Penegakan Hukum CMM 2008-03 Tindakan Pengelolaan dan Konservasi Penyu Conservation And

Sementara itu, dalam Permen KP No. Per.05Men2012 disebutkan bahwa pemberlakuan beberapa Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan mulai berlaku tanggal 1 Februari 2013. Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan tersebut, yaitu: a. Pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal dengan alat bantu penangkapan ikan ABPI berupa rumpon dan lampu sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat 1; b. Lampara dasar sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat 7; c. Pukat hela dasar berpapan otter trawls sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat 2; d. Pukat hela pertengahan udang shrimp trawls sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat 8; e. Bagan berperahu dengan ABPI berupa lampu sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat 2; f. Pukat labuh long bag set net sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 4; g. Muro ami sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 11; dan h. Rawai dasar set longlines sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat 7; Khusus pengaturan rumpon pada Permen KP No. Per.02Men2011 belum diatur lebih rinci dan diamanatkan akan diatur menjadi peraturan menteri sendiri. Oleh karena itu seharusnya peraturan menteri terkait dengan rumpon segera ditetapkan sehingga pengelolaan rumpon dapat dilakukan dengan baik. Sebelum Permen KP No. Per.02Men2011 terbit telah terdapat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No Kep.30Men2004 tentang Pemasangan dan Pemanfatan Rumpon. Dalam Kepmen ini diatur mekanisme pemberian izin rumpon dari tingkat pusat hingga daerah dan penempatan rumpon yang memerhatikan habitat, jalur ruaya, kawasan lindung, Alur Layar Kepulauan Indonesia ALKI, jalur navigasi pelayaran dan batas wilayah.

5.2.5 Pengelolaan Tangkapan Utama

Berdasarkan pelaporan statistik WCPFC dari jumlah tersebut di atas hanya terdapat delapan spesies yang menjadi spesies target utama di wilayah Konvensi WCPFC. Sedangkan yang menjadi target sasaran oleh kapal Indonesia di wilayah Konvensi WCPFC yakni lima spesies yakni bigeye, yellowfin, skipjack, swordfish, dan striped marlin. Sedangkan albacore ditangkap diluar wilayah Konvensi yakni di Samudera Hindia dan Laut Timor, dan dua spesies lainnya yakni black marlin dan blue marlin tidak tertangkap oleh kapal bendera Indonesia. Berdasarkan data statistik WCPFC pada tahun 2002-2011, spesies tangkapan utama Indonesia didominasi oleh 1 skipjack dengan rata-rata tangkapan pertahun sebesar 224.384 ton atau meningkat setiap tahun sebesar 3,34 persen, 2 yellowfin dengan rata-rata tangkapan pertahun 70.806 ton atau meningkat setiap tahun sebesar 3,42 persen, dan 3 bigeye dengan rata-rata tangkapan pertahun 14.071 ton atau meningkat setiap tahun sebesar 4,03 persen. Sedangkan untuk swordfish dan kelompok marlin sangat sedikit tertangkap karena umumnya ikut tertangkap pada alat tangkap longline dan purse seine. Data rinci tangkapan tuna Indonesia per spesies terdapat pada Gambar 16. Sumber : Diolah Data Base WCPFC Gambar 16 Tangkapan dari Kapal Bendera Indonesia pada Wilayah Konvensi pada tahun 2002 – 2011 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Swordfish 253 392 577 583 657 633 627 658 644 644 644 Striped Marlin 88 138 203 205 232 223 221 232 227 227 227 Blue Marlin 545 799 1,135 1,146 1,605 1,431 1,512 1,441 1,383 1,408 1,478 Black Marlin 164 240 341 344 652 480 430 489 413 420 557 Yellowfin 68,779 73,106 72,692 82,157 59,450 51,040 62,842 58,353 80,669 64,155 103,595 Skipjack 173,265 173,336 163,583 191,653 173,203 218,310 243,118 255,917 279,985 273,637 270,100 Bigeye 10,395 10,922 10,959 12,318 12,147 14,717 13,532 18,002 18,052 13,472 16,584 - 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 To n Berdasarkan daerah penangkapan yang diolah dari data logbook penangkapan ikan PPS Bitung dan PPN Ternate tahun 2012, tangkapan Indonesia masih berada di dalam perairan Indonesia. Spesies bigeye umumnya tertangkap di Laut Maluku diatas Kepuluan Sula. Sedangkan yellowfin tertangkap merata di Laut Sulawesi terutama antara perairan Kota Bitung dan Kepulauan Sangihe, disekitar Laut Seram dan Laut Halmahera. Sedangkan untuk skipjack banyak tertangkap pada Laut Sulawesi dan Laut Maluku. Daerah penangkapan ikan berdasarkan analisa logbook di sajikan pada Gambar 16. Sumber : Diolah Data Logbook Penangkapan Ikan Gambar 16 Peta Daerah Penangkapan Kapal Indonesia Berdasarkan Jenis Ikan