81 2. hitung jarak Euclid antar objek dari konfigurasi tersebut, katakanlah
ij
sebagai jarak Euclid antara objek ke-i dengan objek ke-j 3. lakukan regresi monotonik d
ij
terhadap
ij
misalnya regresi linear sederhana
ij
= a + b d
ij
+ e. Regresi monotonik dalam masalah ini
memberi kendala bahwa jika d
ij
naik maka
ij
juga akan naik atau tetap. Hasil dugaan yang diperoleh adalah
ij
4. Hitung STRESS yang merupakan ukuran kesuaian antara konfigurasi
yang ada dengan ukuran kemiripan yang diinginkan 5. untuk mengurangi nilai STRESS bila masih mungkin sesuaikan
konfigurasi objek dan kembali ke langkah 2. Nilai STRESS diperoleh menggunakan formula
2 1
1 2
2
n i
j n
i ij
n i
j n
i i
ij ij
STRESS
Dari hasil studi empiriknya, Kruskal 19XX, dalam Jhonson dan Wichern,, 2005 memberikan petunjuk praktis tentang kesesuaian penskalaan ordinal
dikaitkan dengan nilai STRESS yang dicantumkan dalam Tabel 4.5 berikut. Tabel 11. Kesesuaian Penskalaan Ordinal dikaitkan dengan Nilai Stress
No Stress
Kesesuaian
1 20
Buruk 2
10 Cukup
3 5
Bagus 4
2.5 Sangat bagus
5 Sempurna
4.8. Analisis Sistem
Pada penelitian ini digunakan suatu sistem yang terdiri dari tiga sub- sistem. Ke-tiga sub-sistem ini, dalam tahap analisis lanjutan, akan disintesiskan
menjadi suatu sistem yang disebut sistem pemberdayaan transmigrasi lahan kering berkelanjutan. Sintesa ini diharapkan akan dapat digunakan untuk
menentukan alternatif penggunaan lahan optimal di lokasi transmigrasi.
82 Ketiga sub-sistem tersebut adalah : 1 Sub-sistem sumberdaya fisik, 2
Sub-sistem sosial budaya dan ekonomi, dan 3 Sub-sitem sumber daya manusia transmigran dan organiser. Uraian di bawah ini akan menyajikan sub-sub
sistem di lokasi transmigrasi lahan kering yang diperhitungkan dalam penelitian ini.
4.8.1. Sub-sistem Sumberdaya Fisik
Sub-sistem sumberdaya fisik akan diduga dengan melakukan analisis parameter erosi. Parameter erosi ini dianalisis dengan melakukan pendugaan
erosi yang mungkin terjadi pada berbagai alternatif penggunaan lahan. Analisis erosi untuk pendugaan kejadian pada sub sistem sumberdaya
fisik dilakukan dengan menggunakan model erosi tanah Arsyad, 2000 dan model erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith 1978, yang juga
dikenal dengan istilah Universal Soil Lost Equation USLE. Pada penelitian ini model erosi tersebut dimodifikasi agar dapat
digunakan untuk menduga erosi yang mungkin terjadi pada suatu wilayah tertentu pada berbagai alternatif penggunaan lahan.
Besaran erosi diduga dengan rumus Universal Soil Loss Equation USLE Wischmeier dan Smith, 1978 yaitu:
A = R x K x LS x C x P dengan pengert ian bahwa:
A : Jumlah erosi dalam tonha tahun
R : Faktor erosivi tas hujan
K : Faktor erodibi litas tanah
LS : Faktor panjang dan kem iringan lereng
C : Faktor tanama n penggunaan tanah
P : Faktor teknik konser vasi tanah
Untuk penghitungan erosi dengan persamaan USLE tersebut, elemen- elemen di dalam persamaan yang akan digunakan adalah seperti berikut ini:
a. Erosivitas hujan.
