4.7 Pola Pengembangan Dimensional Penyuluhan Perikanan Era
Desentralisasi
Jika merujuk pada hasil analisis dimensi yang menjadi fokus pengembangan penyuluhan perikanan era desentralisasi maka ditemukan pola yang menarik yaitu
dimensi yang paling baik dan paling buruk kinerjanya untuk seluruh wilayah, baik nasional, Indonesia Timur, Tengah maupun Barat adalah sama. Dimensi yang
paling baik adalah penyelenggaraan dan yang paling buruk adalah sapras- pembiayaan Tabel 18.
Tabel 18. Pola pengembangan dimensi penyuluhan perikanan di Indonesia
Peringkat Indonesia Indonesia
Indonesia Indonesia
Dimensi Nasional Timur
Tengah Barat
1 Penyelenggaraan Penyelenggaraan
Penyelenggaraan Penyelenggaraan
2 Ketenagaan Sosial Kelembagaan
Ketenagaan 3 Sosial Ketenagaan
Ketenagaan Kelembagaan
4 Kelembagaan Kelembagaan
Sosial Sosial
5 Sapras-pembiayaan Sapras-pembiayaan
Sapras-pembiayaan Sapras-pembiayaan
Meskipun setiap wilayah memiliki penekanan utama terhadap dimensi yang sama yaitu dimensi penyelenggaraan namun untuk penekanan dimensi
selanjutnya relatif berbeda. Dimensi yang ditekankan setelah penyelenggaraan pada wilayah Indonesia Timur adalah sosial, diikuti oleh dimensi ketenagaan dan
kelembagaan, sedangkan di wilayah Indonesia Tengah dimensi yang ditekankan adalah dimensi kelembagaan dan diikuti oleh dimensi ketenagaan dan sosial.
Adapun dimensi yang ditekankan setelah dimensi penyelenggaraan di wilayah Indonesia Barat adalah dimensi ketenagaan dan diikuti oleh dimensi kelembagaan
dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas kedua, ketiga dan keempat pengembangan penyuluhan perikanan di masing-masing wilayah berbeda. Ada
beberapa hal yang diduga mempengaruhi fenomena tersebut antara lain: 1 Persepsi tentang penyuluhan perikanan yang tidak sama di masing-masing
daerah 2 Prioritas untuk mendukung penyelenggaraan melalui satu dimensi tergantung
dari kebutuhan dan pemahaman masing-masing kabupatenkota
3 Sistem penyuluhan era desentralisasi sangat ditentukan oleh pemerintah daerah setempat dan dipengaruhi oleh kondisi politis, ekonomi, sosial dan
budaya daerah masing-masing 4 Belum adanya kejelasan dan penjabaran produk-produk hukum mengenai
sistem penyuluhan perikanan yang dapat dijadikan pedoman umum pelaksanaan penyuluhan yang terintegrasi pada semua tingkatan.
Menurut Sumaryadi 2005, salah satu pertimbangan yang mempengaruhi persepsi pemerintah daerah terhadap desentralisasi adalah informasi ekonomi
yang menunjukkan keuntungan dari pelaksanaan desentralisasi. Untuk kepentingan tersebut dibutuhkan indikator yang memberikan informasi mengenai
sektor yang dapat dikembangkan dan sektor yang bersifat pelengkap. Kaloh 2007 mengatakan bahwa permasalahan persepsi dan prioritas
pembangunan di era desentralisasi juga disebabkan oleh faktor birokrasi yang tidak efektif sehingga menjadi kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selanjutnya Sondakh 2003 menambahkan bahwa ditinjau dari perspektif sosial dan ekonomi daerah, kesuksesan pelaksanaan desentralisasi sangat tergantung
pada 1 sarana dan prasarana, 2 ketersediaan dana rutin untuk pembangunan daerah, 3 kualitas pemerintah lokal serta 4 kualitas pengusaha dan masyarakat
lokal. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimplifikasi 2 faktor utama yang mempengaruhi desentralisasi yaitu dimensi sarana-prasarana dan pembiayaan
serta penyelenggaraan. Jika mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh dimana kedua dimensi ini merupakan dimensi utama yang mempengaruhi status
keberlanjutan maka sangat wajar jika ditemukan fakta bahwa secara keseluruhan status keberlanjutan penyuluhan perikanan berada dalam kondisi kurang
berkelanjutan. Kasus desentralisasi penyuluhan di Kolombia menunjukkan bahwa
keberhasilan terutama diakibatkan kemampuan pemerintah daerah untuk mengejawantahkan keinginan kuat dari pemerintah pusat untuk melaksanakan
desentralisasi, dan ketersediaan sumberdaya alam dan manusia dari masing- masing wilayah yang memadai serta adanya reformasi yang diawali dengan
melakukan restrukturisasi terhadap aspek administrasi Alex et al. 2000.
Terkait dengan ketersediaan perangkat hukum penyuluhan, Slamet 2008,
mengemukakan bahwa sampai saat ini belum ada penjabaran lebih lanjut mengenai aturan aturan hukum yang spesifik dan dapat menjadi pedoman
pelaksanaan penyuluhan di daerah. Padahal hasil riset yang dilakukan terhadap kegiatan desentralisasi di Amerika Latin menemukan fakta bahwa kegagalan
program salah satunya disebabkan oleh ketiadaan strategi nasional yang dapat menjadi arah bagi kebijakan lokal serta menjadi acuan bagi perencanaan kegiatan
penyuluhan di tingkat lokal Alex et al. 2000.
4.8 Perbandingan Keberlanjutan Pengembangan Penyuluhan di Indonesia Timur, Tengah dan Barat