Badan-Badan dibawah Komisi Strategi kebijakan perikanan tangkap indonesia dalam kerjasama perikanan regional pada West and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC)

5.1.4 Pelaksanaan Azas-Azas di Wilayah-Wilayah Berdasarkan Yurisdiksi

Nasional dan Pengelolaan di Laut Lepas Asas-asas pengelolan dan konservasi di laut lepas sebagaimana dituangkan dalam Pasal 5 dan pendekatan kehati-hatian yang di tuangkan dalam Pasal 6, wajib diterapkan oleh negara-negara pantai di dalam wilayah yurisdiksinya Pasal 7 ayat 1. Sementara bagi negara berkembang, khususnya SIDS diberikan pertimbangan oleh Komisi untuk menerapkan Pasal 5 dan Pasal 6 di dalam wilayah-wilayah berdasarkan yurisdiksi nasional. Tujuan dari pasal ini adalah dalam rangka mewujudkan perikanan yang bersifat lintas batas. Sebagai negara yang telah meratifikasi UNCLOS 1982, maka Indonesia berkewajiban melaksanakan pengelolaan secara penuh di wilayah yurisdiksinya. Artinya, Indonesia harus mampu mewujudkan perikanan berkelanjutan di laut terirotial 12 mil dan ZEE Indonesia 200 mil. Hal ini ditekankan dalam UU No. 21 Tahun 2009. Pengelolaan di wilayah yurisdiksi juga di muat dalam Pasal 2 UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana telah dimuat diatas. Aturan khusus mengenai pengelolaan perikanan tangkap di wilayah yurisdiksi diatur dalam Permen KP No. Per.30Men2012. Peraturan Menteri ini mengatur semua kegiatan penangkapan ikan yang lokasinya berada di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Kewajiban mematuhi aturan di laut lepas adalah perhatian Indonesia sejak UU No. 31 Tahun 2004 di sahkan. Pada Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan di luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan, persyaratan, danatau standar internasional yang diterima secara umum. Pada bagian penjelasan di sebutkan bahwa yang dimaksud dengan “pengelolaan perikanan di luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia” adalah pengelolaan perikanan di laut lepas. Hal ini menjadi dasar kepatuhan Indonesia dalam mewujudkan globalisasi perikanan. Aturan khusus mengenai pengelolaan perikanan tangkap di laut lepas diatur dalam Permen KP No. Per.12Men2012. Peraturan Menteri ini mengatur semua kegiatan penangkapan ikan yang lokasinya berada di luar wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia atau di laut lepas.

5.1.5 Kewajiban para Anggota Komisi

Kewajiban para anggota Komisi tertuang pada Pasal 23 Konvensi, yakni : a. Memberikan laporan tahunan kepada Komisi mengenai data statistik, biologis, dan data lain dan informasi sesuai dengan Lampiran I. b. Memberikan informasi aktivitas penangkapan ikannya di Wilayah Konvensi, termasuk wilayah penangkapan ikan dan kapal perikanan untuk memfasilitasi penghimpunan statistik tangkapan dan upaya yang dapat dipercaya. c. Memberikan informasi tahapan yang diambil untuk melaksanakan langkah- langkah konservasi dan pengelolaan yang telah diterima oleh Komisi. d. Memberitahu Komisi langkah-langkah yang telah mereka terima untuk konservasi dan pengelolaan HMS di wilayah di dalam lingkup Wilayah Konvensi di bawah yurisdiksi nasionalnya. e. Memberitahu Komisi langkah-langkah yang telah diterimanya untuk mengatur aktivitas kapal perikanan berbendera negaranya yang menangkap ikan di Wilayah Konvensi. Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan Indonesia jika merativikasi Konvensi dan menjadi anggota yakni : a. Sistem informasi dan pelaporan kegiatan penangkapan ikan. Data terbaik yang dimiliki Indonsia dibangun dari informasi pendaratan ikan pelabuhan perikanan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Permen KP No. 18 Tahun 2010, bahwa setiap kapal penangkap ikan wajib menyerahkan logbook penangkapan ikan. Logbook Penangkapan Ikan adalah bukan salah satu dokumen kapal, namun menjadi syarat dalam pengajuan Surat Persetujuan Berlayar SPB yang dikeluarkan Syahbandar. Oleh karena itu, setiap kapal perikanan yang memiliki SIPI wajib mengisi logbook Penangkapan Ikan. Pengisian logbook Penangkapan Ikan dilakukan pada setiap operasi penangkapan ikan satu kali trip, yang merupakan tanggung jawab nakhoda. Logbook Penangkapan Ikan berisi informasi mengenai: data kapal perikanan, data alat penangkapan ikan, data operasi penangkapan ikan, dan data ikan hasil tangkapan. Logbook Penangkapan Ikan wajib dilakukan sesuai dengan data yang sebenarnya objective dan tepat waktu up to date. b. Aturan pengelolaan ikan beruaya jauh. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki aturan khusus mengenai pengelolaan ikan beruaya jauh. c. Aturan kapal kapal penangkap ikan. Aturan Indonesia mengenai kapal perikanan dibahas secara rinci pada bagian kapal penangkap ikan. Dengan demikian, hal penting yang harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia adalah aturan pengelolaan jenis ikan beruaya juah.

5.1.6 Kewajiban Negara Bendera

Kewajiban negara bendera yang melakukan penangkapan ikan di wilayah WCPFC sebagaimana dituangkan dalam Pasal 24, yaitu: a. Mematuhi ketentuan-ketentuan Konvensi ini dan langkah-langkah konservasi dan pengelolaan yang diterima sesuai dengan Konvensi. b. Tidak melakukan penangkapan ikan secara tidak sah illegal fishing di wilayah yurisdiksi negara pihak penandatangan Konvensi. c. Kegiatan penangkapan ikan beruaya jauh di luar wilayah yurisdiknya harus mendapatkan izin dari lembaga suatu negara anggota. d. Mensyaratkan kapal perikanan yang menangkap ikan beruaya jauh di laut lepas wilayah WCPFC menggunakan near real-time satelite position-fixing transmitters ketika berada di wilayah tersebut. e. Mensyaratkan kapal perikanannya yang menangkap ikan di Wilayah Konvensi di dalam wilayah di bawah yurisdiksi nasional dari anggota lain agar mengoperasikan near real-time satelite position fixing transmitters sesuai dengan standar, spesifikasi dan prosedur yang di tetapkan oleh negara pantai. f. Wajib bekerjasama untuk memastikan kesesuaian antara sistem pemantauan kapal nasional dan sistem pemantauan kapal di laut lepas. Berdasarkan ketentuan diatas, setidaknya terdapat dua hal yang harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia, yaitu: a. Kegiatan penangkapan ikan di luar wilayah yurisdiksi yang menjadi kewenangan negara anggota. Pemerintah Indonesia sudah mengatur kegiatan penangkapan ikan di luar wilayah pengelolaan perikanan Indonesia melalui Permen KP No. Per. 12Men2012. Peraturan Menteri ini mengatur secara khusus semua kegiatan penangkapan ikan di laut lepas.