Akta kematian adalah suatu akta yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini kantor catatan sipil, yang berkaitan dengan meninggalnya seseorang. Akta kematian dapat
dibagi menjadi 2 dua macam yaitu umum dan khusus. Akta kematian umum adalah akta yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang,dimana
laporan kematian itu belum melewati 10 hari kerja bagi WNI asli bagi orang Eropa tiga hari kerja. Ada dua syarat untuk mendapatkan akta kematian umum, sebagai berikut.
1 Surat keterangan kematian dari lurahkepala desa dan atau dari rumah sakit. 2 Akta perkawinan dan akta kelahiran anak-anaknya, bila sudah menikah dan mempunyai
anak. Didalam akta kematian memuat hal-hal berikut ini,yaitu: a tanggal kematian b tempat
kematian c nama orang yang meninggal dunia. Akta kematian khusus adalah salah suatu akta yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang,di mana laporan kematian oleh suami atau istri,atau keluarga telah melewati 10 hari.syarat untuk mendapatkan akta kematian khusus ini harus ada penetapan dari pengadilan
negeri di wilayah hukum tempat terjadinya kematian. Untuk mendapatkan penetapan pengadilan negeri maka pemohon harus
membawamelampirkan hal-hal berikut ini. a Surat kematian dari lurah kepala desa dan atau dari rumah sakit.
b Akta perkawinan dan akta kelahiran anakanak-anaknya kalau telah kawin dan mempunyai anak.
c Dua orang saksi yang betul-betul yang mengetahui peristiwa kematian tersebut. Manfaat akta kematian.
a Menetapkan wali bagi anak yang belum berumur 18 tahun. b Menetapkan ahli waris
c Menetapkan waktu tunggu bagi janda yang akan kawin. d Bukti Surat izin orang tua bagi perkawinan di bawah umur 21 tahun.
e Bagi pemerintah, dapat menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pemakaman dan kesehatan.
3. Mamfaat Akta Catatan Sipil
Akta catatan sipil mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan nasional karena dapat memberikan manfaat bagi individu maupun pemerintah.
Mamfaat tersebut bagi pribadi maupun pemerintah. Manfaat akta catatan sipil bagi pribadi, ada tiga3 yaitu:
a. Menentukan status hukum seseorang. 33
b. Merupakan alat bukti yang paling kuat dimuka dan dihadapan hakim. c. Memberikan kepastian tentang peristiwa itu sendiri.
Manfaat bagi pemerintah, ada tiga3 yaitu: a. Meningkatkan tertib administrasi kependudukan.
b. Merupakan penunjang data bagi perencanaan pembagunan. c. Pengawasan dan pengendalian terhadap orang asing yang datang ke Indonesia
Disamping kedua manfaat itu, akta catatan sipil juga diakui sah dalam pergaulan internasional.
Mengingat pentingnya arti catatan sipil bagi pemerintah dan warga masyarakat, ketentuan pidana yang berhubungan dengan pelaksanaan catatan sipil, antara lain :
a. Pasal 61 ayat 2 dan 3 UU No.1 Tahun 1974 b. Pasal 45 ayat 1 dan 2 PP No.9 Tahun 1975
c. Pasal 436 ayat 1 dan 2 KUHPidana d. Pasal 556-559 KUHPidana
34
BAB IV HUKUM PERKAWINAN
A. Pluralisme Hukum Perkawinan Di Indonesia
Di Indonesia terdapat tiga 3 sistem hukum yang hidup berdampingan, yaitu :
1.Sistem Hukum Adat
Sistem hukum adat yang paling tua berlaku di Indonesia, walaupun tidak dapat dipastikan awal mulanya karena keterbatasan sumber acuan dan fakta-fakta sejarah merupakan salah satu hal
yang menyulitkan. Tetapi penelusan dapat dimulai sebelum masa kerajaan besar nusantara berjaya, sebagai berikut :
59
a. Masa Proto Malalo. Dengan ditemukannya naskah kuno yang menggambarkan suatu masa pada bangsa Proto
Malalo Melayu Tua dan Deutoro Malalo Melayu Muda telah mengenal suatu ajaran Kong Hu Chu yang mengatur hubungan dalam pergaulan sehari-hari dengan tetap bertumpu pada
kepercayaankekuatan gaib sebagai “zat kesaktian”yang menganggap bahwa segala yang ada pada alam semesta ini mempunyai jiwaroh dan mempunyai kekuatan untuk menentukan nasib baik dan
buruk sesesorang. Untuk menghindari nasib buruk tersebut pemujaanpun dilakukan pada tempat- tempat tertentu.
b. Masa Kerajaan Besar Nusantara Perkembangan hukum adat pada masa kejayaan kerajaan besar nusantara dapat disisir mulai
dari : 1. Kerajaan Sriwijaya.
Aturan hukum pada masa tersebut masih bercampur secara sederhana dengan ketentuan agama, budaya, pemerintahan, pertanian dsb. Aktifitas hukum tersebut tergambar dalam temuan
karya inskripsi prasasti di bawah ini, diantara : Palas- Kalianda Lampung Selatan berangka tahun abad ke-7, Prasasti Raja Sanjaya tahun 732 di Kedu Jawa Tengah aksara Pallawa memuat aturan
tentang keagamaan, perekonomian dan pertambangan, prasasti Raja Dewasimha tahun 760 aksara Jawa Kuno memuat aturan tentang keagamaan dan kekaryaan, Prasasti Raja Tulodong tahun 784 di
Kediri memuat aturan tentang hukum pertanahan dan pertanian, Prasasti Bulai Rakai Garung tahun 860 memuat aturan tentang peradilan perkara perdata, Prasasti Kurunan tahun 855 memuat aturan
tentang transaksi tanah antara desa dan rakyat guna melunasi hutang Desa Parhyanan yang mewilayahi Kurunan, Prasasti Pereng tahun 863 di Prambanan tentang Penganugrahan tanah untuk
keperluan keagamaan. 2. Kerajaan Mataram
59I Gede AB Wiranata , op. cit., h.24-26
35