Keanggotaan WCPFC Strategi kebijakan perikanan tangkap indonesia dalam kerjasama perikanan regional pada West and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC)

b. Aturan pengelolaan ikan beruaya jauh. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki aturan khusus mengenai pengelolaan ikan beruaya jauh. c. Aturan kapal kapal penangkap ikan. Aturan Indonesia mengenai kapal perikanan dibahas secara rinci pada bagian kapal penangkap ikan. Dengan demikian, hal penting yang harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia adalah aturan pengelolaan jenis ikan beruaya juah.

5.1.6 Kewajiban Negara Bendera

Kewajiban negara bendera yang melakukan penangkapan ikan di wilayah WCPFC sebagaimana dituangkan dalam Pasal 24, yaitu: a. Mematuhi ketentuan-ketentuan Konvensi ini dan langkah-langkah konservasi dan pengelolaan yang diterima sesuai dengan Konvensi. b. Tidak melakukan penangkapan ikan secara tidak sah illegal fishing di wilayah yurisdiksi negara pihak penandatangan Konvensi. c. Kegiatan penangkapan ikan beruaya jauh di luar wilayah yurisdiknya harus mendapatkan izin dari lembaga suatu negara anggota. d. Mensyaratkan kapal perikanan yang menangkap ikan beruaya jauh di laut lepas wilayah WCPFC menggunakan near real-time satelite position-fixing transmitters ketika berada di wilayah tersebut. e. Mensyaratkan kapal perikanannya yang menangkap ikan di Wilayah Konvensi di dalam wilayah di bawah yurisdiksi nasional dari anggota lain agar mengoperasikan near real-time satelite position fixing transmitters sesuai dengan standar, spesifikasi dan prosedur yang di tetapkan oleh negara pantai. f. Wajib bekerjasama untuk memastikan kesesuaian antara sistem pemantauan kapal nasional dan sistem pemantauan kapal di laut lepas. Berdasarkan ketentuan diatas, setidaknya terdapat dua hal yang harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia, yaitu: a. Kegiatan penangkapan ikan di luar wilayah yurisdiksi yang menjadi kewenangan negara anggota. Pemerintah Indonesia sudah mengatur kegiatan penangkapan ikan di luar wilayah pengelolaan perikanan Indonesia melalui Permen KP No. Per. 12Men2012. Peraturan Menteri ini mengatur secara khusus semua kegiatan penangkapan ikan di laut lepas. b. Sistem pemantauan kapal. Ketentuan ini diatur dalam Permen KP No. Per.12Men2012 dan Permen KP No. 30Men2012. Kewajiban penggunaan transmitter atau VMS dibahas secara khusus pada bagian Penggunaan Transmitter . Dengan demikian, ketentuan kewajiban negara bendera kapal telah diatur oleh Indonesia melalui beberapa peraturan menteri.

5.1.7 Kesesuaian Tindakan Konservasi dan Pengelolaan

Sumberdaya ikan beruaya jauh bersifat lintas batas, sehingga diperlukan adanya sinergi antar negara dalam pengelolaan perikanan di laut lepas dengan wilayah yurisdiksi suatu Negara Pasal 8 ayat 1. Beberapa penetapan langkah- langkah konservasi dan pengelolaan untuk ikan beruaya jauh adalah Pasal 8 ayat 2: a. Kesatuan biologis dan karakteristik biologis lainnya dari sediaan dan hubungan antara sebaran sediaan, perikanan dan keadaan geografi tertentu wilayah bersangkutan, termasuk sampai sejauh mana sediaan berada dan ditangkap di wilayah-wilayah berdasarkan yurisdiksi nasional. b. Mempertimbangkan langkah-langkah konservasi dan pengelolaan sesuai dengan Pasal 61 UNCLOS 1982 terkait dengan sediaan yang sama oleh negara-negara pantai di dalam wilayah-wilayah berdasarkan yurisdiksi nasional. c. Tindakan penetapan sediaan yang sama untuk laut lepas yang merupakan bagian dari Wilayah Konvensi oleh negara-negara pantai dan negara –negara penangkap ikan di laut lepas sesuai dengan UNCLOS 1982 dan Konvensi WCPFC. d. Mempertimbangkan langkah-langkah yang sebelumnya telah di sepakati dan di terapkan sesuai dengan UNCLOS 1982 dan Konvensi WCPFC dalam hal sediaan yang sama oleh RFMO. e. Mempertimbangkan ketergantungan masing-masing negara-negara pantai dan negara-negara penangkap ikan di laut lepas atas sediaan terkait.

5.1.8 Penaatan dan Penegakan

Menurut Pasal 25, setiap anggota Komisi mempunyai kewajiban dalam hal menjalankan efektivitas tindakan pengelolaan dan konservasi ikan beruaya jauh di wilayah WCPFC. Beberapa kewajiban penaatan dan penegakan, tersebut yaitu: a. Menegakkan ketentuan Konvensi WCPFC dan setiap langkah-langkah konservasi dan pengelolaan yang ditetapkan oleh Komisi. b. Wajib menyelidiki secara menyeluruh setiap dugaan pelanggaran oleh kapal perikanan yang mengibarkan benderanya atas ketentuan Konvensi WCPFC atau langkah-langkah konservasi dan pengelolaan yang diterima oleh Komisi. c. Menyerahkan kasus tersebut kepada pihak berwenang dengan tujuan untuk mengajukan gugatan secepatnya sesuai dengan hukumnya dan bilamana layak, menahan kapal yang bersangkutan. d. Memastikan kapal yang bersangkutan tidak lagi melakukan kegiatan penangkapan ikan dan tidak terlibat dalam kegiatan tersebut di dalam Wilayah Konvensi, sampai saat seluruh sanksi yang dikenakan oleh negara bendera sehubungan dengan pelanggaran tersebut telah dipenuhi. Berdasarkan ketentuan di atas, pemerintah Indonesia sudah mengatur tindakan penegakan hukum. Adapun tindakan hukum dilakukan di tengah laut melalui inspeksi kapal yang dibahas secara khusus pada bagian Program Observer dan Inspeksi Kapal, sementara tindakan di darat melalui pelabuhan perikanan. Pemerintah Indonesia mengatur pelabuhan perikanan pada Permen KP No. Per. 08Men2012. Menurut Pasal 3 ayat 2, pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan. Fungsi pemerintahan pada pelabuhan perikanan, yaitu meliputi: fungsi untuk melaksanakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, pengawasan, serta keamanan dan keselamatan operasional kapal perikanan di pelabuhan perikanan.

5.1.9 Itikad Baik dan Penyalahgunaan Hak

Menurut Pasal 33, kewajiban-kewajiban berdasarkan Konvensi harus dipenuhi dengan itikad baik dan hak-hak yang di akui di dalam Konvensi dan harus dilaksanakan dengan cara yang bukan merupakan penyalahgunaan hak.