146
5.1.2.6. Analisis Kondisi Sosial Transmigran
Menurut Siregar 2006a program transmigrasi dapat mewujudkan pemenuhan hak rakyat akan perumahan, pendidikan, kesehatan dan sosial
budaya. Kondisi sosial yang diamati di lapang meliputi kondisi pendidikan, kondisi kesehatan dan kondisi keagamaan. Secara umum di kedua UPT memiliki
persamaan kondisi dan permasalahan dalam aspek sosial. Lebih lanjut, paragraf berikut membahas secara umum kondisi sosial di seluruh lokasi penelitian.
Analisis lebih terperinci masing-masing UPT dapat dilihat pada Bab Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
a. Pendidikan
Dalam hal pendidikan, dari ke-2 UPT yang dianalisis, hanya lokasi UPT Rantau Pandan SP 1 yang sudah memiliki bangunan SD, meskipun hanya terdiri
dari 1 ruang kelas, yang dipergunakan untuk 6 kelas. Sementara di Rantau Pandan SP 2, belum terdapat bangunan SD. Selama ini anak-anak warga
bersekolah di luar lokasi. Dari hasil survei diketahui bahwa hanya sebagian kecil saja anak-anak usia sekolah bersekolah, hal ini disebabkan antara lain karena:
−
Faktor biaya. Kemampuan orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya sangat kurang, akibat tingkat perekonomian yang rendah.
−
Kurangnya minat anak. Ada sebagian anak yang hanya karena tidak punya teman untuk ke sekolah atau karena malas berjalan kaki ke sekolah berhenti
sekolah. Akan tetapi ada juga anak warga transmigran yang tidak bisa bersekolah karena harus membantu orangtuanya mencari nafkah demi
menopang kebutuhan ekonomi keluarga.
−
Kurangnya kesadaran orang tua. Masih adanya paradigma, bahwa apabila anak sudah bisa baca dan tulis dianggap sudah cukup.
−
Rata-rata hanya tamat SD. anak-anak tidak mau melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi SLTP.
Masalah pendidikan yang lain adalah insentif yang tidak memadai bagi tenaga guru, disamping tidak lancarnya proses pembayaran.
Berikut disajikan hasil pengujian menggunakan chi-square test untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan konservasi
yang dilakukan oleh transmigran. Meskipun pada beberapa sel di tabulasi silang terdapat nilai yang sangat kecil, karena terbatasnya jumlah responden, namun
tabel tersebut memberikan informasi yang menarik. Pada kelompok transmigran dengan tingkat pendidikan tinggi SMP dan SMA, persentase transmigran yang
147 melakukan tindakan konservasi lebih tinggi daripada pada kelompok SD dan
tidak sekolah. Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, transmigran semakin sadar pentingnya tindakan konservasi. Hasil uji chi-square juga
menghasilkan nilai sig p-value yang sangat kecil yang berarti hubungan keduanya signifikan. Atau dengan kata lain, ada perbedaan tindakan konservasi
pada berbagai tingkat pendidikan.
Tingkat Pendidikan Tindakan Konservasi Crosstabulation
Count 4
4 70
12 82
20 6
26 3
3 93
22 115
Tidak Sekolah SD
SMP SMA
Tingkat Pendidikan
Total tidak ada
ada Tindakan Konservasi
Total
Chi-Square Tests
18.952
a
3 .000
15.900 3
.001 2.052
1 .152
115 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear
Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. 2-sided
5 cells 62.5 have expected count less than 5. The minimum expected count is .57.
a.
b. Kesehatan