163 lebih sesuai dengan kebutuhan pengembangan pola usaha, maka perlu
diupayakan agar PILOK dapat tersedia dan didistribusikan kepada Balatrans di daerah.
e. PILOK dijadikan acuan di dalam pelaksanaan PDU baik bagi calon transmigran TPA maupun calon transmigran TPS oleh Balatrans di
daerah.
5.2. Analisis Statistik dan Sistem Dinamis 5.2.1. Uji Statistik
5.2.1.1. Uji Statistik SP 1
Hasil analisis statistik hubungan antara variabel pendidikan, pelatihan dan jumlah anggota produktif dengan variabel erosi tanah yakni faktor erosivitas
hujan R, faktor erodibilitas tanah K, faktor panjang dan kemiringan lereng LS, faktor tanaman penggunaan lahan C, dan faktor pengelolaan teknik
konservasi tanah P terhadap jumlah erosi dalam tonhatahun diperoleh seperti tertera pada Gambar 35.
Hasil uji statistik regresi menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan terakhir transmigran dengan melakukan konservasi P di lahan
transmigran tidak signifikan, dengan nilai 0.300. Demikian pula hubungan antara jumlah anggota keluarga transmigran yang produktif dengan tindakan konservasi
P juga tidak signikan sig = 0.866. Artinya, jumlah anggota keluarga produktif transmigran tidak memiliki dampak terhadap perilaku transmigran dalam hal
menjaga sustainabilitas sumberdaya lahan yang dimiliki. Sementara itu
hubungan antara tingkat keterbatasan atau pengalaman anggota keluarga transmigran dalam mengikuti pelatihan dengan tindakan konservasi di lahan
signifikan dengan nilai signifikansi 0.056. Artinya pelatihan yang diikuti oleh transmigran memiliki dampak terhadap perilaku transmigran dalam hal menjaga
sustainabilitas sumberdaya lahan SDL yang dimiliki. Hasil uji tersebut memberikan petunjuk bahwa tindakan konservasi
keluarga transmigran tidak berhubungan dengan banyaknya keluarga produktif, tingkat pendidikan, maupun lamanya usaha kegiatan di lahan transmigran.
Tetapi, berhubungan negatif dengan kegiatan pelatihan, semakin sering frekuensi pelatihan semakin buruk tingkat keterampilan para transmigran dalam
pengelolaan lahan. Hal ini dapat terjadi karena frekuensi pelatihan dan muatan pelatihan belum disesuaikan dengan kultur transmigran dan karakteristik lokasi.
164
PENDIDIKAN
PELATIHAN
JUMLAH ANGGOTA
PRODUKTIF P
C EROSI A
LS KEMIRINGAN
EKONOMI K
–0.139
ts
–0.253
s
-0.097
ts
0.030
ts
0.011
ts
0.022
ts
-0.083
ts
0.057
ts
0.149
ts
0.360
s
0.724
s
0.372
s
0.377
s
–0.013
ts
Agar hubungan positif dapat dicapai seyogyanya program pelatihan disusun berdasarkan Rencana Teknis Pembinaan dan Pemberdayaan Transmigrasi
untuk setiap lokasi. Artinya, untuk kegiatan konservasi LK dan pengelolaan lahan di SP 1 yang diperlukan adalah keterampilan
skill sesuai kultur dan karakteristik lokasi bukan pengetahuan
knowledge yang bersifat umum.
Keterangan : ts = tidak signifikan,
s = signifikan Gambar
35. Hubungan variabel kuantitatif dan kualitatif yang mempengaruhi variabel internal dan eksternal erosi di UPT
Rantau Pandan SP 1 Selanjutnya uji statistik diketahui bahwa hubungan masing-masing tingkat
pendidikan, pelatihan yang diikuti transmigran dan jumlah anggota transmigran yang tidak produktif dengan keragaman tanaman yang ditanampenggunaan
lahan C, tidak ada yang signifikan dengan nilai signifikansi berturut-turut 0.833, 0.936 dan 0.481.
Berdasarkan Gambar 35 dapat diterangkan sebagai berikut : • Latar belakang pendidikan semakin tinggi, pelatihan yang diikuti semakin
banyak dan kuantitas tenaga produktif semakin banyak, ternyata semakin baik pemilihan tanaman yang dibudidayakan.
