Pendanaan dan Anggaran Strategi kebijakan perikanan tangkap indonesia dalam kerjasama perikanan regional pada West and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC)

dalam ekosistem yang sama atau menyatuberhubungan dengan atau bergantung pada sediaan target tersebut; e. Mengambil tindakan konservasi dan pengelolaan untuk spesies dalam ekosistem yang sama atau menyatuberhubungan dengan atau bergantung pada sediaan target tersebut; f. Meminimalkan pencemaran, sampah barang-barang buangan tangkapan yang tidak berguna, alat tangkap yang ditinggalkan tangkapan spesies non target, baik ikan maupun bukan spesies ikan, dan dampak terhadap spesies, melalui tindakan pengembangan dan penggunaan alat tangkap yang selektif serta teknik yang ramah lingkungan dan murah; g. Melindungi keanekaragaman hayati pada lingkungan laut; h. Mengambil tindakan untuk mencegah danatau mengurang kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan dan penangkapan ikan yang melebihi kapasitas dan untuk menjamin bahwa tingkat usaha penangkapan ikan tidak melebihi tingkat yang sepadan dengan penggunaan lestari sumber daya ikan; i. Memerhatikan kepentingan nelayan pantai dan subsistensi; j. Mengumpulkan dan memberikan pada saat yang tepat, data yang lengkap dan akurat mengenai kegiatan perikanan, antara lain, posisi kapal, tangkapan spesies target dan nontarget dan usaha penangkapan ikan, serta informasi dari program riset nasional dan internasional; k. Memajukan dan melaksanakan riset ilmiah dan mengembangkan teknologi yang tepat dalam mendukung konservasi dan pengelolaan ikan; l. Melaksanakan dan menerapkan tindakan konservasi dan pengelolaan melalui pemantauan, pengawasan, dan pengendalian Berdasarkan ketentuan asas-asas di atas, peraturan perundang-undangan Indonesia sudah memiliki asas-asas pengelolaan perikanan dalam mewujudkan perikanan berkelanjutan dan bertanggung jawab.

5.1.3 Penerapan Pendekatan Kehati-hatian

Menurut Pasal 6 ayat 1 Konvensi WCPFC, setiap anggota Komisi wajib menerapkan pendekatan kehati-hatian. Beberapa pendekatan kehati-hatian yang perlu diperlu diperhatikan, yaitu: a. Menetapkan titik-titik acuan spesifik sediaan dan tindakan yang akan diambil apabila dilampauinya acuan spesifik sediaan tersebut berdasarkan informasi ilmiah terbaik yang tersedia, b. Memerhatikan dampak kegiatan penangkapan ikan terhadap spesies non-target dan spesies yang berhubungan atau saling bergantung, c. Mengembangkan program pengumpulan data dan penelitian untuk mengkaji dampak penangkapan ikan terhadap spesies non-target dan spesies yang berhubungan atau yang bergantung dan lingkungannya. Pendekatan kehati-hatian adalah upaya untuk menghindari terjadinya kehancuran perikanan, baik dalam konteks nasional suatu negara pantai maupun di perairan internasional laut lepas. Pengelolaan perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan Pasal 6 ayat 1 UU No. 31 Tahun 2004. Artinya, pendekatan kehati-hatian dalam pengelolaan perikanan Indonesia dilaksanakan secara optimal, berkelanjutan dan kelestarian. Hal ini diperkuat dengan kewajiban Indonesia dalam UU No. 21 Tahun 2009, bahwa negara wajib menerapkan pendekatan kehati-hatian precautionary approach ketika menetapkan tindakan konservasi dan pengelolaan sediaan ikan. Pendekatan kehati-hatian dicerminkan dengan adanya data awal tentang potensi perikanan suatu negara. Indonesia menetapkan potensi sumberdaya ikannya melalui Kepmen KP No. 45Men2011. Data estimasi potensi sumberdaya ikan tersebut disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di WPP RI dalam 1.000 ton per tahun WPP Kelompok Sumberdaya Ikan Ikan Pelagis Besar Ikan Pelagis Kecil Ikan Demersal Udang Penaeid Ikan Karang Konsumsi Lobster Cumi- cumi Total Potensi 1.000 tontahun 571 27,7 147,3 82,4 11,4 5,0 0,4 1,9 276,0 572 164,8 315,9 68,9 4,8 8,4 0,6 1,7 565,2 573 201,4 210,6 66,2 5,9 4,5 1,0 2,1 491,7 711 66,1 621,5 334,8 11,9 21,6 0,4 2,7 1.059,0 712 55,0 380,0 375,2 11,4 9,5 0,5 5,0 836,6 713 193,6 605,4 87,2 4,8 34,1 0,7 3,9 929,7 714 104,1 132,0 9,3 - 32,1 0,4 0,1 278,0 715 106,5 379,4 88,8 0,9 12,5 0,3 7,1 595,6 716 70,1 230,9 24,7 1,1 6,5 0,2 0,2 333,6 717 105,2 153,9 30,2 1,4 8,0 0,2 0,3 299,1 718 50,9 468,7 284,7 44,7 3,1 0,1 3,4 855,5 Total 1.145,4 3.645,7 1.452,5 98,3 145,3 4,8 28,3 6.520,1 Sumber: Kepmen KP No. Kep.45Men2011 Tabel 14 yang berisi estimasi potensi perikanan yang dijadikan sebagai acuan dalam penentuan kebijakan pengelolaan perikanan. Dengan demikian, Indonesia sudah memiliki aturan dalam melaksanakan pendekatan kehati-hatian. Sementara aturan Indonesia terkait dengan spesies non-target yang dibahas pada bagian hasil tangkapan sampingan, dan aturan Indonesia terkait dengan pengumpulan data dibahas pada bagian MCS, khususnya mengenai logbook penangkapan ikan. Estimasi potensi perikanan tersebut di atas tidak lepas dari berbagai permasalahan karena masih mengacu kepada konsep maximum sustainable yield MSY atau tangkapan lestari yang dikembangkan sejak tahun 1950-an oleh Schaefer. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsep MSY terbukti tidak efektif sebagai alat pengelolaan perikanan, terutama Indonesia dengan karakteristik perikanan tangkap multi-alat dan multi-spesies. Kajian sediaan ikan harus terus dibenahi karana kekuarangan data statistik perikanan yang akurat sebagai dasar perhitungan MSY akan menghasilkan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan yang tidak tepat sasaran.