Analisis Penentuan Tindakan Konservasi Tanah Analisis Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Penggunaan Lestari UPT Rantau Pandan SP 1 1. Aksesibilitas

104 tanah dapat ditentukan berdasarkan tabel dari Hardjowigeno Sukmana 1995. Tabel 20. Nilai Faktor Teknik Konservasi Tanah P di UPT Rantau Pandan SP 1 dan SP 2. No. Lokasi Jenis Penggunaan Lahan P-Min P-Max 1. Lahan Pekarangan Tanpa usaha konservasi - 1.0 2. Lahan Pekarangan Dengan upaya konservasi, teras tradisional 0.35 - 3. Lahan Usaha-1 Tanpa usaha konservasi - 1.0 4. Lahan Usaha-2 Tanpa usaha konservasi - 1.0 Tabel 20 menyajikan nilai faktor teknik konservasi tanah di UPT Rantau Pandan SP 1 dan SP 2. Nilai dibedakan menurut jenis penggunaan lahan yang ada di UPT Rantau Pandan SP 1 dan SP 2. 4 Perkiraan Jumlah Erosi Perkiraan besarnya erosi dihitung berdasarkan komponen tersebut di atas pada kedua UPT Rantau Pandan SP 1 dan SP 2.

g. Analisis Penentuan Tindakan Konservasi Tanah

Konservasi tanah adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga agar tanah tetap produktif, atau memperbaiki tanah yang rusak karena erosi agar menjadi lebih produktif. Salah satu usaha dasar dalam tindakan konservasi tanah adalah menggunakan tanah sesuai dengan kemampuannya. Tindakan konservasi tanah yang disarankan untuk diterapkan di masing-masing UPT disajikan dalam bentuk tabel, yang disampaikan pada uraian masing-masing UPT. Tabel-tabel tersebut merupakan tabel-tabel yang bersifat spesifik untuk masing-masing UPT.

h. Analisis Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Penggunaan Lestari

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna tanah. Inti evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan cara ini, maka diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaiankemampuan lahan untuk jenis penggunaan lahan tersebut. Klasifikasi kesesuaian atau kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan tertentu. Pengelompokan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan satuan peta tanah SPT, atau sering juga disebut satuan peta 105 lahan SPL dari hasil survei tanah sebagai satuan evaluasi dan sebagai dasar untuk menentukan batas-batas penyebarannya. Kesesuaian lahan untuk penggunaan lestari disarankan pada tahap pertama, berdasarkan kesesuaian aspek bio-fisik. Pada tahap kedua, dilakukan dengan mempertimbangkan hasil PRA.