165 • Demikian juga dapat dilihat hubungan masing-masing tingkat pendidikan
transmigran, macam dan frekuensi pelatihan yang pernah diikuti transmigran, serta jumlah anggota keluarga transmigran yang produktif dengan tingkat
pendapatan total ekonomi tidak ada yang signifikan masing-masing nilai sig.-nya yaitu 0.572, 0.685 dan 0.294.
• Secara umum dapat dilihat bahwa meskipun hubungan antara kualitas dan kuantitias anggota keluarga tidak signifikan korelasinya dengan tingkat
pendapatan, namun ada kecenderungan sebagai berikut: o
Keluarga dengan pendidikan yang lebih tinggi, cenderung memiliki tingkat pendapatan on-farm yang lebih rendah dan pendapatan
off-farm yang lebih tinggi. Ada kemungkinan disebabkan karena keluarga yang memiliki
pendidikan tinggi cenderung tidak melakukan pengolahan lahan namun mencari pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan pendidikannya
o Keluarga yang lebih sering mengikuti pelatihan cenderung memiliki
tingkat pendapatan on-farm dan total yang lebih tinggi
o Keluarga dengan jumlah anggota keluarga produktif lebih banyak memiliki
tingkat pendapatan on-farm dan total yang lebih tinggi
• Hubungan tingkat erosi A dengan variabel faktor K, variabel faktor LS, variabel faktor C, variabel faktor P, variabel faktor ekonomi, hasil uji statistik
regresi menunjukkan bahwa hanya hubungan A dengan variabel faktor pendapatan total ekonomi tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0.816.
• Faktor erodibilitas, kemiringan lahan, pola pengelolaan lahan dan penutup lahan memiliki hubungan yang positif dengan erosi. Erodibilitas tinggi,
kemiringan lahan yang tinggi, pengelolaan lahan yang jelek. dan pemilihan tanaman penutup lahan yang tidak sesuai menyebabkan erosi semakin
tinggi. • Meskipun tingkat ekonomi tidak signifikan hubungannya dengan erosi dengan
nilai signifikansi 0.816, namun ada kecenderungan lahan yang dikelola oleh keluarga dengan pendapatan tinggi, memiliki tingkat erosi yang lebih kecil.
5.2.1.2. Uji Statistik SP 2
Hasil perhitungan regresi untuk melihat hubungan tingkat pendidikan terakhir anggota keluarga transmigran dengan penggunaan lahan C di lahan
transmigrasi menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,363 tidak signifikan, secara statistik. Hasil yang sama juga terlihat pada uji antara tingkat keterlibatan
166
PENDIDIKAN
PELATIHAN
JUMLAH ANGGOTA
PRODUKTIF P
C EROSI A
LS KEMIRINGAN
EKONOMI K
–0.001
ts
–0.175
s
-0.089
ts
-0.135
ts
0.076
ts
0.003
ts
0.224
s
on-farm
0.231
s
off-farm
0.093
ts
off-farm 0.229
s
0.900
s
0.122
s
0.092
s
–0.035
s
atau pengalaman anggota keluarga transmigran dalam mengikuti pelatihan dengan penggunaan lahan C, dengan nilai signifikansi sebesar 0.594. Demikian
juga hubungan antara jumlah anggota keluarga transmigran yang produktif dengan penggunaan lahan C di lahan transmigran juga tidak nyata, nilai
signifikansi hasil pengujian 0.552. Hubungan tingkat erosi A dengan variabel faktor erodibilitas tanah K,
variabel faktor panjang dan kemiringan lereng LS, variabel faktor tanamanpenggunaan tanah C, dan variabel teknik konservasi tanah P, dan
variabel faktor pendapatan total disajikan pada Gambar 36.
