Gadai Hak Kebendaan yang Memberi Jaminan

a. Hasil eksekusi menilai hasil penjaminan, penerima fiducia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fiducia; b. Hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitor atau pemberi fiducia tetap bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar. Ada dua janji yang dilarang dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fiducia,yaitu: 187 a. Janji melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fiducia dengan cara yang bertentangan dengan pasal 29 UU Nomor 42 tahun 1999; b. Janji yang memberi kewenangan kepada penerima fiducia untuk memiliki benda yang menjadi objek jaminan fiducia apabila debitor cedera janji. Kedua macam perjanjian tersebut adalah batal demi hukum. Artinya bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.

c. Gadai

1. Pengertian Gadai Pand Pengertian Gadai pand menurut Pasal 1150 KUHPerdata adalah : Sesuatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepadanya oleh yang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengabil pelunasan dari benda tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya. Gadai begitu pula hipotek adalah hak kebendaan. Bukan hak utuk menikmati benda seperti HGB, HGU dan hak pakai , tetapi hak atas benda sebagai barang jaminan. Dengan demikian harus ada piutang hak tagihan atau hak perseorangan barulah ada jaminan. Dengan kata lain : gadai begitu pula hipotek bersifat assesoir, yaitu selalu melekat pada piutang dan tidak mungkin berdiri sendiri. Karena itu hak gadai otomatis hapus kalau hutang debitor telah dibayar lunas. Hak-hak kebendaan yang berupa hak kenikmatan adalah hak-hak yang berdiri sendiri. Sedangkan Gadai pand adalah hak kebendaan yang bersifat assesoir, artinya suatu hak tambahan ikutan dari suatu hak utama. Yang dimaksud perjanjian yang utama pokok adalah perjanjian utang piutangnya, sedangkan sebagai sebagai tambahannya ada suatu benda yang dijaminkan bagi pelunasan utang tertentu. Antara gadai menurut KUHPerdata dan hukum adat, terdapat perbedaan yaitu :Gadai menurut hukum adat adalah suatu lembaga hukum yang objek jaminannya tidak terbatas atas benda bergerak, tapi juga atas tanah. Selanjutnya dalam subbab ini dmaksud dengan istilah “gadai” ialah gadai menurut KUHPerdata Hukum Perdata Barat 2. Fungsi gadai 187Ibid. . 109 Suatu pinjaman uang sudah dijamin pelunasannya oleh Pasal 1131KUHPerdata , sebab pasal ini mengatakan bahwa seluruh harta kekayaan debitur menjadi tanggungan atau jaminan untuk segala hutang-hutangnya. Dan bila tidak ada pengecualian maka semua kreditor mempunyai hak yang sama atas harta kekayaan tersebut secara perbandingan menurut piutang masing-masing debitur Pasal 1132KUHPerdata. Akan tetapi “jaminan umum” ini tidak kuat, sebab pada umumnya seorang kreditor tidak mengetahui keadaan harta kekayaan seseorang debitur dan tidak mengetahui pula hutang debitor kepada kreditor-kreditor lain. Lagi pula keadaan harta kekayaan debitur tiap saat dapat berubah. Oleh karena itu undang-undang KUHPerdata memberi kemungkinan kepada seorang kreditur untuk meminta jaminan yang lebih kuat atas sesuatu benda tertentu, sehingga bila hasil penjualan benda dibagi maka kreditor tersebut didahulukan dari pada kreditor-kreditor yang lain. Jaminan atas benda bergerak dinamakan gadai, atas benda tetap dinamakan hak tanggungan bagi tanah dan bangunan dan hipotek kapal laut dan pesawat terbang. Seperti halnya hak jaminan lainnya, dalam gadai dikenal asas “tak dapat di bagi-bagi” artinya debitor pemberi gadai hanya dapat menuntut pengembalian barang gadai setelah ia melunasi seluruh hutangnya beserta bunga dan biaya-biaya. Jika ia, hanya melunasi sebagaian dari hutangnya, maka tak dapatlah ia menuntut pengembalian dari sebahagian barang gadai, terkecuali jika telah di perjanjikan sebaliknya. Sifat “tak dapat dibagi-bagi” dari barang gadai bukan saja berlaku antar debitor dan kreditor, akan tetapi berlaku pula diantara para waris dari debitor dan diantara para waris dari kreditor, walaupun hutang itu sendiri dapat dibagi-bagi untuk jelasnya lihat Pasal 1160KUHPerdata. 3. Objek gadai Yang dapat menjadi objek gadai adalah: a. Benda yang bergerak bertubuh arloji, perhiasan emas, motor,televisi. b. Benda bergerak yang tak bertubuh yang didimaksud ialah berbagai hak untuk mendapatkan pembayaran uang, berupa:1. Surat Piutang aan toonder kepada si pembawa; 2. Surat Piutang aan order atas petunjuk; 3. Surat Piutang op naam atas nama . Oleh karena yang penting dari “benda” yang menjadi barang gadai ialah nilainya sebagai barang jaminan, maka dapatlah dimengerti bahwa benda-benda tak bertubuh ini juga dapat digadaikan. Seorang kreditur tentu menghendaki bahwa nilai dari pada benda yang digadai lebih tinggi dari pada jumlah hutang debitor. Dalam dunia perdagangan dan perbankan di luar negeri, sekarang sudah jauh lebih banyak benda-benda tak bertubuh yang digadaikan obligasi dan saham-saham. Sedangkan benda-benda bergerak yang bertubuh arloji, cincin, gelang, dan sebagainya.digadaikan oleh perseorangan di “rumah gadai” pandhuis. 110 4. Bentuk Perjanjian gadai Bentuk perjanjian gadai dalam KUHPerdata tidak diwajibkan dalam bentuk tertulis, jadi dapat diadakan dengan lisan. Ini dapat disimpulkan dari Pasal 1151KUHPerdata yang mengatakan bahwa perjanjian gadai dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan sebagai perjanjian pokok. Hak gadai kreditor belum terbentuk dengan adanya perjanjian gadai, tetapi baru terbentuk kalau perjanjian gadai itu diikuti oleh penyerahan barang gadai kepada kreditor atau kepada seorang ketiga yang telah disetujui bersama oleh kreditor-kreditor Pasal 1152 ayat 1 KUHPerdata.Yang lebih dipertegas dalam Pasal 1152 ayat 2KUHPerdata bahwa :”Tidaklah sah hak gadai atas benda yang diberikan tetap dalam kekuasaan debitor atau pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan kreditor”. Dari ayat ini, dan dari kemungkinan bahwa barang gadai dikuasai oleh pihak ketiga, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang penting dan menentukan ialah terlepasnya barang gadai dari kekuasaan pemberi gadai. 9188

5. Penyerahan gadai