5.1.1.2. Analisis Komponen Sub-Sistem Sumberdaya Fisik di Lokasi Penelitian

a. UPT Rantau Pandan SP 1 1. Aksesibilitas

Pada Bab Gambaran Umum Lokasi studi Bab. III, aspek asksesibilitas telah digambarkan secara detil. Dari lokasi UPT Rantau Pandan SP 1 menuju pasar di kecamatan Pasar Muara Buat hanya dibutuhkan waktu ± 1 jam dengan jarak tempuh ± 14 km, dengan biaya sangat bervariasi, dari Rp. 15.000 - 30.000orang. Berdasarkan pada kondisi faktual di lapangan, dari aspek ini, secara makro dan potensial, sebenarnya faktor aksesibilitas di lokasi ini tidak menjadi faktor yang menghambat perkembangan usaha tani yang dilakukan warga. Jalan poros dan jembatan menuju SP 1 berada pada kondisi yang relatif baik. Untuk SP 1 ini, yang masih perlu ditingkatkan adalah jalan desa, terkait dengan topografi yang relatif terjal, namun hal ini berlaku umum untuk seluruh SP di UPT Rantau Pandan ini. Kondisi jalan desa seluruh lokasi survei sebagian besar berupa jalan liat yang berbatu dengan topografi jalan bergelombang sampai berbukit. Kondisi ini sesuai dengan kondisi umum wilayah yang didominasi dengan topografi bergelombang dan berbukit. Keadaan ini mengakibatkan jalanan sulit dilalui di musim penghujan karena licin, baik oleh kendaraan roda 2 maupun oleh kendaraan roda 4. 2 Tingkat Kesuburan Lahan Hasil analisis sifat kimia tanah lapisan permukaan 0 – 20 cm dan lapisan bawah permukaan 20-40 cm, serta status kesuburannya berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh Pusat Penelitian Tanah 1983 disajikan pada Tabel 21. Dari tabel tersebut terlihat bahwa reaksi tanah di UPT Rantau Pandan SP 1 berkisar antara masam sampai sedang, dengan nilai pH tanah berkisar antara 106 4.63 – 5.15. Di Indonesia, tanah-tanah umumnya bereaksi masam dengan nilai pH 4.0 – 5.5, sehingga tanah dengan pH 6.0 – 6.5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Nilai pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh tanaman pada pH tanah di sekitar netral, karena pada pH tersebut, kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah. pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan. Tabel 21. Sifat kimia dan status kesuburan tanah di UPT Rantau Pandan SP 1 Posfor Basa-basa me100g SPL pH H 2 O C-Org N-Tot Bray-I HCl Ca Mg K Na KTK KB 1 4.90 M 2.01 S 0.16 R 4.4 SR 71.4 ST 0.58 SR 0.28 SR 0.15 R 0.28 R 9.13 R 14.13 R 4.92 M 1.15 R 0.10 R 4.8 SR 93.6 ST 0.38 SR 0.18 SR 0.08 SR 0.10 R 7.32 R 10.11 R 2 4.83 M 1.99 R 0.15 R 4.3 SR 81.3 ST 1.16 SR 0.58 R 0.21 R 0.40 S 10.47 R 22.45 S 4.71 M 0.53 SR 0.05 SR 2.9 SR 77.2 ST 0.60 SR 0.32 SR 0.18 R 0.26 R 6.09 R 22.33 S 3 5.15 S 0.37 SR 0.03 SR 3.9 SR 63.2 ST 0.49 SR 0.20 SR 0.10 R 0.08 SR 7.51 R 11.58 R 5.02 S 0.21 SR 0.02 SR 3.8 SR 88.7 ST 0.50 SR 0.22 SR 0.12 R 0.10 R 9.01 R 10.43 R 4 4.53 M 3.17 T 0.23 S 7.5 SR 69.8 ST 0.39 SR 0.18 SR 0.12 R 0.10 R 12.01 R 6.58 SR 5 4.65 M 3.72 T 0.25 S 5.6 SR 91.1 ST 0.20 SR 0.30 SR 0.15 R 0.10 R 16.17 R 4.64 SR 4.80 M 2.40 S 0.18 R 3.4 SR 135.3 ST 0.88 SR 0.28 SR 0.15 R 0.12 R 11.80 R 12.12 R 6 5.11 S 4.88 T 0.29 S 6.1 SR 142.8 ST 0.83 SR 0.37 SR 2.61 ST 0.86 T 20.55 S 22.73 S 4.63 M 3.37 T 0.26 S 7.9 SR 174.9 ST 0.46 SR 0.22 SR 0.10 R 0.08 SR 10.89 R 7.90 SR Keterangan: M = Masam; SR = Sangat Rendah; R = Rendah; S = Sedang; T = Tinggi; ST = Sangat Tinggi Kandungan C-organik tanah sangat bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi, dengan nilai 0.21 – 4.88 . Kandungan N-Total berkisar antara sangat rendah sampai sedang, dengan nilai 0.02 – 0.29 . C-organik dan N-Total tanah merupakan unsur penyusun bahan organik tanah. Pada bahan organik halus, kandungan N tinggi, dengan CN yang rendah. Sebaliknya, pada bahan organik yang kasar, kandungan N rendah, dengan CN tinggi. Bahan organik adalah bahan aktif penting dalam tanah, dapat mempengaruhi sifat fisik tanah melalui pengaruhnya terhadap struktur tanah, meningkatkan porositas tanah, memperbaiki keseimbangan air dan udara, mengurangi erosi tanah, serta 107 mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Kandungan C-Organik dan N-Total dalam tanah erat kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dekomposisi bahan organik. Kandungan P tersedia di lokasi ini seluruhnya berada pada kriteria sangat rendah, dengan kisaran kandungan P tersedia berkisar antara 2.9 – 7.9 ppm. Unsur P dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral- mineral dalam tanah. Sebab-sebab kekurangan P tersedia dalam tanah adalah jumlah P di tanah yang sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman, karena terjadi pengikatan fiksasi oleh Al pada tanah- tanah masam atau oleh Ca pada tanah-tanah alkalis. Sementara itu, kandungan kation-kation basa Ca, Mg, K dan Na dapat ditukar dalam tanah sangat bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi. Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kation-kation seperti Ca, Mg dan K tidak dijerap tanah, tetapi tetap dalam larutan tanah sehingga mudah tercuci dari tanah. Selanjutnya, secara keseluruhan, nilai Kapasitas Tukar Kation KTK tanah di lokasi ini berada pada kriteria rendah, dengan rata-rata nilai KTK 11.00 me100 g. Kapasitas Tukar Kation menunjukkan banyaknya kation dalam miliekivalen yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah 100 g. Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Kation-kation dalam kompleks jerapan koloid tersebut dapat dibedakan menjadi kation-kation basa dan kation-kation asam. Termasuk kation-kation basa adalah Ca ++ , Mg ++ , K + dan Na + , sedangkan yang termasuk kation-kation asam adalah H + dan Al +++ . Kejenuhan basan menunjukkan perbandingan antara jumlah kation- kation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalm kompleks jerapan tanah. Nilai Kejenuhan Basa KB di lokasi UPT Rantau Pandan SP 1 bervariasi dari kriteria sangat rendah sampai sedang, dengan nilai berkisar antara 4.64– 22.73. Tanah dengan Kejenuhan Basa yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur. Selain sifat kimia tanah, analisis terhadap sifat fisik tanah juga dilakukan terhadap sampel tanah yang diambil dari beberapa lokasi survei yang dianggap representatif terhadap keseluruhan lokasi survei. Oleh karena itu, hasil analisis terhadap sifat fisik ini berlaku untuk seluruh UPT di UPT Rantau Pandan SP 1 108 dan SP 2. Adapun hasil analisis sifat fisik tanah di UPT Rantau Pandan disajikan pada Tabel 22. Dari data sifat-sifat fisik tanah tersebut terlihat bahwa bobot isi tanah di lokasi ini berkisar antara 0.36–1.03 gcm 3 . Bobot isi bulk density menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk pori-pori tanah. Bobot isi juga merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah, makin tinggi bobot isinya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Bobot isi kurang dari 1.6 gcm 3 masih baik untuk usaha budidaya pertanian. Selanjutnya porositas tanah di lokasi survei berkisar antara 54.96–86.29, dengan kadar pF 2.54 berkisar antara 14.00–34.98 dan kadar pF 4.2 berkisar antara 8.30–73.49. Tabel 22. Sifat-Sifat Fisik Tanah di UPT Rantau Pandan SP 1 dan SP 2 Kadar air pF Pori Drainase No Bobot Isi gcm3 Porositas pF2,54 pF4,2 Sangat Cepat Lambat Air Tersedia Permeabilitas cmjam 1. 