Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Kebutuhan Penelitian Lanjutan

ketenagaan yang kompeten, 3 sistem dan mekanisme penyelenggaraan penyuluhan yang sesuai dengan berbagai kondisi , 4 sarana dan pembiayaan yang memadai dan 4 respons sasaran untuk berpartisipasi aktif dalam proses penyuluhan.

2.7 Penelitian-Penelitian Terdahulu dan Kebutuhan Penelitian Lanjutan

Penelitian-penelitian mengenai penyuluhan dan keberlanjutan sudah banyak dilakukan. Variasi topiknya pun sangat beragam, mencakup bidang pertanian, kehutanan maupun peternakan. Hanya saja penelitian yang spesifik mengenai keberlanjutan penyuluhan perikanan belum pernah dikaji sebelumnya. Uraian hasil penelitian terdahulu tertera pada Tabel 4. Merujuk pada penelitan-penelitian mengenai penyuluhan perikanan dan keberlanjutan yang sudah banyak dikaji sebelumnya maka dapat disarikan kebutuhan peneltian lanjutan sebagai berikut: 1 Penelitian mengenai perbedaan keberlanjutan berdasarkan karakteristik wilayah geografis maupun kondisi demografis 2 Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penyuluhan perikanan 3Penelitian mengenai hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan dimensional Tabel 4. Penelitian mengenai keberlanjutan dan penyuluhan pernah dilakukan di Indonesia No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Hasil Keberlanjutan 1 Dwi Iswari Indeks keberlanjutan pengembangan kawasan sentra produksi jeruk dengan Rap-Citrus: studi kasus di Kabupaten Agam, Sumatera Selatan 2008 Keberlanjutan pengembangan kawasan sentra produksi jeruk KSPJB di Kabupaten Agam dinilai berdasarkan lima dimensi yaitu ekologi, sosial, ekonomi, teknologi dan kelembagaan. Dari kelima dimensi tersebut disusun sebanyak 58 atribut. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fakta bahwa secara keseluruhan pengembangan KSPJB di wilayah ini berada dalam kondisi tidak berkelanjutan dengan nilai IKB sebesar 45,91. 2 Mamat HAS Analisis mutu, produktivitas, keberlanjutan dan arahan pengembangan usaha tani tembakau di kabupaten Temanggung Jawa Tengah 2006 Keberlanjutan usaha tani tembakau di Temanggung dinilai dari 3 dimensi yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Total ada 22 atribut yang menyusun dimensi tersebut. Mengacu pada hasil analisis diketahui bahwa secara umum, indeks keberlanjutan usaha tani tembakau di Temanggung termasuk kategori cukup dengan nilai IKb sebesar 55,53 3 Suwandi Keberlanjutan usaha tani pola padi sawah-sapi potong terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan Rap-CLS 2005 Ada 3 tiga dimensi yang dinilai mementukan status keberlanjutan usaha tani pola CLS di Kabupaten Sragen, yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Dimensi tersebut disusun oleh 26 atribut. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai IkB-CLS sebesar 53.21, artinya keberlanjutan dikategorikan cukup. 4 Taslim Arifin Akuntabilitas dan Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang di Selat Lembeh, Kota Bitung 2008 Akuntabilitas pengelolaan kawasan terumbu karang di Selat Lembeh dinilai berdasarkan 4 empat dimensi, yaitu ekologi, teknologi, sosial ekonomi dan kelembagaan dengan total atribut sebanyak 45. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa secara menyeluruh indeks akuntabilitas pengelolaan terumbu karang berada dalam kondisi akuntabel dengan nilai indeks sebesar 57.07. 