3.4.1 Pendekatan sistem
Pendekatan sistem adalah suatu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan sehingga dapat
menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif Haluan, 2003. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris
yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian pada berbagai ciri dasar sistem
yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem Marimin, 2004.
Definisi dari sistem adalah kumpulan elemen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahapan dalam
pendekatan sistem adalah: 1 analisis kebutuhan, 2 formulasi masalah, 3 identifikasi sistem, 4 pemodelan sistem, 5 verifikasi dan validasi, 6
implementasi Hardjomidjojo, 2007 Mengingat penelitian ini berupa sistem, maka pemodelan sistem hingga verifikasi dan validasi model tidak dilakukan.
1 Analisis Kebutuhan
Keterlibatan berbagai pihak merupakan ciri khas dari suatu sistem. Masing- masing pihakpelaku memiliki kepentingan yang berbeda namun tetap memiliki
tujuan yang sama yaitu keberlangsungan sistem. Agar pihak-pihak yang terlibat serta kepentingannya teridentifikasi dengan baik maka dilakukan analisis
kebutuhan. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem yang akan diciptakan. Untuk melaksanakannya harus dinyatakan dahulu
secara deskriptif kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing pelaku yang terlibat dalam sistem yang dikembangkan secara selektif dari hasil observasi lapangan.
Pelaku sistem dalam penyelenggaraan penyuluhan perikanan antara lain adalah: 1 Pemerintah yang mengatur dan melayani kepentingan masyarakat
melaui Dinas dan institusi di daerah kabupatenkota termasuk kecamatan dan lapangan, di tingkat propinsi serta di tingkat pusat, 2 pelaku utama yang adalah
masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan serta masyarakat pesisir dan keluarganya yang menggantungkan sumber penghasilannya pada
sumberdaya kelautan dan perikanan; 3 penyuluh perikanan dari berbagai
profesi yang tugasnya melaksanakan penyuluhan perikanan; 4 pelaku usahaindustri perikanan yang berkepentingan dalam pengelolaan usahaindustri
perikanan; 5 lembaga penelitianperguruan tinggi dan atau lembaga penyedia sumberdayafaktor produksi perikanan sebagai penghasil teknologi atau penyedia
modal dan akses pasar; 6 pemerhati atau LSM yang peduli dan turut memberi dukungan dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Pada Tabel 6
diuraikan analisis kebutuhan pelaku sistem dalam sistem pengembangan penyuluhan perikanan.
2 Formulasi Masalah
Formulasi masalah merupakan tahapan mutlak untuk merumuskan permasalahan yang dihadapi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang
teridentifikasi dari masing-masing pelaku sistem. Permasalahan yang dituangkan sebagai ”pertanyaan kunci” mengapa kebutuhan sistem pengembangan
penyuluhan perikanan era desentralisasi belum cukup untuk menjelaskan sejauh mana kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem saling mempengaruhi,
melengkapi dan atau bertentangan. Formulasi masalah diperlukan untuk merinci kebutuhan pelaku sistem yang saling bertentangan dan yang membutuhkan
solusinya. Konflik kepentingan dari kebutuhan pada pelaku sistem diantaranya adalah masih lemahnya peranan pengaturan dan pelayanan sesuai kewenangan
otonomi daerah terhadap penyelenggaraan penyuluhan perikanan, sementara kebutuhan pelaku utama SDM KP akan berbagai sumberdaya sangat terbatas.
Selain itu kualitas penyuluh yang diharapkan terus ditingkatkan untuk pelaksanaan penyuluhan belum seirama dengan dinamika perkembangan
kebutuhan pelaku utama, ditambah lagi dengan keterbatasan akses teknologi dan sumberdaya lainnya yang tak lancar diakses dalam pengembangan usaha pelaku
utama. Seringkali terjadi konflik kepentingan pada para pelaku sistem dan keterbatasan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut menimbulkan
masalah dalam sistem. Dari uraian tersebut diatas permasalahan dalam sistem pengembangan
penyuluhan perikanan di era desentralisasi dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Lemahnya peranan pengaturan dan pelayanan pemerintah yang belum sesuai
dengan tuntutan era desentralisasi. 2.
Keterbatasan saranaprasarana dan pembiayaan serta kuantitas dan kualitas penyuluh perikanan pada pelaksanaan penyuluhan perikanan.
3. Keterbatasan akses ke sumberdaya, terutama: teknologi, modal dan pasar
dalam pengembangan usaha perikanan oleh pelaku utama. 4.
Belum nampak nyata adanya keberpihakan, hubungan saling membutuhkan dan mekanisme kerjasama yang efektif antara pelaku utama dengan berbagai
sumberdaya.
3 Identifikasi Sistem
Identifkasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus
dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Dalam hal perancangan desain sistem pengembangan penyuluhan perikanan di era desentralisasi, maka
identifikasi sistem dilakukan dengan menghubungkan pernyataan masalah dengan kebutuhan pelaku sistem untuk mencari pemecahan terbaik dari permasalahan
yang dihadapi.
Tabel 6 Analisa kebutuhan pelaku sistem dalam sistem penyelenggaraan penyuluhan perikanan
No Pelaku Sistem
Kebutuhan Pelaku Sistem
1 Pemerintah Kabupaten
Kota, Propinsi dan Pusat serta DinasInstansi Teknis
• Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam melalui penyuluhan
• Peningkatan PAD • Adanya kelembagaan yang menangani
penyuluhan dengan tupoksi dan manajemen kerja yang jelas
• Terlaksananya program-program penyuluhan
• Terbinanya hubungan dan kerjasama dengan seluruh stakeholder dalam kegiatan
penyuluhan • Aturan penyelenggaraan penyuluhan yang
jelas dan pelaksanaannya secara konsisten • Ketersediaan pembiayaan dalam
penyelenggaraan penyuluhan 2
Pelaku utama SDM Kelautan dan Perikanan
• Peningkatan pengetahuan dan keterampilan • Peningkatan peran pelaku utama dalam
penyelenggaraan penyuluhan perikanan • Terbukanya akses ke sumberdaya
3 Penyuluh Perikanan
• Peningkatan keahlian dan keterampilan terutama terkait dengan pelaksanaan dan
metode penyuluhan • Kejelasan status pengangkatan dan
penempatan penyuluh • Ketersediaan pedoman dalam pelaksanaan
tugas penyuluhan • Dukungan sapras-pembiayaan dalam
penyelenggaraan penyuluhan perikanan
4 Pelaku UsahaIndustri Perikanan
• Materi penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
• Penyuhan memberikan manfaatberpengaruh terhadap aspek teknis
dan ekonomis usaha • Program penyuluhan dirancang
menyesuaikan kebutuhan pelaku usaha 5
Lembaga PenelitianPerguruan TinggiDiklat dan Lembaga Penyedia
Sumberdaya • Terbinanya hubungan yang harmonis
penyaluran sumberdaya • Keterlibatan dalam penyelenggaraan
penyuluhan sesuai kompetensi yang dimiliki
6 Pemerhati atau LSM
• Keterlibatan LSM dalam kegiatan penyuluhan
• Adanya kerjasama antara LSM dan pemerintah dalam pelaksanaan penyuluhan
3.4.2 Analisis pengembangan penyelenggaraan penyuluhan perikanan 1