0.50 81.24 32.46 17.87 30.27 4.46 14.59 19.39 2. 0.83 68.61 27.41 16.53 24.37 4.49 10.88 7.48 3. 0.51 80.64 28.23 15.58 31.44 10.32 12.65 2.47 4. 0.41 84.37 25.53 14.18 25.30 13.14 11.35 4.64 5. 0.36 86.29 25.54 11.83 37.24 9.66 13.72 12.48 6. 0.71 73.18 15.11 8.30 28.90 12.22 6.81 1.45 7. 0.76 71.29 15.84 9.81 28.25 13.25 6.03 4.43 8. 0.78 70.41 22.41 12.97 29.76 4.07 9.43 2.05 9. 0.49 81.66 14.00 8.01 33.58 19.18 5.99 1.23 10. 0.62 76.70 21.12 15.29 29.75 13.12 5.83 1.20 11. 0.72 72.83 25.96 18.51 25.33 9.90 7.45 10.11 12. 0.97 58.77 31.63 63.84 5.075 2.837 5.42 29.74 13. 0.99 61.54 30.33 62.5 0.958 2.164 1.87 18.51 14. 0.97 62.66 23.81 73.49 10.827 5.465 4.43 15.25 15. 1.03 54.96 34.98 61.21 6.249 7.482 4.92 7.92 Kandungan air tersedia di lokasi ini berkisar antara 1.87–14.59. Kandungan air tersedia merupakan selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu permanen. Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut dalam tanah. 109 Selanjutnya, dari data tersebut juga diperoleh keterangan bahwa besarnya permeabilitas tanah di lokasi survei berkisar antara 1.2–29.74 cmjam. Bila dikategorikan berdasarkan kriteria yang ada, nilai permeabilitas ini berada pada kriteria berkisar antara agak lambat sampai cepat. 3 Analisis Aspek Topografi Peta Kontur UPT Rantau Pandan SP 1 dari hasil pengukuran RTSP, disajikan pada Gambar 22 A. Dari peta kontur ini, penurunan menjadi peta kelas lereng secara otomatis mengunakan SIG disajikan pada Gambar 22 B. Gambaran bentuk wilayah secara umum, yang dihasilkan dari Peta Bentuk Wilayah RTSP tahun 2001, disajikan pada Gambar 23. Sedangkan hasil pengkelasan bentuk wilayah dari peta tersebut disajikan pada Tabel 23. A B Gambar 22. A: Peta kontur UPT Rantau Pandan SP 1 Didigitasi dari peta topografi skala 1 : 5.000, RTSP 2001; B: Peta Kelas Lereng UPT Rantau Pandan SP 1 Diturunkan dari Peta Kontur RTSP Tabel 23. Bentuk Wilayah UPT Rantau Pandan SP 1 Berdasarkan RTSP Luas Simbol Kelas Lereng Bentuk Wilayah Ha A 0–3 Datar - - B 4 – 8 Berombak - - C 9 -15 Bergelombang 279 25,74 D 16–25 Bergelombang sampai berbukit 408 39,99 E 26 – 40 Berbukit 316 29,15 F 40 Berbukit agak bergunung 81 7,12 Jumlah 1084 100 110 Gambar 23. Peta Bentuk Wilayah, UPT Rantau Pandan SP 1 Didigitasi dari Peta Bentuk Wilayah RTSP 2001 Dari hasil-hasil analisis kedua peta tersebut, perlu disampaikan, bahwa peta kelas lereng yang dihasilkan dari analisis otomatis GIS, karena bersifat lebih akurat untuk besaran lereng lokal, digunakan untuk penghitungan faktor LS pada besaran erosi. Sedangkan peta bentuk wilayah, karena bersifat lebih makro, digunakan untuk penghitungan kesesuaian wilayah untuk berbagai komoditas. Dari Peta Bentuk Wilayah yang dihasilkan, dapat dinyatakan bahwa UPT Rantau Pandan SP 1 berada pada wilayah bertopografi berombak sampai berbukit dan terjal. Lahan dengan topografi bergelombang menempati