f. Pasal 1579 KUHPerdata BW Pasal 1579 menentukan bahwa dalam suatu hal sewa menyewa barang, si pemilik
tidak dapat menghentikan persewaan dengan mengatakan, akan memakai sendiri barangnya, kecuali apabila membentuk persetujuan sewa-menyewa diperjanjikan
diperbolehkan g. Pasal 1603 ayat 1 dan 2 KUHPerdata BW
Pasal di atas menunjukkan diskriminasi antara orang Eropa disatu pihak dan bukan Eropa dilain pihak mengenai perjanjian perburuhan.
h. Pasal 1682 KUHPerdata BW Pasal ini menentukan bahwa setiap penghibahan harus dilakukan dengan akta notaris.
Pasal-pasal tersebut dicabut dengan pertimbangan substansi yang diaturnya bertentangan jiwa Pancasila dan UUD 1945 serta perkembangan mayarakat.
3. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan diundangkan di Jakarta pada tanggal 2 Januari 1974 dan berlaku secara efektif pada tanggal 1 Oktober 1975. Dengan lahirnya
Undang-Undang Perkawinan tersebut maka segala ketentuan yang terdapat dalam Buku I KUHPerdata BW tentang perkawinan dinyatakan tidak berlaku lagi.Hal ini ditegaskan dalam
Pasal 66 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yang berbunyi sebagai berikut :
22
Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-Undang ini, maka dengan berlakunya Undang-Undang ini
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgelijk Wetboek, Ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen Huwelijks Ordonnantie
Christen Indonesiaers :1933 No.74, Perkawinan Campuran Regeling 0p de gemeng de Huwelijken S.1898 No.158, dan Peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang
perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-Undang ini, dinyatakan tidak berlaku.
E. Ruang Lingkup Kajian Hukum Perdata
Luas kajian Hukum Perdata menurut Titik Triwulan Tutik pada dasarnya mengacu pada obyek kajian daripada Hukum Perdata itu sendiri.
23
Sedangkan menurut Volmar luas kajian Hukum Perdata dibedakan atas dua macam, yaitu :
1. Hukum Perdata dalam arti luas
Obyek kajiannya merujuk pada bahan hukum sebagaimana yang tertera dalam KUHPerdataBW,KUHD WvK beserta sejumlah Undang-Undang tambahan seperti Undang-
22Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia Jakarta : Ghalia Indonesia, 1980, 66.
23Titik Triwulan Tutik, op. cit. Jakarta :Prestasi Pustaka, 2006, h.4
10
Undang tentang Perniagaan, Undang-Undang tentang Perkumpulan Koperasi, Hukum Kepailitan dan Hukum Acara
2. Hukum Perdata dalam arti sempit
Obyek kajiannya merujuk pada bahan hukum sebagaimana yang tertera dalam KUHPerdataBW semata, seperti Hukum Orang, Hukum Keluarga, Hukum Benda, Hukum
Waris dan Hukum Perikatan.
24
dalam pembahasan ini yang dimaksud Hukum Perdata adalah Hukum Perdata dalam arti sempit
25
beserta beberapa perubahannya. Dilihat dari segi ruang lingkupnya, hukum Perdata terbagi dua:
a. Hukum Perdata dalam arti luas yaitu: Serangkaian peraturan-peraturan hukum yang pada asasnya mengatur kepentingan-
kepentingan perorangan. b. Hukum Perdata dalam arti sempit, yaitu:
Rangkaian hukum yang mengatur tentang perdagangan, atau lebih jelasnya hukum Perdata dalam arti sempit sama dengan Hukum Dagang KUHD.
Dilihat dari segi isinya, hukum Perdata terbagi dua, yaitu: a. Hukum Perdata Materil, yaitu:
Memuat aturan hukum Perdata dalam keadaan diam, seperti aturan tentang perikatanperjanjian, perkawinan, pewarisan dsb
b. Hukum Perdata Formal yaitu: Memuat aturan tentang bagaimana cara seseorang yang haknya dilanggar untuk mengajukan
gugatannya kedepan Pengadilan Hukum Acara Perdata
24Ibid. . 25 CST.Kansil dan Christine Kansil, op. cit., h.10
11
BAB II SEJARAH DAN KEDUDUKAN HUKUM PERDATA
A. Masa Penjajahan Belanda
Pada umumnya hukum yang berlaku di Indonesia berasal dari Hukum Perancis, yaitu pada masa kekuasaanRezim Napoleon Bonaparte menjajah Belanda, maka sistem hukumnya
diberlakukan juga di Negeri Belanda kemudian Belanda menjajah Indonesia, maka sistem hukum Belanda juga ikut diberlakukan di Indonesia.
1. Proses kedatangan Belanda di Indonesia Dibagi atas 4 tahap, yaitu:
26
a. Berdagang b. Berdagang dan menduduki sebagian wilayahdaerah tanah air
c. Berdagang dan menempati daerah serta memperluas daerahnya. d. Berdagang dan menjajah Indonesia
2. Keadaan pada masa Penjajahan Belanda
Hukum yang berlaku di Indonesia pada dasarnya hukum yang berasal dari Belanda yaitu berdasarkan Pasal 131 2 IS, pasal ini mengandung asas konkordansi artinya orang-orang Eropa
yang berada di Indonesia di berlakukan Burgelijk Wetbook BW dari Belanda, kecuali :
27
1. Ada suatu keadaan istimewa yang terjadi di Indonesia. 2. Ada peraturan bersama yang berlaku untuk orang Eropa dan penduduk lainya.
Burgelijk Wetbook BW hanya berlaku pada golongan orang-orang : 1. Orang-orang Eropa
2. Orang-orang Indonesia turunan Eropa 3.Orang-orang yang dipersamakan dengan orang Eropa orang Kristen.
Pada masa penjajahan Belanda, wilayah jajahan Belanda dikenal dengan nama Hindia
Belanda Nederland voor Indie sedangkan Peraturan Ketatanegaraan Hindia Belanda lebih dikenal
dengan sebutan Indische Staatsregeling IS.Berdasarkan Pasal 163 Indische Staatsregeling IS Hindia Belanda membagi penduduknya atas 3 golongan, yaitu :
a. Golongan Eropa, terdiri dari ; 1. Orang Belanda
2. Orang yang berasal dari Eropah 3. Orang Jepang, BW diberlakukan terhadap orang Jepang berdasarkan adanya :
26I Gede AB Wiranata, Hukum Adat Indonesia-Perkembangannya dari Masa ke Masa Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2002,30-39.
27 Soebekti, op. cit., h.9-14.
12