ada sejumlah potensi ikan yang ditangkap dan secara ekonomis merugikan baik pemegang kuota sendiri maupun ekonomi keseluruhan.
3. Individual Transfer Quota ITQ, merupakan perkembangan dari IQ dimana kuota dapat dialihtangankan transferable. ITQ dapat
diperdagangkan, disewa, dijual atau diberikan kepada pihak lain. Perdagangan kuota tersebut berlangsung berdasarkan prinsip-prinsip
mekanisme pasar dengan memerhatikan variabel sediaan ikan. Perubahan sediaan ikan tersebut sangat memengaruhi harga kuota ataupun harga ikan.
dalam kondisi sediaan ikan meningkat maka jumlah kuota akan meningkat sehingga nilai kuota dengan sendirinya akan turun. Sebaliknya , ketika
sediaan ikan menurun makan jumlah kuota akan mengecil dan ini mengakibatkan nilai atau harga kuota akan meningkat.
Selain itu, kuota akan mendorong terjadinya efesiensi kapital dan tenaga kerja yang digunakan karena kuota memberikan hak kepemilikan spasial partial
property rights kepada nelayan. Namun demikian, penerapan kuota tidak akan
menjamin terjadinya peningkatan input pada perikanan. Fenomena capital stuffing penumpukan modal yang terjadi pada beberapa perikanan di dunia yang
menerapkan kuota, membuktikan dugaan tersebut. Selain memungkinkan terjadinya capital stuffing, Copes 1986 dalam
Fauzi 2006 secara terperinci menguraikan beberapa masalah potensial yang memungkinkan timbul penerapan kuota. Masalah tersebut antara lain menyangkut
penentuan kuota, enforcement, highgrading. Kuota bisa saja ditentukan secara lelang, atau dijual dengan harga tertentu, sehingga untuk menentukan cara yang
tepat akan menimbulkan biaya adminitrasi. Selain itu, high grading bisa timbul karena pemiliki kuota akan mengisi kuotanya dengan ikan-ikan yang bernilai
ekonomis tinggi, sehingga bisa menimbulkan tangkapan sampingan yang pada gilirannya akan menyulitkan pendugaan sediaan ikan.
2.10 Kebijakan Publik
Berbagai pakar mendefinisikan kebijakan publik dengan beragam. Hal ini mencerminkan, bahwa kebijakan publik sulit untuk didefinisikan atau dirumuskan
Wahab, 2012. Jenkins 1978 sebagaimana diacu dalam Wahab 2012 mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu serangkaian yang paling berkaitan
yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi.
Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut. Sementara menurut Hogwood
dan Gun 1984, kebijakan publik adalah tindakan kolektif yang diwujudkan melalui kewenangan pemerintah yang legitimasi untuk mendorong, menghambat,
melarang atau mengatur tindakan pribadi individu atau lembaga swasta. Berdasarkan pengertian kebijakan publik di atas, bahwa semua pembuat
kebijakan publik senantiasa melibatkan pemerintah dengan cara tertentu. Hal ini sebagaimana dikuatkan oleh Gerston 2002, bahwa semua pembuat kebijakan
public melibatkan pemerintah dalam berbagai cara. Kebijakan publik memiliki dua ciri pokok, yaitu: 1 dibuat atau diproses
oleh lembaga pemerintahan atau berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah; dan 2 bersifat memaksa atau berpengaruh terhadap tindakan pribadi
masyarakat luas Dun, 1998. Implikasi kebijakan publik sebagaimana dipaparkan di atas, yaitu: 1 kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang sengaja
dilakukan dan mengarah pada tujuan tertentu daripada sekedar sebagai bentuk perilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak, asal-asalalan, dan serba
kebetulan; 2 kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh
pejabat-pejabat pemerintah dan bukan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri; 3 kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam bidang-bidang tertentu; dan 4
kebijakan publik mungkin berbentuk positif atau negative Wahab, 2012. Sementara itu, analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang
menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga memberi landasan bagi pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan Dunn 1998.
Analisis kebijakan dilakukan untuk menentukan alternatif kebijakan terbaik guna mengatasi permasalahan atau untuk mencapai sejumlah tujuan yang diinginkan.
Hogwood dan Gunn 1984 membagi dua proses perumusan suatu kebijakan, yaitu studi kebijakan dan analisis kebijakan. Studi kebijakan