Erosivitas hujan
dihitung dengan
menggunakan menggunakan rumus Lenvain 1975, dalam Bols, 1978 sebagai berikut:
RM = 2,21 Rain
m 1,36
dimana, RM
: erosivi tas hujan bulanan Rain
m
: curah hujan bulana n cm
83 Dari rumus tersebu t, nilai R erosi vitas hujan setahun di peroleh
dengan menjum lahkan RM selama setahun. Rumus tersebu t digunakan, karena dari hasil perband ingan perhitu ngan nilai faktor R dari beberap a
stasiu n penakar hujan, ternya ta beberap a rumus lain, sepert i misalnya yang disarankan oleh Bols 1978 menghas ilkan nilai yang sangat
berleb ihan Sukma na, 1995, tidak dipublikasikan . Karena itu, dianjur kan menggunakan rumus sebagaimana disajik an, yang lebih sederha na tetapi
lebih mendek ati kenyata an Hardjowigeno Widia tmaka, 2001 . b. Erodibilitas tanah. Erodibilitas tanah dihitung dengan menggunakan rumus
Hammer 1978.
Dengan rumus
ini, perhitungan
nilai K
dapat menggunakan rumus sebaga i berikut:
100 3
5 ,
2 2
25 ,
3 12
10 713
, 2
4 14
, 1
c b
a M
K
dimana, M = paramet er ukuran butir yang dipero leh sebagai berikut:
M = debu + pasir sangat halus 100 – liat a
: bahan organik C x 1,724 b
: kode nilai strukt ur tanah c
: kode nilai permeab ilitas tanah c. Lereng. Faktor lereng LS merupakan faktor panjang dan kemiringan lereng.
Dalam penelitian ini, agak sulit untuk menetapkan secara detil faktor panjang lereng. Karena itu, faktor panjang lereng akan diabaikan, dan yang
diperhitungkan hanya faktor kemiringan lereng. Terhadap erosi, kemiringan lereng berpengaruh 3 tiga kali panjang lereng, sehingga pengabaian faktor
panjang lereng telah umum dilakukan Hardjowigeno Widiatmaka, 2005. Nilai LS dihitung dengan menggunakan Tabel 12 yang disajikan di bawah ini.
Tabel 12. Kelas kemiringan dan nilai faktor lereng LS
Kelas Kemiringan Lereng Nilai Faktor LS
0 – 3 0.10
3 – 8 0.25
8 – 15 1.20
15 – 25 4.25
25 – 40 9.50
40 12
84
d.
Tanamanpenggunaan lahan. Indikator penutupan tanah soil cover, erosi tanah, dan sedimentasi dapat digunakan untuk mengembangkan konsep
pengelolaan sunberdaya lahan pada skala wilayah. Bahan organik yang terdapat pada permukaan tanah pada umumnya dijadikan tolok ukur yang
mendasar bagi studi penutupan lahan dan erosi tanah Zheng et al., 2004. Rahman et al. 2003 dan Iqbal et al. 2005 menyatakan bahwa penggunaan
lahan sebagai areal budidaya tanaman semusim dalam jangka panjang telah menyebabkan perubahan perilaku fisik dan erodibilitas tanah.
Beberapa ahli telah mengembangkan cara berpikir baru berdasarkan pengkajian sistem untuk mempelajari perubahan perilaku indikator-indikator
yang dianggap
tepat untuk
mengembangkan konsep
pengelolaan sumberdaya lahan berkelanjutan Freebairn, 2004. Pengelolaan lahan dalam
jangka panjang yang berakibat pada akumulasi residu tanaman pada permukaan tanah dapat memperbaiki kualitas fisik tanah antara lain stabilitas
agregat, kekuatan geser tanah shear strength, dan ketahanan tanah terhadap percikan air hujan yang dapat menyebabkan erosi tanah.
Pada dasarnya, penentuan besarnya nilai C mempertimbangan sifat perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Sifat perlindungan tanaman
dinilai sejak dari pengolahan lahan hingga panen. Nilai C secara cepat dapat ditentukan berdasarkan pada Tabel 13 Roose, 1977; Hammer, 1982; dan
Abdulrachman et al., 1981. Tabel 13. Nilai C Faktor tanaman dari beberapa Jenis Pertanaman di
Indonesia
Nilai C No.
Macam Penggunaan Arsyad
2000 Hammer
1980
1 Tanah terbuka tanpa tanaman
1,0 1,0
2 Sawah
0,01 0,1
3 Tegalan tidak dispesifikasi
0,7 0,7
4 Ubi kayu
0,8 0,8
5 Jagung
0,7 0,7
6 Kedelai
0,399 -
7 Kentang
0.4 0,4
8 Kacang tanah
0,2 0,2
9 P a d i
0,561 0,5
10 T e b u
0,2 0,2
85
Nilai C No.
