Fungsi Komisi WCPFC Strategi kebijakan perikanan tangkap indonesia dalam kerjasama perikanan regional pada West and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC)

Tabel 14 Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di WPP RI dalam 1.000 ton per tahun WPP Kelompok Sumberdaya Ikan Ikan Pelagis Besar Ikan Pelagis Kecil Ikan Demersal Udang Penaeid Ikan Karang Konsumsi Lobster Cumi- cumi Total Potensi 1.000 tontahun 571 27,7 147,3 82,4 11,4 5,0 0,4 1,9 276,0 572 164,8 315,9 68,9 4,8 8,4 0,6 1,7 565,2 573 201,4 210,6 66,2 5,9 4,5 1,0 2,1 491,7 711 66,1 621,5 334,8 11,9 21,6 0,4 2,7 1.059,0 712 55,0 380,0 375,2 11,4 9,5 0,5 5,0 836,6 713 193,6 605,4 87,2 4,8 34,1 0,7 3,9 929,7 714 104,1 132,0 9,3 - 32,1 0,4 0,1 278,0 715 106,5 379,4 88,8 0,9 12,5 0,3 7,1 595,6 716 70,1 230,9 24,7 1,1 6,5 0,2 0,2 333,6 717 105,2 153,9 30,2 1,4 8,0 0,2 0,3 299,1 718 50,9 468,7 284,7 44,7 3,1 0,1 3,4 855,5 Total 1.145,4 3.645,7 1.452,5 98,3 145,3 4,8 28,3 6.520,1 Sumber: Kepmen KP No. Kep.45Men2011 Tabel 14 yang berisi estimasi potensi perikanan yang dijadikan sebagai acuan dalam penentuan kebijakan pengelolaan perikanan. Dengan demikian, Indonesia sudah memiliki aturan dalam melaksanakan pendekatan kehati-hatian. Sementara aturan Indonesia terkait dengan spesies non-target yang dibahas pada bagian hasil tangkapan sampingan, dan aturan Indonesia terkait dengan pengumpulan data dibahas pada bagian MCS, khususnya mengenai logbook penangkapan ikan. Estimasi potensi perikanan tersebut di atas tidak lepas dari berbagai permasalahan karena masih mengacu kepada konsep maximum sustainable yield MSY atau tangkapan lestari yang dikembangkan sejak tahun 1950-an oleh Schaefer. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsep MSY terbukti tidak efektif sebagai alat pengelolaan perikanan, terutama Indonesia dengan karakteristik perikanan tangkap multi-alat dan multi-spesies. Kajian sediaan ikan harus terus dibenahi karana kekuarangan data statistik perikanan yang akurat sebagai dasar perhitungan MSY akan menghasilkan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan yang tidak tepat sasaran.

5.1.4 Pelaksanaan Azas-Azas di Wilayah-Wilayah Berdasarkan Yurisdiksi

Nasional dan Pengelolaan di Laut Lepas Asas-asas pengelolan dan konservasi di laut lepas sebagaimana dituangkan dalam Pasal 5 dan pendekatan kehati-hatian yang di tuangkan dalam Pasal 6, wajib diterapkan oleh negara-negara pantai di dalam wilayah yurisdiksinya Pasal 7 ayat 1. Sementara bagi negara berkembang, khususnya SIDS diberikan pertimbangan oleh Komisi untuk menerapkan Pasal 5 dan Pasal 6 di dalam wilayah-wilayah berdasarkan yurisdiksi nasional. Tujuan dari pasal ini adalah dalam rangka mewujudkan perikanan yang bersifat lintas batas. Sebagai negara yang telah meratifikasi UNCLOS 1982, maka Indonesia berkewajiban melaksanakan pengelolaan secara penuh di wilayah yurisdiksinya. Artinya, Indonesia harus mampu mewujudkan perikanan berkelanjutan di laut terirotial 12 mil dan ZEE Indonesia 200 mil. Hal ini ditekankan dalam UU No. 21 Tahun 2009. Pengelolaan di wilayah yurisdiksi juga di muat dalam Pasal 2 UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana telah dimuat diatas. Aturan khusus mengenai pengelolaan perikanan tangkap di wilayah yurisdiksi diatur dalam Permen KP No. Per.30Men2012. Peraturan Menteri ini mengatur semua kegiatan penangkapan ikan yang lokasinya berada di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Kewajiban mematuhi aturan di laut lepas adalah perhatian Indonesia sejak UU No. 31 Tahun 2004 di sahkan. Pada Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan di luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan, persyaratan, danatau standar internasional yang diterima secara umum. Pada bagian penjelasan di sebutkan bahwa yang dimaksud dengan “pengelolaan perikanan di luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia” adalah pengelolaan perikanan di laut lepas. Hal ini menjadi dasar kepatuhan Indonesia dalam mewujudkan globalisasi perikanan. Aturan khusus mengenai pengelolaan perikanan tangkap di laut lepas diatur dalam Permen KP No. Per.12Men2012. Peraturan Menteri ini mengatur semua kegiatan penangkapan ikan yang lokasinya berada di luar wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia atau di laut lepas.