80 Tabel 4. Penelitian mengenai keberlanjutan dan penyuluhan yang pernah dilakukan di Indonesia lanjutan No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Hasil Penyuluhan 5 Didi Setiabudi Pemanfaatan media informasi teknologi pertanian oleh penyuluh pertanian di Jakarta 2004 Penggunaan dan pemanfaatan media informasi dan teknologi pertanian di kalangan penyuluh pertanian di Jakarta Relatif tinggi. Bila ditinjau dari medianya maka media cetak, konsultasi sesama penyuluh dan petani maju tingkat penggunaan dan pemanfaatannya tinggi, sedangkan mendia elektronik, konsultasi dengan peneliti, dosen, pakar serta seminar pemanfaatannya relative rendah 6 Erwan Andawan Hubungan Karakteristik Petani Kedelai dengan Kepuasan Mereka pada Bimbingan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan 2007 Secara umum mayoritas petani di Kabupaten Lahat berumur tua, berpendidikan formal rendah, memeiliki pengalaman berusaha kedelai yang cukup, memiliki lahan usaha tani sedang, kurang berinteraksi dengan penyuluh, konsumsi media cukup tinggi, memiliki akses kredit rendah, cukup mengikuti pelatihan dan memiliki tingkat kekosmopolitan yang tinggi. Ada 4 empat aktivitas penyuluhan yang cukup memuaskan di wilayah ini, yaitu 1 informasi pertanian, 2 pelatihankursus petani, 3 penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani serta 4 penerapan metode penyuluhan. 7 Fini Murfiani Kompetensi Penyuluh dalam Pengambangan Modal Usaha Kecil di Bidang Pertanian di Kabupaten Bogor-Jawa Barat 2006 Pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian di Kabupaten Bogor membutuhkan penyuluh yang memiliki kompetensi umum terkait dengan jabatan fungsional diantaranya 1 merencanakan program penyuluhan pertanian, 2 melaksanakan program penyuluhan pertanian, dan 3 mengembangkan swadaya dan swakarsa petaniAdapun kompetensi khusus yang berkaitan dengan peranannya sebagai pemandu diantaranya 1 membantu merencanakan pengembangan usaha kecil, 2 membantu mengakses dan mengembangkan modal usaha kecil, dan 3 membantu memantau pengembangan usaha 81 Tabel 4. Penelitian mengenai keberlanjutan dan penyuluhan yang pernah dilakukan di Indonesia lanjutan No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Hasil Penyuluhan 8 Mulyadi Hubungan Rubrik KMD Cendrawasih POS dengan keperluan penyuluh terhadap informasi pertanian: kasus di Jayapura-Irian Jaya 2001 Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fakta bahwa tidak ada keterkaitan antara rubrik KMD Cenderawaih Pos dengan keperluan penyuluh. Penyuluh telah menyusun agenda dengan fokus yaitu 1 tanaman pangan, 2 hortikulturabuah-buahan, 3 sosialekonomiorganisasi desa , 4 peternakan, 5 perkebunan, 6 peraturankebijakan pertanian 7 perikanan dan penelitian, 8 tanaman obat-obatan dan 9 tanaman hias. 9 Puji Hadiyanti Kinerja Penyuluh Kehutanan dalam Pelaksanan Tugas Pokoknya Kasus di Kabupaten Cianjur 2002 Ada 10 sepuluh faktor yang diduga berkaitan dengan kinerja penyuluh kehutanan dalam melaksanakan tugas pokoknya, diantaranya 1 tingkat pendidikan, 2 pengalaman kerja di bidang kehutanan, 3 tingkat kebutuhan hidup, 4 persepsi penyuluh terhadap tugas pokoknya, 5 sikap dan tanggung jawab, 6 jumlah kompensasi, 7 tingkat pengakuan keberhasilan, 8 intensitas hubungan interpersonal, 9 intensitas supervisi dan 10 tingkat ketersediaan sarana dan prasarana penyuluhan. Diantara faktor tersebut, tiga faktor terbukti berpengaruh postif terhadap kinerja yaitu sikap dan tanggung jawab, intensitas hubungan interpersonal dan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana. 10 Wan.A. Hirawan Efektivitas komunikasi penyuluh pertanian di tingkat kelompok tani berdasarkan faktor-faktor motivasi kondusif di Kabupaten Sukabumi 1998 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor eksternal motivasi kondusif termasuk dalam kategori cukup baik, demikian halnya dengan faktor-faktor internal motivasi kondusif. Efektifitas komunikasi penyuluh pertanian di tingkat kelompok tani juga dikategorikan cukup efektif. 82 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian