Implikasi Hukum WCPFC Strategi kebijakan perikanan tangkap indonesia dalam kerjasama perikanan regional pada West and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC)

Tabel 19. Rataan variable pendapat responden Aspek Rata-rata Keterangan Umur 27 Umur nelayan umumnya 27 tahun Pendidikan 12 SMA Pendapatan 20.520.000 Pendapatan per tahun Lingkungan 3 Biasa saja Pengetahuan 3 Kurang tahu Kepentingan 3 Kurang tahu Persetujuan 2 Cukup setuju Pemanfaatan 3 Kurang tahu Aturan 3 Kurang tahu Perdagangan 3 Kurang tahu Dampak 4 Kurang berdampak Model regresi kesediaan nelayan purse seine untuk menerima pembayaran WTA atas kesediaannya untuk tidak melakukan penangkapan juvenile baby tuna . Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar persepsi masyarakat nelayan purse seine tentang pentingnya mewujudkan perikanan tuna berkelanjutan. Dengan kata lain, adanya imbal jasa sebagai kompensasi kepada nelayan purse seine di harapkan mampu mengurangi tekanan terhadap terhadap ikan tuna yang masih kecil baby tuna, sehingga ikan tuna bisa tumbuh besar dan bernilai ekonomi tinggi serta mampu memenuhi kebutuhan protein hewan yang sehat. Analisa WTA dalam penelitian dilakukan dalam empat tahapan, yaitu: 1 Memberikan pemahaman tentang kemungkinan larangan penangkapan baby tuna Seluruh responden diberikan informasi, bahwa kemungkinan akan dilakukannya pelarangan penangkapan baby tuna yellowfin tuna dan bigeye tuna di wilayah Laut Sulawesi apabila Indonesia melakukan pengesahan terhadap Konvensi WCPFC. Adapun responden adalah nelayan pengguna alat tangkap purse seine. 2 Memperoleh Nilai WTA Besarnya nilai WTA didapatkan dari hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuisioner Lampiran 3. Berdasarkan hasil analisa, nilai rataan kesediaan menerima pembayaran WTA kompensasi atas larangan penangkapan baby tuna per orang sebesar Rp 4.774.000 per tahun atau Rp 397.433 per bulan. Sementara itu, rataan pendapatan tetap setiap nelayan purse seine sebesar Rp 20.520.000 per tahun atau Rp 1.710.000 per bulan. Dengan demikian, apabila larangan penangkapan baby tuna diberlakukan, maka pendapatan nelayan purse seine per bulannya menjadi Rp 1.312.166,67, karena kehilangan sebesar Rp 397.433 per bulan. Oleh karena itu, dengan rata-rata nilai jual baby tuna Rp 10.000 per kg, maka untuk mempertahankan pendapatan nelayan purse seine sebesar Rp 1.710.000 per bulannya, perlu kompensasi atau subsidi harga sebesar Rp 3.031 per kg baby tuna. Hasil analisa sintesa dimuat pada Tabel 15, didukung oleh pendapat responden yang dituangkan dalam Tabel 16 3 Evaluasi WTA Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa variabel-variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, kondisi lingkungan, pengetahuan terhadap Konvensi WCPFC, kepentingan terhadap perdagangan tuna, persetujuan terhadap ratifikasi Konvensi WCPFC, pola pemanfaatan, aturan penangkapan baby tuna, peluang perdagangan tuna dan dampak terhadap pendapatan, di duga signifikan memengaruhi kemampuan atau kesediaan untuk menerima pembayaran dengan menggunakan model persamaan multiple regression. Hasil sintesa atas pengolahan data menghasilkan bahwa nilai R square pada model ini nilainya adalah 0,996 yang menunjukkan bahwa seberapa besar pengaruh variabel-variabel penduga dalam menentukan peluang responden bersedia dibayar WTA. Dengan kata lain, 99,6 persen peluang respon bersedia untuk dibayar apabila dilakukan larangan penangkapan baby tuna. Sementara hasil sintesa pada penetapan variabel in the equation, maka nilai koefisien dari setiap peubah pada model persamaan regresi disajikan pada Tabel 20 yang ditunjukan pada nilai signifikan nilai kepecayaan 99 persen. Tabel 20. Nilai Koefisien pada Peubah Kesediaan Masyarakat untuk Menerima Pembayaran atas Larangan Penangkapan Baby Tuna di PPS Bitung 2012 Coefficien ts Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Lower 95.0 Upper 95.0 Intersep - 271501.85 76 1691412.03 - 