luasan yang dominan 37.64 diikuti oleh lahan dengan topografi berbukit 29.15, berombak 25.74, dan terjal 7.47. Tidak terdapat lahan dengan topografi yang datar di lokasi ini. Kondisi topografi yang demikian, sangat rentan terhadap bahaya erosi. Usaha pertanian tanaman pangan terus menerus memperbesar resiko bahaya erosi. Apalagi dengan kondisi iklim yang memiliki curah hujan yang tinggi. Pengelolaan dengan memperhatikan kaidah konservasi lahan mutlak harus dilaksanakan. Pada lahan dengan tingkat kelerengan 26–40 berbukit, harus dilakukan usaha terasering atau guludan, sementara pada lahan dengan tingkat kelerengan 40, harus tetap dimanfaatkan sebagai areal untuk konservasi. 4 Penggunaan Lahan Secara keseluruhan, lahan-lahan pekarangan telah diusahakan oleh warga dengan berbagai tanaman pangan dan hortikultura. Jumlah dan jenis 111 tanaman yang diusahakan oleh warga sangat bervariasi, tergantung pada kreatifitas dan kerajinan masing-masing warga. Di UPT Rantau Pandan SP 1, lahan pekarangan warga umumnya ditanami dengan banyak jenis tanaman pangan dan hortikultura seperti tanaman cabai, sayur-sayuran, sukun, jagung, pisang, nenas, ubi kayu, kelapa sawit, dan lain-lain. Namun demikian, terdapat juga beberapa lahan pekarangan yang nampak tidak terawat dan hanya ditumbuhi oleh semak belukar pendek karena ditinggalkan oleh pemiliknya. Ada juga terlihat lahan pekarangan yang baru diusahakan warga, yang ditandai dengan penebangan pohon-pohon liar yang ada serta usaha pembakaran yang dilakukan warga untuk membersihkan lahannya. Di UPT Rantau Pandan SP 1, sebagian besar LU 1 masih berupa semak belukar dan hutan sekunder. Dari kegiatan PRA diperoleh informasi bahwa sebagian KK malah belum menerima LU 1, sebagian lagi masih berada dalam sengketa. Bagi yang telah menerima LU 1, ada beberapa warga yang telah mengusahakan dengan tanaman kelapa sawit, pisang dan ubi kayu diantara semak belukar. Namun di beberapa tempat ada juga LU 1 yang terlihat gundul dengan simpukan-simpukan sisa-sisa tebangan pohon yang malang melintang diatasnya, disamping itu ada juga lahan yang hanya ditumbuhi rerumputan. 5 Analisis Tingkat Erosi Berdasarkan asumsi-asumsi yang dibangun sebagaimana telah disampaikan dan perhitungan-perhitungan yang dilakukan, dapat diketahui tingkat erosi maksimum yang terjadi di UPT Rantau Pandan SP 1. Hasil perhitungan kisaran besarnya erosi maksimum pada Tahun 2005 disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 merupakan tabel ringkasan besarnya erosi untuk setiap penggunaan lahan, pada Tahun 2005. Penghitungan yang sama dilakukan untuk erosi pada Tahun 2000, 2001, 2002, 2003 dan 2004. 112 Tabel 24. Kisaran Besarnya Erosi Maksimal Di UPT Rantau Pandan SP 1, Berdasarkan Penggunaan Lahan pada Tahun 2005 No. Penggunaan Kelas Lereng Kisaran Erosi TonHaThn Keterangan 3 4.648 – 14.975 Rendah: SPL 3, T: SPL 1 3 - 8 9.037 – 37.438 Rendah: SPL 5, T: SPL 1 8 - 15 55.770 – 179.704 Rendah: SPL 3, T: SPL 1 15 - 25 197.519 – 636.452 SPL 1 1. Lahan Pekarangan LP 25 - 40 441.514 SPL 3 3 6.151 – 22.298 Rendah: SPL 4, T: SPL 1 3 - 8 15.378 – 55.744 Rendah: SPL 4, T: SPL 1 8 - 15 83.039 – 267.571 Rendah: SPL 3, T: SPL 1 15 - 25 261.420 – 947.648 Rendah: SPL 4, T: SPL 1 2. Lahan Usaha I LU I 25 - 40 584.351 – 1826.097 Rendah: SPL 4, T: SPL 2 3 0.010 – 0.037 Rendah: SPL 4, T: SPL 1 3 - 8 0.022 – 0.093 Rendah: SPL 5, T: SPL 1 8 - 15 0.108 – 0.446 Rendah: SPL 5, T: SPL 1 15 - 25 0.381 – 1.579 Rendah: SPL 5, T: SPL 1 25 - 40 0.852 – 3.529 Rendah: SPL 6,5, T: SPL 1 3. Penggunaan Lain 40 1.230 – 1.383 Rendah: SPL 4, T: SPL 3 Dalam tabel tersebut, faktor SPL juga tidak dicantumkan, dengan alasan untuk meringkas informasi tabel, namun informasinya ada pada peta spasial besaran erosi. Peta spasial besaran erosi di UPT Rantau Pandan SP 1 disajikan pada Gambar 5.3. Dengan mempelajari asumsi-asumsi yang digunakan, dapat dinyatakan bahwa perhitungan erosi yang disajikan pada laporan ini merupakan perhitungan yang secara spasial sangat detil. Gambaran dari tingkat kedetilan ini misalnya, dapat diketahui besarnya erosi di lahan pekarangan yang terletak di SPL tertentu, dengan kemiringan lahan tertentu, yang digunakan untuk pertanaman hortikultura. Dengan demikian, lebih informatif apabila besaran erosi ini disajikan dalam bentuk peta sebagaimana disajikan pada Gambar 24. 113 Gambar 24. Peta Besaran Erosi UPT Rantau Pandan SP 1 pada Tahun 2005 Dari Gambar 24. dapat dilihat bahwa luasan lahan dengan tingkat erosi berat merupakan luasan yang dominan di lokasi UPT Rantau Pandan SP 1. Eisenbies et al. 2005 dan Kimaro et al. 2005 menyatakan bahwa pengolahan tanah dangkal merupakan penyebab utama yang mempengaruhi laju erosi tanah permukaan. Lebih lanjut Slobodian et al. 2002 dan Zhang et al. 2004 menyatakan bahwa pemadatan tanah yang diakibatkan oleh lalu lintas peralatan pemanenan diduga penyebab utama memburuknya sifat fisik tanah. Fenton et al. 2005, Shukla et al. 2005, dan Mc Vay et al. 2006 menyatakan bahwa rotasi tanaman dan pengelolaan tanah pada jangka panjang dapat menyebabkan meningkatnya kandungan bahan organik tanah, dan kandungan nitrogen tanah pada lapisan permukaan. 6 Analisis Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Penggunaan Lestari Klasifikasi kesesuaian atau kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan tertentu. Pengelompokan ini dilakukan dengan menggunakan satuan peta tanah SPT, atau sering juga disebut satuan peta lahan SPL dari 114 hasil survei tanah sebagai satuan evaluasi dan sebagai dasar untuk menentukan batas-batas penyebarannya. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, diketahui bahwa pada masing-masing SPL di lokasi UPT Rantau Pandan SP 1 terdapat beberapa penggunaan lahan seperti yang disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Pembagian Penggunaan Lahan pada Masing-masing SPL SPL Lahan Lahan Cadangan Lahan Pekarangan 1 Lahan Usaha Lahan Cadangan Lahan Pekarangan 2 Lahan Usaha Lahan Cadangan Lahan Pekarangan 3 Lahan Usaha Lahan Cadangan 4 Lahan Usaha Lahan Cadangan 5 Lahan Pekarangan 6 Lahan Cadangan Kesesuaian lahan yang dianalisis adalah kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini, sebelum diberikan input-input perbaikan. Sementara kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan aktual yang dinilai kembali setelah lahan tersebut diberi input perlakuan tertentu guna mengatasi faktor pembatas utamanya. Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman padi gogo, jagung, kacang tanah, karet dan kelapa sawit pada masing-masing SPL di UPT Rantau Pandan SP 1 disajikan pada Tabel 26. Paragraf berikut menjelaskan kesesuaian masing-masing komoditi untuk tiap SPL di UPT Rantau Pandan SP 1.

