan tetapi bilamana dibitor sudah lalai dalam pembayaran hutangnya, maka ia tidak berada lagi dalam kekuasaan kreditor dan karena itu ia dengan bebas tanpa tekanan dapat mengadakan persetujuan dengan kreditor, bahwa barang gadai menjadi milik kreditor sebagai “pembayaran” hutang debitor, dengan atau tanpa kewajiban-kewajiban bagi kreditor untuk mengrestitusi “kelebihan nilai” dari barang gadai. 7. Hak-hak Kreditur Hak-hak kreditur yang timbul dari perjanjian gadai ialah : a. Hak retensi atau hak untuk menahan barang gadai sampai debitor melunasi hutangnya beserta bunga dan biaya-biaya hutang maupun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh kreditor untuk memeliharamenyelamatkan barang gadai. Terkecuali jikalau kreditor menyalah gunakan barang gadai itu lihat pasal 1159 ayat 1 KUHPerdata. Bila timbul hutang kedua dari debitor kepada kreditor maka hak retensi ini di perluas, yaitu kreditor mempunyai hak untuk terus menahan barang gadai sampai debitor melunasi juga hutang kedua itu, beserta bunga dan biaya-biayanya, meski pun tidak ada perjanjian untuk mengikat barang gadai itu untuk pelunasan hutang kedua. Hanya hutang kedua itu harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Hutang kedua itu di buat sesudah saat pemberian gadai; 2.Hutang kedua itu dapat ditagih sebelum atau pada hari pembayaran hutang pertama lihat pasal 1159 ayat 2 KUHPerdata. b. Hak untuk mendapat pembayaran hutang, baik dari hasil penjualan barang gadai atau barang gadai itu menjadi miliknya. Hak ini dalam bahasa Belanda di sebut “verhaalsrecht”, dan hak inilah menjadi tujuan pokok dari perjanjian gadai. Tetapi hak ini baru dapat dipergunakan oleh kreditor dalam hal debitor tidak membayar hutannya sedangkan tenggang waktu yang telah ditetapkan untuk itu telah lampau atau jika tidak ada tenggang waktu yang di tetapkan setelah dilakukan suatu somasi peringatan untuk membayar hutang. Hak ini di atur dalam Pasal 1155-1156 KUHPerdata, yang memungkinkan 3 cara pelaksanaan hak ini, yaitu : 1. Penjualan umum dari barang gadai atas inisiatip kreditor pasal 112 1155; 2. Penjualan barang gadai menurut putusan hakim pasal 1156;3. Barang gadai menjadi milik kreditor sebagai pembayaran hutang dengan cara perhitungan menurut keputusan hakim 1156. Dalam perjanjian gadai juga dapat di tentukan, bahwa kreditor tidak boleh menjual barang gadai atas inisiatipnya sendiri. lihat permulaan kalimat dari pasal 1155 KUHPerdata. Maksud dari ayat ini bahwa bila debitor lalai dalam pelunasan utangnya, maka kreditor tidak dapat mengeksekusi menjual lansung agunan, tetapi penjualan harus di lakukan dengan persetujuan pihak debitor. Bila hal itu tidak diperjanjikan sebaliknya maka penjualan di muka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku lansung dapat dilaksanakan oleh kreditor. Selain itu kreditor dapat memohon penjualan barang gadai menurut cara yang di tentukan oleh hakim. Cara ini dapat di tempuh oleh kreditur, bilamana : a.Perjanjian gadai tidak di memperbolehkan eksekusi lansung; b. Penjualan di bawah tangan akan lebih baik hasilnya daripada penjualan umum; c. Kreditur menginginkan barang gadai menjadi miliknya sebagai pembayaran hutang dengan cara perhitungan menurut keputusan hakim. Cara yang ketiga 3 ini di tempuh kreditor, bilamana barang gadai jika dijual hasilnya tidak akan menyenangkan. Dalam hal ini, jika hakim mengabulkan gugatan itu maka ia menafsir nilai barang gadai itu supaya nilai itu dapat di perhitungkan dengan jumlah hutang beserta bunga dan biaya-biayanya pasal 1157 ayat 2KUHPerdata . Dalam pelaksanaan salah satu dari ketiga upaya tersebut di atas, jika ternyata bahwa hasil penjualan atau nilai yang di taksir dari barang gadai ialah melebihi jumlah hutang beserta bunga dan biaya-biaya, maka kreditor penerima gadai wajib menyerahkan kelebihan itu kepada debitor pemberi gadai. Sebaliknya, jika ternyata kurang dari pada jumlah hutang beserta bunga dan biaya- biaya, maka kreditor berhak untuk menagih sisa hutang tersebut dengan status kreditor biasa tanpa jaminan concurrente schuldeiser. Selanjutnya kreditor berkewajiban untuk memberitahukan kepada pemberi gadai tentang penjualan barang gadai atau jatuhyta barang gadai dalam miliknya.lihat pasal 1156 ayat 2KUHPerdata . Perbedaan antara pasal 1155KUHPerdata cara 1 dengan pasal 1156KUHPerdata cara2 dan3 ialah, bahwa ketentuan dalam pasal 1155KUHPerdata merupakan hukum mengatur, yaitu hak dapat dikesampingkan dengan adanya perjanjian, sedangkan pasal 1156 KUHperdata merupakan hukum memaksa, yaitu hak tidak dapat di kesampingkan dalam perjanjian gadai. c. Kreditor penerima gadai berhak untuk mendapatkan pengembalian ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan untuk keselamatan barang debitor Pasal 1157 ayat 2 KUHPerdata. 8. Kewajiban-kewajiban kreditor 113 Kewajiban-kewajiban kreditor ialah : a. Kreditur bertanggung jawab untuk hilangnya atau kemerosotannya barang gadai, sekedar itu terjadi karena kelalaiannya.pasal 1157 ayat 1KUHPerdata. b. Kewajiban untuk memberitahukan kepada pemberi gadai tentang penjualan barang barang gadai atau jatuhnya barang gadai dalam miliknya.pasal 1156 ayat2KUHPerdata. c. Kewajiban untuk mempertanggung jawaban hasil penjualan barang gadai dan menyerahkan kelebihan hasil kepada pemberi gadai pasal 1150,1155, dan 1156KUHPerdata. d. Kewajiban untuk mengembalikan barang gadai setelah debitur membayar lunas hutangnya beserta bunga,biaya hutang dan biaya yang telah di keluarkan oleh kreditur untuk menyelamatkan barang gadai pasal 1159KUHPerdata. 9. Hapusnya hak gadai. KUHPerdata tidak mengatur hapusnya hak gadai secara sistimatis seperti pada hipotek liha Bab 21, bagian ke-5 : tentang hapusnya hipotek. Hak gadai hapus dalam hal-hal berikut : a. Karena hapusnya perikatan pokoklihat pasal 1381KUHPerdata, akibat daripada sifat accessoir hak gadai bandingkan pasal 1209 sub 1KUHPerdata untuk hipotek. b. Karena pelepasan hak gadai dengan sukarela pasal 1152 ayat 2 KUHPerdata bagian akhir. c. Karena musnahnya barang gadai. d. Karena pencampuran, yaitu hak milik dan hak gadai berada dalam satu tangan lihat hapusnya hak-hak kebendaan. e. Apabila barang gadai keluar dari kekuasaan sipenerima gadai pasal 1152 ayat 3KUHPerdata. Tetapi dalam ayat 3 itu di tentukan pula bahwa dalam hal pemegang gadai kehilangan atau kecurian barang gadai itu, maka ia mempunyai “droit de suite” hak untuk menuntut kembali barang-barang itu, dan apabila barang gadai didapatnya kembali, maka hak gadai di anggap tidak pernah hilang. f. Apabila kreditur menyalahgunakan barang gadai pasal 1159 ayat 1 KUHPerdata pada umumnya kreditor tidak berhak memakai atau menikmati barang gadai, sehingga tiap pemakaian dapat berakibat, bahwa debitor berhak menuntut kembali barang gadai berbeda dengan gadai menurut hukum Adat g. Karena kreditor telah mempergunakan “verhaalsrecht”-nyalihat uraian sebelumnya diatas. 114 115

