94 meliputi pH H
2
O, pH KCl, C-Organik, N-total, Posfor, kandungan basa-basa dapat ditukar, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, dan kandungan unsur-
unsur mikro dalam tanah.
c. Topografi
Dalam perancangan ulang untuk pembangunan berkelanjutan seperti halnya pada penelitian ini, aspek topografi merupakan hal yang sangat penting.
Hal ini berlaku, terlebih di lokasi lahan kering seperti di lokasi penelitian ini, dimana faktor erosi merupakan salah satu faktor kunci yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan tindakan-tindakan ke depan. Erosi antara lain ditentukan oleh faktor topografi.
Dari peta-peta kontur sebagaimana tersaji dalam peta topografi dihitung besarnya kemiringan lereng, dan dikelaskan. Kelas yang digunakan adalah
kelas-kelas standar yang biasa digunakan 0 – 3 , 3 – 8 , 8 – 15 , 15 – 25 , 25 – 40 dan 40.
d. Klimatologis
Analisis terhadap aspek klimatologis diberlakukan terhadap seluruh lokasi penelitian. Hal ini disebabkan karena faktor iklim merupakan faktor yang bersifat
global sehingga berlaku untuk wilayah yang luas. Kondisi iklim di seluruh lokasi di Rantau Pandan SP 1 dan SP 2 telah
dibahas pada Bab Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Lokasi ini memiliki curah hujan bulanan antara 59–307 mm, dengan curah hujan bulanan rata-rata
sebesar 205.79 mm. Lama penyinaran berkisar antara 3.7–7.7 jamhari, dengan kecepatan angin berkisar antara 69–104 kmjam. Temperatur udara di lokasi
berkisar antara 26.23–27.44°C, sedangkan kelembaban udara berkisar antara 83.03–86.47.
Jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli dan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Bulan Basah berlangsung dari bulan
Oktober sampai dengan bulan Juli, sedangkan Bulan Kering hanya berlangsung 1 bulan, yaitu pada bulan Agustus.
Berdasarkan kriteria dari FAO 1978 dan Kassam 1976, wilayah yang memiliki kisaran suhu udara 25–30°C merupakan wilayah yang cocok untuk
pengusahaan tanaman C3 seperti padi, kedele, kacang tanah, kapas, ubi kayu, ubi jalar, dan lain-lain. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kondisi iklim
di lokasi penelitian tidak menjadi faktor penghambat dalam usaha pertanian.
95
e. Penggunaan Lahan
Pada penelitian tahap I, dilakukan identifikasi penutupan penggunaan lahan. Secara kuantitatif, hasil identifikasi ini berguna antara lain dalam
penghitungan kuantitatif erosi yang pada saat ini sedang dihitung. Secara kualitatif, data ini juga berguna untuk memahami pola budidaya yang pada saat
ini dijalankan transmigran. Selanjutnya pemahaman ini, bersama-sama dengan aspirasi masyarakat yang ditangkap dalam penelitian tahap II, digunakan untuk
menentukan prioritas-prioritas yang direkomendasikan untuk pengembangan lokasi dalam rangka pengembangan lokasi secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan, ketika lahan yang diterima oleh warga belum siap olah, pada lahan pekarangan di seluruh lokasi yang disurvei banyak terdapat
sisa-sisa batang pohon dengan ukuran yang besar malang melintang di lahan. Sebagian besar lahan pekarangan berada di belakang rumah warga, dengan
topografi bergelombang sampai berbukit. Dengan kondisi topografi demikian terjadi dilema, karena bila lahan ini diusahakan maka sangat rentan terhadap
terjadinya erosi, namun bila dibiarkan sebagai hutan atau semak belukar, warga tidak memiliki penghasilan, karena lokasi transmigrasi ini diperuntukan sebagai
usaha pertanian lahan kering. Secara keseluruhan, LU II di lokasi Rantau Pandan SP 1 dan SP 2 belum
diusahakan oleh warga untuk usaha tani. Secara umum pada saat ini lahan usaha masih berupa hutan sekunder dan semak belukar.
f. Analisis Besarnya Erosi 1 Kenampakan Visual Erosi di Lokasi Penelitian