Macam Penggunaan Arsyad
2000 Hammer
1980
11 Pisang
0,6 0,6
12 Akar wangi sereh wangi
0,4 0,4
13 Rumpun bede tahun pertama
0,287 0,3
14 Rumpun bede tahun kedua
0,002 0,002
15 Kopi dengan penutup tanah buruk
0,2 0,2
16 Talas
0,85 0,85
17 Kebun campuran :
- Kerapatan tinggi - Kerapatan sedang
- kerapatan rendah 0,1
0,2 0,5
0,1 0,2
0,5 18
Perladangan 0,4
0,4 19
Hutan alam : - Seresah banyak
- Seresah kurang 0,001
0,005 0,001
0,005 20
Hutan produksi : - Tebang habis
- Tebang pilih 0,5
0,2 0,5
0,2 21
Semak belukar padang rumput 0,3
0,3 22
Ubi kayu + kedelai 0,181
0,181 23
Ubi kayu + kacang tanah 0,195
0,195 24
Padi + sorghum 0,345
0,345 25
Padi + kedelai 0,417
0,417 26
Kacang tanah + gude 0,459
0,459 27
Kacang tanah + kacang tunggak 0,571
0,571 28
Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton ha 0,049
0,049 29
Padi + mulsa jerami 4 ton ha 0,096
0,096 30
Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton ha 0,128
0,128 31
Kacang tanah + mulsa crotalaria 3 ton ha 0,136
- 32
Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,259
0,259 33
Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton ha 0,377
0,347 34
Padi + mulsa crotalaria 3 ton ha 0,387
- 35
Pola tanaman tumpang gilir gagung + padi + ubi kayu setelah panen padi ditanami
kacang tanah + mulsa jerami 0,079
0,079 36
Pola tanaman beruntun padi – jagung – kacang tanah + mulsa sisa tanaman
0,357 0,357
37 Alang – alang murni subur
0,001 -
86
e.
Pengelolaan. Dalam penghitungan, pengelolaan diimplementasikan dalam tindakan konservasi tanah. Yang dimaksud dengan konservasi tanah adalah
tindakan konservasi tanah, baik secara mekanik, fisik, maupun berbagai macam usaha yang bertujuan untuk mengurangi erosi tanah. Indeks
konservasi tanah dapat ditentukan berdasar pada Tabel 14 Hardjowigeno Sukmana,1995.
Tabel 14. Nilai P Faktor Pengelolaan pada beberapa Teknik Konservasi Tanah
Nilai P No.
Jenis Teknik Konservasi Tanah Arsyad
2000 Hammer
1980
1 Teras bangku :
- Konstruksi baik - Konstruksi sedang
- Konstruksi kurang baik - Teras tradisional
0,04 0,15
0,35 0,40
0,04 0,15
0,35 0,40
2 Strip tanaman rumput Bahlia
0,40 0,40
3 Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis
kontur: - Kemiringan 0 – 8
- Kemiringan 9 – 20 - Kemiringan lebih dari 20
0,50 0,75
0,90 0,50
0,75 0,90
4 Tanpa tindakan konservasi
1,00 1,00
5 Penanaman Crotalaria
- 0,60
6 Penggunaan mulsa :
- Jerami 6 ton ha tahun - Jerami 3 ton ha tahun
- Jerami 1 ton ha tahun -
- -
0,30 0,50
0,80 7
Penanaman tanaman penutup tanah rendah pada tanaman perkebunan :
- Kerapatan tinggi
- Kerapatan sedang -
- 0,10
0,50
4.8.2. Sub-sistem Sosial-Budaya dan Ekonomi
Sub-sistem sosial budaya dan ekonomi ini, yakni sosial ekonomi dengan penggunaan lahan, sosial ekonomi dirumuskan untuk menghitung dugaan BC
ratio dan nilai tunai bersih net present value dari setiap alternatif penggunaan lahan yang layak dari segi erosi yang masih diperbolehkan, yang berada pada
batas minimum dan maksimum. Sub sistem ini dihitung dengan menggunakan persamaan seperti berikut:
87 Analisa Imbangan penerimaan dan biaya RC Ratio yaitu analisa untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha tani ternak dan usaha lainnya tersebut cukup menguntungkan. Jika RC 1 maka usaha
menguntungkan BiayaTotal
Total Penerimaan
C R
Analisa Net Benefit-Cost Ratio Net BC adalah perbandingan antara
keuntungan dengan biaya yang dilakukan selama umur produksi. Nilai BC menggambarkan bahwa setiap Rp. 100,- biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan keuntungan senilai BC tersebut. Kriteria kelayakannya apabila nilai BC 1 maka usaha tersebut menguntungkan
Net Present Value NPV merupakan alat analisis untuk menilai kelayakan investasi dengan melihat selisih antara nilai sekarang aliran kas masuk netto Net
Cash in Flow proyek dengan nilai sekarang pengeluaran investasi Cash Out Flow. Suatu proyeksi dikatakan Feasiabel layak apabila NPV nya lebih besar
dari nol atau positif, yang berarti nilai sekarang kas masuk selama umur proyek lebih besar dari pada nilai sekarang investasi.