BAB VII HUKUM PERIKATANPERJANJIAN

A. Pengertian PerikatanPerjanjian

1. Pengertian Perikatan Yaitu suatu perhubungan hukum antara dua orang atau lebih diamana pihak yang satu berhak untuk menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu,contohnya : A menyewa rumah B , maka A berhak menuntut tinggal sementara di rumah sewaan tersebut dan B berkewajiban untuk menyewakan rumahya pada A tersebut. 2. Pengertian Perjanjian, menurut :

a. Pasal 1313 KUHPerdata suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

b. Subekti adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau

dimana dua orang itu saling berjanji. Pengertian perjanjian sebagaimana yang diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata. Tidak tepat oleh karena bukannya satu orang atau lebih mengikatkan diri akan tetapi kedua belah pihak saling mengikatkan dirinya untuk melakukan sesuatu hal. Yang dimaksud sesuatu hal yang harus dilakukan adalah sesuatu yang bisa dituntut prestasi, berupa : 1. Menyerahkan sesuatu barang bukang sembarang barang. 2. Melakukan sesuatu perbuatan. 3. Tidak melakukan sesuatu perbuatan. Jadi, hubungan antara perikatan dengan perjanjian adalah perjanjian menerbitkan perikatan, tetapi perikatan belum tentu lahir dari perjanjian.

B. Sumber-sumber Perikatan

1. Undang-Undang Dalam suatu perikatan yang lahir dari undang-undang asas kebebasan membuat perjanjian tidak berlaku, karena suatu perbuatan yang dilakukanterjadi tidak memerlukan perjanjian sebelumnya antara kedua belah pihak.Suatu perbuatan menjadi perikatan karena ditentukan oleh undang-undang. Dasar hukum perikatan yang lahir dari undang-undang yaitu : Pasal 1352-1380 KUHPerdata. Untuk terjadinya perikatan yang lahir dari undang-undang harus selalu dikaitkan 116