Keberlanjutan dimensi sosial Potret Keberlanjutan Sistem Penyuluhan Era Desentralisasi

Ditinjau dari proporsi jumlah atribut sensitif terhadap total atribut juga sangat rendah yaitu hanya 11.11. Atribut yang memiliki kontribusi minimal terhadap perolehan indeks dimensi adalah keberadaanketersediaan saranafasilitas penyuluh. Jumlah seluruh atribut yang diduga terkait dengan dimensi sarana adalah 9 atribut. Gambar 38 Peran masing-masing atribut dimensi sapras-pembiayaan yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS.

4.9.5 Keberlanjutan dimensi sosial

Rentang nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial berkisar antara 31.30 sampai 52.42 skala keberlanjutan 0-100. Sebaran nilai indeks dominan berada dibawah 50, hanya ada dua daerah yang memiliki nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial lebih besar dari 50. Artinya secara umum performa keberlanjutan dimensi sosial berada dalam kondisi keberlanjutan kurang Gambar 39. Hal tersebut menggambarkan keberadaan kondisi pelaku utama yang rata-rata masih memprihatinkan, pengetahuan dan keterampilan yang rendah, umumnya berada dibawah garis kemiskinan, merupakan kelompok sosial yang terpinggirkan, masih 1.9057 2.5162 6.3019 3.0327 4.2223 3.6196 3.2265 2.3966 2.0573 1 2 3 4 5 6 7 KeberadaanKetersediaanDukungan SaranaFasilitas Penyuluhan Kesesuaian SaranaFasilitasAlat Bantu yang tersedia Pemanfaatan SaranaFasilitasAlat Bantu Khusus sarana transportasi Sumber dan Ketersediaan Pembiayaan Kebutuhan dan Alokasi Dukungan dan Kerjasama Dengan Pihak Lain sw asta Alokasi Pembiayaan Penguatan Modal SistemAturan dan Mekanisme Pembiayaan A tt ri but e Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Status scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At rib u t Down Up Bad Good -200 -150 -100 -50 50 100 20 40 60 80 100 120 O th er D ist in g ish in g F eat u res Real Fisheries Reference anchors Anchors belum berdaya dari segi ekonomi dan politik dan posisinya terjepit diantara pelaku usaha sektor lainnya. Gambar 39 Rap- INSINYURKANIN yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial. Berdasarkan hasil visualisasi nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial masing-masing daerah yang diwujudkan dalam bentuk diagram batang, terlihat bahwa daerah yang memiliki performa terbaik untuk dimensi ini adalah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Belu dengan nilai indeks keberlanjutan masing-masing adalah 52.42 dan 50.49 sehingga dikelompokkan dalam kategori berkelanjutan cukup. Relatif baiknya keberlanjutan dimensi sosial dikedua wilayah ini diduga disebabkan berlakunya kearifan lokal di kedua wilayah tersebut. Adapun daerah yang paling rendah performanya adalah Kabupaten Ketapang dengan nilai indeks 31.30 Gambar 40. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 N il ai i n d eks keb e rl an ju ta n T1 T2 T3 T4 T5 T6 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 Gambar 40 Kondisi indeks keberlanjutan dimensi sosial di masing-masing daerah Mengacu pada hasil analisis laverage terhadap 10 atribut yang dinilai berkontribusi terhadap nilai indeks dimensi sosial, diketahui hanya ada tiga atribut yang dinilai paling sensitif mempengaruhi nilai dimensi. Ketiga atribut tersebut adalah materi yang diharapkan dengan nilai 2.30, akses terhadap sumberdaya dengan nilai 2.23, serta peran pelaku usaha dengan nilai 2.13. Atribut yang paling tidak sensitif terhadap nilai indeks adalah kebutuhan kelembagaan di wilayah dengan nilai 0.81 Gambar 41. Tidak signifikannya kebutuhan kelembagaan di wilayah diduga disebabkan pandangan dari pelaku utama yang menganggap bahwa peranan kelembagaan menjadi hal yang paling penting terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan dan bukan bentuk kelembagaan. Jika dipresentasekan maka 30 dari total atribut merupakan atribut sensitif sehingga upaya untuk peningkatan performa dimensi dapat dilakukan melalui perbaikan dan pembenahan terhadap atribut-atribut yang sensitif tersebut. Langkah-langkah stragis yang dapat dilakukan untuk peningkatan kinerja dimensi sosial terkait dengan hasil analisis laverage adalah sebagai berikut: 1 Materi penyuluhan harus mampu menjawab kebutuhan pelaku utama 2 Aksesibilitas terhadap sumber informasi harus lebih disimplifikasidiupayakan kerjasama 3 Perlu dibangun kemitraan yang lebih solid antara pelaku usaha dan pelaku utama dalam rangka memotivasi aktivitas usaha pelaku utama Menurut Applebee et al. 2009, ada kecenderungan saat ini untuk mendukung kegiatan penyuluhan digunakan perangkat e-learning. Dari beberapa kasus yang diamati terlihat bahwa metode ini sangat membantu para obyek penyuluhan untuk membangun sistem penyuluhan yang efektif. Terkait dengan kemitraan yang solid antara pelaku usaha dan pelaku utama maka perlu difikirkan upaya terstruktur dan terkoordinasi dalam bentuk kelembagaan. Saptana 2008 mengemukakan bahwa untuk mengarah pada kemitraan yang solid maka perlu dilakukan beberapa langkah diantaranya, 1 peningkatan kualitas sumberdaya manusia nelayan m elalui pelatihan, penelitian, magang dan sebagainya, yang dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok, 2 revitalisasi kelompok nelayan yang sudah mandiri ke arah kelembagaan formal berbadan hukum 3 pengangkatan penyuluh swakarsa sebagai mitra penyuluh lapang, terbukti memperlancar difusi dan adopsi teknologi; 4 pemberdayaan kelembagaan penyuluh lapang dan kelembagaan menjadi Pusat Pelayanan dan konsultasi bagi pelaku utama yang berkedudukan disetiap kecamatan melalui sistem penyuluhan partisipatif. Gambar 41 Peran masing-masing atribut dimensi sosial yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. 0.8327 1.1090 1.6090 1.8386 2.3011 2.2586 1.4801 2.1353 1.4839 0.8184 0.5 1 1.5 2 2.5 Manfaat Penyuluhan Peran Penyuluh Sistem dan Metode Penyuluhan Partisipasi Yang Diberikan Materi Yang Diharapkan Akses Kepada Sumberdaya Frekuensi Penyuluhan Peran Pelaku Usaha Keterlibatan Pelaku Usaha Kebutuhan Kelembagaan di Wilayah Attr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Status scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri bu t

4.3 Akurasi Pendugaan Status Keberlanjutan