1. Padi Gogo. Pada SPL 1 dan SPL 5, tingkat kesesuaian lahan aktual adalah

Sesuai Marginal S3 dengan pembatas utama ketersediaan unsur hara dan kemiringan lahan. Sedangkan tingkat kesesuaian potensial menjadi Cukup Sesuai S2, dengan input perbaikan berupa pemupukan, terasering, guludan dan penanaman searah kontur. Pada SPL 2 dan SPL 6, tingkat kesesuaian lahan aktual adalah Tidak Sesuai untuk Saat Ini N1 dengan pembatas utama kemiringan lahan. Sedangkan tingkat kesesuaian potensial menjadi Sesuai Marginal S3, dengan input perbaikan berupa terasering, guludan atau penanaman searah konturgaris tinggi. Pada SPL 3 dan SPL 4, tingkat 115 kesesuaian lahan aktual adalah Tidak Sesuai Permanen N2 dengan pembatas utama kemiringan lahan. Sedangkan tingkat kesesuaian potensial menjadi Tidak Sesuai untuk saat ini N1. Tabel 26. Kesesuaian lahan tanaman pangan dan tanaman perkebunan di UPT Rantau Pandan SP 1 Komoditi Tanaman Pangan Komoditi Tanaman Perkebunan Padi Gogo Jagung Kac. Tanah Karet Sawit SPL A P A P A P A P A P 1. S3ns S2ns N1n S3n S3ns S3rf S3n S2wn S3n S2n 2. N1s S3s N1ns S3ns N1s S3rfs S3ns S2wns S3ns S2rns 3. N2s N2s N2s N2s N2s N2s N1s S3s N1s S3s 4. N2s N2s N2s N2s N2s N2s N2s N2s N2s N2s 5. S3ns S2ns N1n S3n S3ns S3r S3n S2wrn S3n S2rn 6. N1s S3s N2s N2s N2s N2s N1s S3s N1s S3s Ket. Kesesuaian Lahan : A = Aktual; P = Potensial S1 = Sangat Sesuai S2 = Cukup Sesuai S3 = Sesuai Marginal N1 = Tidak Sesuai untuk Saat Ini N2 = Tidak Sesuai Permanen Faktor Pembatas: n = Ketersediaan Hara s = Kemiringan Lahan r = Media Perakaran f = Retensi Hara w = Ketersediaan Air

2. Jagung. Pada SPL 1 dan SPL 5, tingkat kesesuaian lahan aktual adalah

Tidak Sesuai untuk Saat Ini N1 dengan pembatas utama ketersediaan unsur hara. Jika diberikan input perbaikan berupa usaha pemupukan, tingkat kesesuaian potensial menjadi Sesuai Marginal S3. Pada SPL 2 tingkat kesesuaian aktual adalah Tidak Sesuai untuk Saat Ini N1 dengan faktor pembatas utama ketersediaan unsur hara dan kemiringan lahan, tingkat kesesuaian potensial menjadi Sesuai Marginal S3, dengan input perbaikan berupa pemupukan dan terasering, pembuatan guludan atau penanaman searah kontur. Pada SPL 3, SPL 4 dan SPL 6, tingkat kesesuaian lahan aktual maupun potensial adalah Tidak Sesuai Permanen N2 dengan pembatas utama kemiringan lahan.

3. Kacang Tanah. Pada SPL 1 dan SPL 5, tingkat kesesuaian lahan aktual

adalah Sesuai Marginal S3 dengan pembatas utama ketersediaan unsur hara dan kemiringan lahan. Sedangkan tingkat kesesuaian potensial menjadi 116 Cukup Sesuai S2, dengan input perbaikan berupa pemupukan, pembuatan guludan, terasering atau penanaman searah kontur. Pada SPL 2, tingkat kesesuaian lahan aktual adalah Tidak Sesuai untuk Saat Ini N1 dengan pembatas utama kemiringan lahan. Sedangkan tingkat kesesuaian potensial menjadi Sesuai Marginal S3. Pada SPL 3, SPL 4 dan SPL 6, tingkat kesesuaian lahan aktual adalah Tidak Sesuai Permanen N2 dengan pembatas utama kemiringan lahan. Tingkat kemiringan yang tinggi menyebabkan lahan di SPL 3, SPL 4 dan SPL 6 tidak bisa diatasi dengan segala jenis input perbaikan apapun untuk lebih meningkatkan kelas kesesuaiannya.