Keterangan : ts = tidak signifikan,
s = signifikan Gambar
36. Hubungan variabel kuantitatif dan kualitatif yang
mempengaruhi variabel internal dan eksternal erosi di UPT Rantau Pandan SP 2
Berdasarkan Gambar 36 dapat diterangkan sebagai berikut: • Latar belakang pendidikan dan jumlah anggota keluarga produktif tidak
memiliki hubungan dengan cara mereka melakukan upaya konservasi, meskipun ada kecenderungan keluarga yang lebih banyak dan pendidikan
167 yang lebih tinggi memiliki usaha konservasi yang lebih baik. Tetapi
berhubungan negatif dengan kegiatan pelatihan, bahwa semakin sering pelatihan semakin buruk tingkat keterampilan para transmigran dalam
pengelolaan lahan. Hal ini dapat terjadi karena kegiatan pelatihan bersifat umum, seyogyanya pelatihan telah memperhatikan aspek budaya dan
karakteristik lahan permukiman transmigrasi. • Secara umum dapat dilihat bahwa meskipun hubungan antara kualitas dan
kuantitias anggota keluarga tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan total, namun keluarga dengan pendidikan yang lebih tinggi, cenderung
memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi, terutama untuk pendapatan off-
farm. • Keluarga yang lebih sering mengikut pelatihan cenderung memiliki tingkat
keterampilan yang lebih baik, dan memiliki pendapatan off-farm dan total
yang lebih tinggi. Pendapatan on-farm-nya cenderung lebih rendah. Keluarga
dengan jumlah anggota keluarga produktif lebih banyak memiliki tingkat pendapatan
off-farm dan total yang lebih tinggi. Tetapi pendapatan on-farm- nya cenderung lebih rendah.
• Faktor erodibilitas, kemiringan lahan, pola pengelolaan lahan dan penutup lahan memiliki hubungan yang positif dengan erosi. Erodibilitas tinggi,
kemiringan lahan yang tinggi, pengelolaan lahan yang jelek. dan pemilihan tanaman penutup lahan yang tidak sesuai menyebabkan erosi semakin
tinggi. • Tingkat pendapatan total ekonomi hubungannya dengan erosi negatif dan
signifikan, ada kecenderungan lahan yang dikelola oleh keluarga dengan pendapatan tinggi memiliki tingkat erosi yang lebih besar. Hal ini terjadi
karena pada SP 2, tingkat pendapatan yang dominan adalah pendapatan off-
farm. Artinya transmigran yang pendapatan off-farm-nya tinggi, cenderung tidak memperhatikan konservasi lahan.
5.2.2. Indeks dan Sistem Keberlanjutan Sistem Pemberdayaan
Transmigrasi Lahan Kering Penilaian keberlanjutan sistem pemberdayaan transmigrasi lahan kering
di lokalita penelitian dilakukan dengan Metode Multidimensional Scaling MDS.
Metode ini seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya merupakan pengembangan dari metode
Rapfish Alder et al., 2000 yang telah digunakan untuk menilai status keberlanjutan pembangunan perikanan tangkap. Analisis
168
indikat or keberlanjut an in
d ik
a to
r la
in n
y a
100 80
60 40
20 100
80 60
40 20
33.6 56.5
Bad Go o d
SP2 SP1
MDS menghasilkan status dan indeks keberlanjutan sistem pembangunan transmigrasi lahan kering di UPT Rantau Pandan SP 1 dan UPT Rantau Pandan
SP 2 Kabupaten Bungo. Hasil analisis Rap-SIPEMTRANSLKB dengan menggunakan MDS
diperoleh nilai IKB-SIPEMTRANSLKB Indeks Keberlanjutan Sistem Pemberdayaan Transmigrasi Lahan Kering di Kecamatan Rantau Pandan
adalah sebesar 33.6 untuk UPT Rantau Pandan SP 1 dan untuk UPT Rantau Pandan SP 2 sebesar 56.5 pada skala 0 – 100 Gambar 37.
Stress = 0.02890 RSQ = 0.99405
Gambar 37. Analisis Rapid Appraisal Sistem Pemberdayaan Transmigrasi Lahan Kering Rap-SIPEMTRANSLKB yang menunjukkan
Nilai Indeks Keberlanjutan di UPT Rantau Pandan SP 1 dan UPT Rantau Pandan SP 2 Kecamatan Rantau Pandan.
