Tahunan Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung dan Laporanan Tahunan Satuan Kerja Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode triangulasi, yaitu penggunaan berbagai metode yang saling
melengkapi Mulyana, 2001. Menurut Sitorus 1998 triangulasi dapat diartikan
sebagai kombinasi sumber data yang memadukan sedikitnya tiga metode, seperti pengamatan, wawancara dan analisis dokumen. Pengamatan dilakukan
secara langsung di lapangan, sedangkan wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam Mulyana, 2001. Wawancara
mendalam atau wawancara tak berstruktur adalah metode yang selaras dengan perspektif interaksionisme simbolik, karena hal tersebut memungkinkan pihak
yang diwawancara untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang
diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. Sementara analisis dokumen dilakukan dengan cara mendalami berbagai informasi penting seperti literatur dan
teori organisasi pengelolaan perikanan regional yang berkaitan dengan dasar hukum serta dampak yang ditimbulkan dari suatu ratifikasi. Kelebihan metode
triangulasi ini adalah saling menutupi kelemahan antara satu metode dengan metode lainnya, sehingga hasil yang diharapkan dari realitas sosial masyarakat
menjadi lebih valid.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah nelayan yang menggunakan alat tangkap purse seine
yang mendaratkan ikan di PPS Bitung. Pemilihan responden nelayan purse seine
didasarkan pada penangkapan baby tuna dilakukan menggunakan alat tangkap purse seine. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode sensus
terhadap nelayan purse seine yang melakukan penangkapan ikan di wilayah WCPFC dan melakukan pendaratan ikan di PPS Bitung. Berdasarkan data yang
diperoleh dari PPS Bitung, armada tangkap purse seine yang melakukan penangkapan ikan di WCPFC dan mendaratkan ikan di PPS Bitung sebanyak 15
unit. Teknik sensus digunakan karena jumlah populasi yang menjadi responden dapat dijangkau untuk dilakukan wawancara.
3.4 Metode Analisis Data
Ada tiga analisis pokok yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu analisis hukum, analisis AWOT dan analisis willingness to accept WTA.
Masing-masing metode analisis dijabarkan sebagai berikut.
3.4.1 Analisis Peraturan Perundang-Undangan
Analisis peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah analisis yuridis normatif dan analisis yuridis komparatif. Pendekatan analisis yuridis
normatif dilakukan untuk mengetahui atau mengenal pengaturan hukum internasional dan hukum nasional dalam mengatur pengelolaan perikanan yang
beruaya terbatas dan beruaya jauh di laut lepas, seperti UNCLOS 1982, FAO Compliance Agreement
1993, UNFSA 1995, dan sumber hukum lain seperti Code of Conduct for Responsible Fisheries
1995 dan IPOA on IUU Fishing 2001, serta peraturan perundang-undangan nasional yang berhubungan dengan pengelolaan
perikanan, seperti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan
United Nations Convention On The Law Of The Sea Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, dan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana telah diubah melalui Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 serta beberapa peraturan pelaksananya seperti peraturan pemerintah dan
keputusanperaturan menteri. Pengaturan yang terkait dengan pengelolaan perikanan regional dapat dilihat pada Tabel 5.
Sementara pendekatan analisis yuridis komparatif digunakan untuk melakukan perbandingan antara ketentuan-ketentuan hukum internasional dan
peraturan perundang-undangan nasional untuk melihat persamaan dan perbedaan dalam pengaturan pengelolaan perikanan yang beruaya terbatas dan beruaya jauh
di laut lepas.
Tabel 5 Pengaturan yang Terkait dengan Pengelolaan Perikanan Regional
No Peraturan
Keterangan Hukum dan Ketentuan Internasional
1. United Nations Convention on the Law
of the Sea 1982
Membahas masalah pengelolaan perikanan di ZEE dan Laut Lepas
2. Agreement to Promote Compliance with
International Conservation and
Management Measures by Fishing Vessels on the
High Seas, 1993. Persetujuan ini berlaku untuk semua kapal perikanan dengan
maksud untuk meningkatkan penaatan kapal-kapal perikanan terhadap ketentuan-ketentuan konservasi sumber-sumber
perikanan di laut lepas.
3. United Nations Implementing
AgreementUNIA 1995
Membahas masalah konservasi dan pengelolaan jenis-jenis ikan yang beruaya terbatas dan jenis-jenis ikan yang beruaya
jauh.
4. Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung
Jawab Code of Conduct
for Responsible Fisheries 1995
Merupakan penjabaran secara terperinci untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam UNIA 1995.
5. International Plan of Action on IUU Fishing
2001 Merupakan penjabaran secara terperinci untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam CCRF 1995, khususnya terkait pemberantasan IUU Fishing.
Konvensi dan WCPFC
6. Konvensi WCPFC Mengatur keanggotaan , meliputi hak dan kewajiban negara
anggota, Negara bendera kapal, dan Contracting Non-Member 7. Conservation and
Management Measures Mengatur pelaksanaan lebih lanjut ketentuan yang tertuang
dalam Konvensi WCPFC 8. Resolusi
Aturan teknis yang ditetapkan oleh WCPFC Undang-Undang Peraturan Nasional
9. UU No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana
diubah dengan UU No. 45
Tahun 2009 mengamanatkan Pemerintah ikut serta secara aktif dalam
keanggotaan badanlembagaorganisasi
regional dan
internasional dalam rangka kerja sama pengelolaan perikanan regional dan internasional
10. UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
Mengatur kapal dan persyaratan pelayaran 11. UU No. 21 Tahun 2009
Mengesahkan Agreement for the Implementation of the Provisions of the United Nations Convention on the Law of
the Sea of 10 December 1982 Relating to the Conservation and Management of Straddling Fish Stocks and Highly
Migratory Fish Stocks
12.
PP No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan
Mengatur Negara bendera kapal dan persyaratan pelayaran kapal
13.
PP No. 30 Tahun 2008 tentang
P
enyelenggaraan Penelitian Dan
Pengembangan Perikanan
Mengatur kegiatan penelitian perikanan di wilayah hukum Indonesia
14.
PP No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan
Mengatur kegiatan di pelabuhan dalam rangka pelaksanaan fungsi pemerintahan dan pengusahaan