4. Karet dan Sawit. Pada SPL 1 dan SPL 5, tingkat kesesuaian lahan aktual

adalah Sesuai Marginal S3 dengan pembatas utama ketersediaan unsur hara. Dengan pemberian input perbaikan berupa pemupukan, tingkat kesesuaian potensial dapat ditingkatkan menjadi Sesuai Marginal S2. Pada SPL 2 tingkat kesesuaian aktual adalah Sesuai Marginal S3 dengan faktor pembatas utama ketersediaan unsur hara dan kemiringan lahan, tingkat kesesuaian potensial menjadi Cukup Sesuai S2, dengan input perbaikan berupa pemupukan dan terasering, pembuatan guludan atau penanaman searah kontur. Pada SPL 3 dan SPL 6, tingkat kesesuaian lahan aktual adalah Tidak Sesuai untuk Saat ini N1 dengan faktor pembatas kemiringan lahan. Jika diberikan input perbaikan, kelas kesesuaian menjadi Sesuai Marginal S3. Pada SPL 4, tingkat kesesuaian lahan aktual maupun potensial adalah Tidak Sesuai Permanen N2 dengan pembatas utama kemiringan lahan. Dari informasi yang diperoleh di lapangan dan dari pengamatan faktual, diketahui bahwa warga di lokasi UPT Rantau Pandan SP 1 banyak menanam Cabai. Namun sampai saat ini, belum diperoleh kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman tersebut. Oleh karena itu, analisis kesesuaian lahan untuk tanaman cabai dilakukan berdasarkan informasi warga dan pengamatan terhadap kondisi faktual tanaman tersebut di lapangan ketika survei dilaksanakan. Kita ketahui bahwa, kondisi morfologis tanaman yang tumbuh di suatu lahan, secara langsung mencerminkan tingkat kesesuaian lahan tersebut terhadap jenis tanaman yang ditanam diatasnya. Cabai merupakan salah satu komoditi unggulan yang diminati oleh sebagian besar warga transmigrasi di seluruh UPT Rantau Pandan. Alasan 117 mereka mengusahakan cabai beragam, mulai dari karena berdasarkan pengalaman, mereka merasa tanaman ini cocok untuk ditanam di lokasi ini, juga karena faktor pemasarannya yang mudah dan harga yang tinggi. Pengamatan langsung terhadap kondisi morfologis tanaman cabai yang diusahakan warga di lahannya, ketika survei dilaksanakan, memperlihatkan bahwa tanaman cabai memang cocok diusahakan di lokasi ini. Kendala utama yang dihadapi warga adalah penyakit keriting daun. Hasil analisis kesesuaian lahan tersebut kemudian dapat dibuat peta kesesuaian lahan UPT Rantau Pandan SP 1. Karena peta tata ruang UPT juga telah tersedia, kelas-kelas kesesuaian lahan spasial tersebut kemudian dapat di- overlay secara spasial dengan peta tata ruang. Hasilnya adalah, diketahuinya tingkat kesesuaian lahan, baik untuk lahan pekarangan, Lahan Usaha 1 maupun sisa lahan termasuk lahan yang kelak digunakan sebagai Lahan Usaha 2. Contoh peta kesesuaian padi gogo, jagung dan karet dan kelapa sawit disajikan pada Gambar 25 A B C Gambar 25. Peta Kesesuaian UPT Rantau Pandan SP 1 untuk: A. Padi Gogo, B: Jagung, C: Karet dan Kelapa Sawit 118 Berdasarkan kesesuaian secara fisik tersebut, peta rekomendasi berdasar bio-fisik dapat dibuat. Hasilnya disajikan pada Gambar 26. Meskipun demikian, kesesuaian ini barulah kesesuaian yang didasarkan pada aspek bio- fisik. Rekomendasi penggunaan lahan akhir, yang memperhitungkan aspek- aspek lainnya, seperti sosial dan ekonomi, disajikan tersendiri pada Bab terakhir bahasan penelitian ini. Gambar 26. Peta Rekomendasi Tunggal Kesesuaian Lahan UPT Rantau Pandan SP 1

b. UPT Rantau Pandan SP 2 1 Aksesibilitas