Dimana : Ct
= Net Cash in Flow Aliran masuk bersih Co
= Cash Out Flow Biaya Investasi. r
= Bunga Bank t
= Tahun ke n
= Umur Proyek IRR adalah metode penilaian investasi yang menentukan pada tingkat discount
bearapa NPV proyek sama dengan 0 nol. Dengan kata lain akan dicari tingkat discount factor berapa yang membuat present value dari cash out flow kemudian
tingkat discount yang bersangkutan dibandigkan dengan cost of capitalnya. Suatu proyek dikatakan feasible layak apabila IRR proyek tersebut lebih besar
88 daripada tingkat discount yang disyaratkan. discount factor akan dihitung
berdasarkan besarnya tingkat bunga diposito pemerintah yang merupakan tempat inveestasi paling aman dibandingkan dengan investasi di sector lain,
karena diposito di sistem perbankan Indonesia mendapat jaminan pembayaran dari Pemerintah. Untuk analisa ini tingkat discount yang disyaratkan adalah
tingkat suku bunga diposito Bank milik Negara
Dimana : Ct
= Net Cash in Flow Aliran masuk bersih t
= Tahun ke n
= Umur Proyek IRR cukup sulit dihitung secara manual, tetapi sangat mudah dengan
menggunakan sofware excel dengan menggunakan perintah : = IRR Values;Guess
Dimana : Value = Data-data Investasi dan Cash in Flow
Guess = Asumsi Diposito Bank Pemerintah
4.8.3. Sub-sistem Sumberdaya Manusia
Sub-sistem ini digunakan untuk menduga kinerja
organiser dan
transmigran. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan statistika non-parametrik bebas
sebaran karena tidak ada asumsi pengetahuan apapun mengenai populasi Walpole, 1995.
Uji kuantitatif
terhadap sumberdaya
manusia dilakukan
dengan menggunakan uji t-Student, Mann Withney dan Korelasi Rank Spearman.
Uji kualitatif dilaksanakan melalui pengkajian sosial budaya yang melatarbelakangi kinerja transmigran.
89
4.8.4. Integrasi Sub-sistem
Ketiga sub-sistem tersebut sub-sistem erosi, sub-sistem sosial budaya dan ekonomi, dan sub-sistem sumber daya manusia kemudian disintesiskan
menjadi suatu Sistem Pemberdayaan Transmigrasi Lahan Kering Berkelanjutan dengan menggunakan analisis sistem dinamika. Integrasi ini dilakukan dengan
melakukan hubungan link antara auxiliary tindakan konservasi P dan jenis tanaman C pada sub-sistem erosi dengan level kondisi sosial ekonomi pada
sub-sistem sosial ekonomi dan level sumberdaya manusia pada sub-sistem sumber daya manusia pada UPT. Link dilakukan dengan menggunakan fungsi
graph dan fungsi if. Perumusan sub-sistem dan pengintegrasiannya disusun berdasarkan
langkah-langkah sebagai berikut : a. Identifikasi dan batasan sistem
Pemberdayaan transmigrasi di lahan kering menggunakan suatu sistem, yang terdiri atas beberapa sub-sistem kegiatan. Antara satu sub-sistem
dengan sub-sistem yang lain berhubungan dan saling mempengaruhi sesuai dengan tatanan yang ada.
