Penggunaan Transmitter VMS CMM 2008-03 Tindakan Pengelolaan dan Konservasi Penyu Conservation And

bentuk dan jenis pemikatatraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul. Penggunaan rumpon di Kota Bitung umumnya menjadi satu paket dengan kapal purse seine dan kapal lampu. Satu paket armada purse seine biasanya terdiri dari 3-4 kapal angkut carrier vessel, satu kapal penangkapan dan 3-4 kapal lampu. Operasional penangkapan dapat dilakukan 1-2 kali penangkapan setiap malam dengan satu trip 60-90 hari. Alat bantu penangkapan ikan rumpon sangat membantu efesiensi usaha penangkapan ikan di Kota Bitung, karena keberadaan rumpon menjadikan penangkapan ikan menjadi lebih fokus dan berkurangnya waktu operasional penangkapan ikan yang biasanya tanpa menggunakan rumpon bisa memakan waktu pengejaran 4-6 jam perhari. Oleh karena itu, penggunaan alat bantu rumpon dapat membantu nelayan untuk menekan biaya bahan bakar minyak BBM. Jenis rumpon yang berkembang di perairan Sulawesi Utara umumnya adalah rumpon laut dalam yang ditempatkan pada kedalaman 200 m. Jenis rumpon ini telah lama di kembangkan oleh nelayan Sulawesi dengan sebutan Rompong yang dilengkapi rakit dengan kamar perangkap ikan yang berfungsi sebagai bubu apung floating traps. Gambar 14 Kapal Purse Seine A, Rumpon B dan Ponton C di Kota Bitung Berdasarkan rekomendasi Ditjen Perikanan Tangkap, pada tahun 2001- 2009 telah direkomendasi izin rumpon pada perairan ZEE Indonesia di Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik sejumlah 284 titik rumpon. Jumlah tersebut akan bertambah jika termasuk rumpon izin pemerintah daerah. Peta rekomendasi rumpon pada peraiaran ZEE Indonesia Laut Sulawsi dan Samudera Pasifik dapat dilihat pada gambar 14. A B C Sejak tahun 2010 pemberian izin rumpon dihentikan sementara untuk seluruh perairan ZEE Indonesia melalui Keputusan Dirjen Perikanan Tangkap Nomor KEP.08DJPT2010. Keputusan ini mengatur pemberhentian sementara pemberian izin bagi usaha baru alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan tertentu. Peraturan ini terkait dengan penutupan purse seine Pelagis Besar diatas 200GT untuk semua daerah penangkapan dan rumpon semua ZEE Indonesia. Sumber : Diolah dari data izin rumpon pusat tahun Gambar 15 Peta Rumpon Izin Pusat Tahun 2001 – 2009 Penggunaan rumpon sebenar telah menjadi permasalahan dalam pengelolaan perikanan tangkap di Sulawesi Utara karena banyak rumpon yang tidak memiliki izin dan penempatannya tidak sesuai peraturan dan kepemilikan rumpon oleh nelayan Philipina yang menggunakan pumpboat. Pumpboat rata-rata berukuran 5 – 10 GT dengan mesin 60-100 PK yang menggunakan alat tangkap handline dengan lama operasi 10 hari. Satu unit kapal pumpboat membawa 5-14 perahu kecil dengan mesin 5-10 PK yang merupakan sebagai armada semut. Kepemilikan pumpboat sebagian besar dimiliki oleh warga negara Philipina yang memanfaatkan kesamaan budaya dengan masyarakat Kepulauan Sangihe Talaud. Keberadaan pumpboat telah menjadi ancaman pemanfaatan sumberdaya tuna dan terindikasi bahwa hal ini didorong oleh keinginan Philipina untuk menjadikan peraiaran Laut Sulawesi menjadi traditional fishing right nelayan philipinna. Disamping hal tersebut, keberadaan pumpboat dianggap illegal karena banyak yang tidak memiliki izin penangkapan ikan dan memiliki izin ganda dari beberapa kabupaten. Berdasarkan data yang dikumpulkan pada Pertemuan Pengelolaan Pumpboat pada tanggal 28 Mei 2010 di Manado terdata 457 unit pumpboat diperairan Indonesia yang memiliki izin dari Kota Bitung 289 unit, Kota Ternate 50 unit, Kabupaten Halmahera Utara 50 unit dan Halmahera Tengah 58 unit. Terkait dengan Ketentuan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan yang ditetapkan melalui CMM 2008-04 dan CMM 2009-02 telah diatur Permen KP No. Per.02Men2011 tentang jalur penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan. Tujuan Peraturan Menteri ini adalah untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya ikan yang bertanggungjawab optimal dan berkelanjutan serta mengurangi konflik pemanfaatan sumber daya ikan berdasarkan prinsip pengelolaan sumber daya ikan. Menurut Peraturan Menteri ini, jalur penangkapan ikan di WPP-NRI terdiri dari: a. Jalur penangkapan ikan I, terdiri dari: 1 jalur penangkapan ikan IA, meliputi perairan pantai sampai dengan 2 mil laut yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah, dan 2 Jalur penangkapan ikan IB, meliputi perairan pantai di luar 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut. b. Jalur penangkapan ikan II, meliputi perairan di luar jalur penangkapan ikan I sampai dengan 12 mil laut diukur dari permukaan air laut pada surut terendah. c. Jalur penangkapan ikan III, meliputi ZEEI dan perairan di luar jalur penangkapan ikan II. Peraturan Menteri ini mulai berlaku tanggal 1 Februari 2012 sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08MEN2011 tentang Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02Men2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Sementara itu, dalam Permen KP No. Per.05Men2012 disebutkan bahwa pemberlakuan beberapa Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan mulai berlaku tanggal 1 Februari 2013. Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan tersebut, yaitu: a. Pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal dengan alat bantu penangkapan ikan ABPI berupa rumpon dan lampu sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat 1; b. Lampara dasar sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat 7; c. Pukat hela dasar berpapan otter trawls sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat 2; d. Pukat hela pertengahan udang shrimp trawls sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat 8; e. Bagan berperahu dengan ABPI berupa lampu sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat 2; f. Pukat labuh long bag set net sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 4; g. Muro ami sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 11; dan h. Rawai dasar set longlines sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat 7; Khusus pengaturan rumpon pada Permen KP No. Per.02Men2011 belum diatur lebih rinci dan diamanatkan akan diatur menjadi peraturan menteri sendiri. Oleh karena itu seharusnya peraturan menteri terkait dengan rumpon segera ditetapkan sehingga pengelolaan rumpon dapat dilakukan dengan baik. Sebelum Permen KP No. Per.02Men2011 terbit telah terdapat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No Kep.30Men2004 tentang Pemasangan dan Pemanfatan Rumpon. Dalam Kepmen ini diatur mekanisme pemberian izin rumpon dari tingkat pusat hingga daerah dan penempatan rumpon yang memerhatikan habitat, jalur ruaya, kawasan lindung, Alur Layar Kepulauan Indonesia ALKI, jalur navigasi pelayaran dan batas wilayah.