Nilai IkB- SIPEMTRANSLKB yang diperoleh masing – masing UPT berdasarkan penilaian terhadap 96 atribut yang masing – masing tercakup dalam
delapan dimensi biofisik, ekonomi, hukum, institusi, kompetensi, manajemen, sosial budaya, teknologi hasil ini menunjukkan bahwa nilai tersebut termasuk
dalam kategori kurang berkelanjutan, untuk UPT RPSP 1, mengingat nilai IkB- SIPEMTRANSLKB berada pada selang nilai 26-50, sedangkan UPT RPSP 2
cukup berkelanjutan, mengingat nilai IkB- SIPEMTRANSLKB berada pada selang nilai 51-75.
169
biophysic sust ainabilit y o
th e
r d
is ti
n g
u is
h in
g f
e a
tu re
s
100 80
60 40
20 50
25
-25 -50
23. 2 50. 4
Bad Good
SP2 SP1
Untuk mengetahui dimensi aspek pembangunan apa yang masih lemah dan memerlukan perbaikan maka perlu dilakukan analisis Rap-
SIPEMTRANSLKB pada setiap dimensi.
5.2.2.1. Analisis Dimensi Biofisik
Berdasarkan Gambar 38. nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi biofisik adalah sebesar 23.2 untuk UPT Rantau Pandan SP 1 dan sebesar 50,40 masing
– masing pada skala 0 – 100. Jika dibandingkan dengan nilai IkB- SIPEMTRANSLKB yang bersifat multi dimensi maka nilai indeks dimensi biofisik
UPT RPSP 1 berada di bawah nilai IkB- SIPEMTRANSLKB dan termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan 25-50, sedangkan UPT RPSP 2 berada di
bawah nilai IkB- SIPEMTRANSLKB dan termasuk ke dalam kategori cukup berkelanjutan.
Stress = 0.02016 RSQ = 0.99766
Gambar 38. Analisis Rap-SIPEMTRANSLKB yang menunjukkan Nlai
Indeks Sustainabilitis untuk Dimensi Biofisik. Analisis
leverage dilakukan bertujuan melihat atribut apa yang paling sensitif memberi kontribusi terhadap nilai indeks berkelanjutan dimensi biofisik.
Gambar 39. ada bio 9, 6, 13, 8, 17, 1 atribut yang paling sensitif terhadap nilai indeks berkelanjutan dimensi biofisik, yaitu : 1 Lemahnya prasarana
transportasi, prasarana jalan tidak dapat dilalui kendaraan roda empat. Sebagai akibatnya input pertanian kebutuhan pokok sehari – hari langka dan mahal di
UPT Rantau Pandan SP 1. Demikian juga hasil produksi, tanaman hortikultura, tanaman pangan dan lainnya yang dapat dibawa ke pasar kecamatan, dan
170 pedagang pembeli komoditi – komoditi tersebut sangat jarang datang ke lokalita,
sehingga produksi tersebut sukar laku dengan harga layak, ini berakibat motivasi transmigran bercocok tanam menurun terus; 2 bagian dari pengembangan
kawasan yang telah ada tidak terintegrasi dengan kawasan Pusat Pertumbuhan Ekonomi PPE Rantau Pandan; 3 Lahan Pekarangan LP siap tanam, LU I siap
olah, ditanam telah banyak membelukar. Pada tahun awal penempatan LP ditanami transmigran dengan input dari pemerintah, tetapi karena produksi
rendah, harga jual produksi tidak bersaing, menyebabkan pendapatan transmigran dari usaha tani LP menurun terus, sehingga tidak ada kemampuan
untuk menyediakan modal pada musim tanam berikutnya. Hal yang sama juga terjadi pada LU I; 4 tidak nyata integrasi ruang antara penduduk setempat
dengan pendatang; 5 keragaman tanaman di LP dan LU I didominasi oleh tanaman hortikultura, tanaman pangan dan tanaman keras sedikit, keadaan
usaha tani seperti ini memerlukan ketersediaan beras dan karbohidrat lainnya; 6 pada musim hujan ada banjir sesaat, sehingga tanaman hortikultura dan
tanaman padi sebagian terendam, dan berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman-tanaman tersebut.
0.1 0.1
0.1 0.1
0.1 0.6
0.7 0.9
0.9 1.2
1.3 1.6