0.1605178 71 0.882672 927 - 5654329.8 21 5111326.1 06 - 5654329.8 21 5111326.1 06 Umur 128813.74 63 15838.3984 8.1330032 89 0.003886 622 78408.893 81 179218.59 87 78408.893 81 179218.59 87 Pendidika n - 78324.636 6 38801.7902 2 - 2.0185830 64 0.136843 34 - 201809.25 05 45159.977 32 - 201809.25 05 45159.977 32 Pendapat an 0.2030173 25 0.02344862 6 8.6579623 77 0.003241 53 0.1283933 31 0.2776413 2 0.1283933 31 0.2776413 2 Lingkung an - 492251.30 52 200132.833 2 - 2.4596229 27 0.090897 998 - 1129163.3 01 144660.69 05 - 1129163.3 01 144660.69 05 Pengetah uan 114699.15 26 147241.93 0.7789843 06 0.492789 732 - 353890.38 33 583288.68 86 - 353890.38 33 583288.68 86 Kepentin gan 874425.45 73 276364.780 4 3.1640263 86 0.050713 466 - 5090.6167 62 1753941.5 31 - 5090.6167 62 1753941.5 31 Persetuju an - 652544.34 75 76164.8816 9 - 8.5675226 29 0.003341 989 - 894934.99 38 - 410153.70 12 - 894934.99 38 - 410153.70 12 Pemanfaa tan 1128123.6 13 293706.560 1 3.8409888 17 0.031128 702 193418.25 6 2062828.9 7 193418.25 6 2062828.9 7 Aturan - 934489.42 47 234233.790 8 - 3.9895585 58 0.028200 658 - 1679925.8 87 - 189052.96 27 - 1679925.8 87 - 189052.96 27 Perdagan gan - 393041.81 95 292539.691 1 - 1.3435504 02 0.271680 639 - 1324033.6 78 537950.03 93 - 1324033.6 78 537950.03 93 Dampak - 275987.81 79 139855.842 6 - 1.9733735 31 0.142976 35 - 721071.52 73 169095.89 16 - 721071.52 73 169095.89 16 Sumber: Data diolah 4 Analisa faktor yang memengaruhi WTA Tabel 16 di atas merupakan hasil sintesa atas pengolahan data yang menghasilkan nilai variable in the equation dari persamaan regresi berikut: Y WTA = -2,7150 + 1,2881 X 1 -7,832 X 2 + 0,0203 X 3 - 4,9225 X 4 + 1,1469 X 5 + 8,7442 X 6 – 6,5254X 7 + 1,1281 X 8 - 9,3448 X 9 - 3,9304 X 10 - 2,7598 X 11 Hasil analisa dari model regresi Y WTA maka koefisien dari model WTA tersebut yang signifikan adalah variabel pendapatan, persetujuan dan umur, yaitu sebesar 0,003 P-Value lebih kecil daripada 0,05. Artinya, setiap kenaikan 1 unit pendapatan akan mengakibatkan kenaikan 2,03 kali kesediaan untuk menerima pembayaran WTA. Dengan kata lain, bila terjadi kenaikan kesediaan untuk menerima pembayaran jasa lingkungan dari masyarakat sebesar 2,03 kali maka secara signifikan tingkat pendapatan masyarakat nelayan terjadi pula kenaikannya pada tingkat kepercayaan 99 persen. Selain pendapatan, variabel lain yang juga berpengaruh signifikan adalah persetujuan sebesar 0.003 penurunan 6,52 kali untuk 1 unit, umur sebesar 0,003 kenaikan 1,28 kali untuk 1 unit, aturan sebesar 0,02 penurunan 9,34 kali untuk 1 unit, dan dampak pemanfaatan sebesar 0,03 kenaikan 112 kali untuk 1 unit. Tabel 21. Nilai WTA dan Pendapatan Nelayan Purse Seine di PPS Bitung 2012 No Nama WTA Pendapatan Tetap 1 Rml 4.320.000 21.600.000 2 RD 3.600.000 18.000.000 3 JB 4.500.000 18.000.000 4 NM 3.600.000 18.000.000 5 Mx 3.600.000 18.000.000 6 Srd 4.320.000 24.000.000 7 Jhr 5.250.000 21.000.000 8 Jh L 7.200.000 24.000.000 9 Tbh 3.600.000 15.600.000 10 RR 4.320.000 21.600.000 11 EW 6.000.000 30.000.000 12 Sml 6.300.000 18.000.000 13 TT 9.000.000 30.000.000 14 Le 2.400.000 12.000.000 15 FM 3.600.000 18.000.000 Total Per Tahun 4.774.000 20.520.000 Total per Bulan 397.833 1.710.000 Sumber: Data diolah

5.5 Analisa AWOT

Posisi Indonesia dalam pengelolaan perikanan di laut lepas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Penelitian ini mengkombinasikan teknik-teknik pembobotan weighting terhadap faktor internal dan eksternal dengan teknik perbandingan berpasangan pairwise comparison dari Saaty 1983. Menurut Kangas et al 2001 penggunaan pairwise comparison dalam SWOT ini menghasilkan teknik yang disebut sebagai AWOT atau AHP-SWOT. Cara ini akan menghasilkan perumusan strategi yang terboboti.

5.5.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Strategi diplomasi Indonesia dalam pengelolaan perikanan di laut lepas yang dikelola oleh WCPFC disusun berdasarkan hasil identifikasi faktor internal