Memperhatikan Teori Sistem, secara garis besar ada 6 kelompok variabel yang akan mempengaruhi kinerja suatu sistem. Hal ini pula yang akan
berlaku dalam sistem pemberdayaan transmigrasi lahan kering. Ke-6 kelompok variabel tersebut adalah :
1 Variabel output yang dikehendaki, yang ditentukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan
2 Variabel output yang tidak dikehendaki 3 Variabel input yang terkontrol
4 Variabel input yang tidak terkontrol 5 Variabel input lingkungan, dan
6 Variabel kontrol sistem Diagram input-output pada penelitian ini disajikan pada Gambar 20.
b. Pengembangan Model Dinamik Pengembangan model Dinamik secara garis besar
dilakukan dengan mengikuti proses yang dikembangkan oleh Muhammadi, 2001, Nancy
Robert, 1999, dan Kim 1997. Proses-proses tersebut meliputi : a
Cognitive map, b model construction, c Validation and Verification d Policy Analysis. Input dari model dinamik ini adalah hasil dari analisis
90 sebelumnya yakni analisis statistik dan analisis prospektif. Secara garis besar
kaitan antara analisis yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan model dinamik disajikan pada Gambar 20, sedangkan diagram alir pengembangan
model dinamik disajikan pada Gambar 21.
Input Tak Terkendali Input Terkendali
2. Sarana PerhubunganKomunikasi 3. Manajemen Pelaksanaan Transmigrasi
5. Informasi inout 6. Sarana Perumahan
7. Sumberdaya Penyelenggara 8. Penyediaan SaranaKegiatan Usaha Dasar
9. Penyediaan InputSarana ProduksiKegiatan Usaha 10. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
11. Penyediaan Sarana Kesehatan 12. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pelayanan Umum
termasuk perangkat desa 1. Lokalita-lokalitaUPT
13. Karakteristik TransmigranTPSTPA 15. Teknologi dan Pemasaran Pascapanen
16. Lembaga Keuangan 17. MitraUsaha Partnership
Output Tak Terkendali
1. Produktivitas lahan rendah
2. Ketenagakerjaan tak tertampung
3. Masih ada konflik sosial
4. Degradasi lahan
Umpan Balik Sistem
Perencanaan
Ouput Dikehendaki
1. 2.
MataPencaharianPeluang Kerja Meningkat 3.
Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi 4.
5. 6.
7.
Terwujudnya Integrasi Sosial 8.
Peningkatan Pendapatan
9.
Produktivitas Lahan KontinuBerkelanjutan 10.
Peningkatan Pendidikan 11.
Peningkatan Kesehatan 12.
Peningkatan Pelayanan Administrasi Pemerintahan 13.
14. Peningkatan Aktivitas Sosial
Peningkatan Partisipasi Stakeholder Kompetensi Transmigran Meningkat
Harga Komoditas Layak Pertumbuhan Ekonomi Meningkat
Tingkat Degradasi Lahan Rendah
Input Lingkungan
1. Iklim 2. Politik
3. Curah Hujan
DesainModel Pemberdayaan
Transmigrasi Lahan Kering
4. Pengadaanpenyediaan lahan
14. Kompetensi CDWorker
1. Bio-Diversity 2. Harga
3. Kondisi Sosial Penduduk 1. UUNo. 15tentang Ketransmigrasian
2. UUNo. 22tahun 1999tentang Otonomi Daerah
3. UUNo. 32tahun 2004tentang Otonomi Daerah Addendum
Input Regulasi
Keterangan : Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung Gambar 19. Diagram Input – Output Pemberdayaan Transmigrasi Lahan
Kering
91
Gambar 20. Alur analisis penelitian dan perumusan strategi pengelolaan lahan kering
92
Mulai
Penyempurnaan Model
Konseptualisasi sistem
Diagram sebab akibat
Pengembangan Model
Validasi dan verifikasi
Simulasi dan Analisis Kebijakan
Selesai OK ?
OK ? Tidak
Tidak Identifikasi Sistem
Analisis Kebutuhan Cognitive map
Gambar 21. Diagram alir pengembangan model dinamik
93
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN