Ketenagaan penyuluh perikanan Sistem Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan

mengeluarkan biaya. Namun demikian, terdapat kerugian privatisasi penuh pelayanan penyuluhan, yakni : a pelaku utama yang masih subsistem berskala kecil mungkin terabaikan, b hal ini mungkin tidak layak secara sosial ekonomi untuk negara dengan sebagian besar pelaku utamanya subsisten dan berskala kecil. Pada hasil kajian dari Pusat Kajian SDM Pertanian 2001 tentang privatisasi penyuluhan menyimpulkan bahwa terdapat berbagai faktor yang dapat mendukungmendorong privatisasi penyuluhan pertanian adalah: a pelayanan penyuluhan yang kurang memadai, b tingkat kesadaran pelaku utama untuk memecahkan permasalahan yang timbul, c dukungan pemerintah dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian dilakukan oleh pihak pelaku utamaswasta, LSM atau berbagai pihak terkait, d ketersediaan lembaga pelayanan atau organisasi yang terlibat dalam penyuluhan pertanian, e jenis komoditas utama yang mempunyai margin laba yang lebih besar dalam usaha. Sedangkan faktor- faktor yang dapat menghambat berkembangnya penyuluhan swasta antara lain; a kemampuan pelaku utama untuk membayar jasa penyuluhan masih rendah, b eksternalitas, dimana jasa yang diperoleh seseorang yang membayar manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh yang bersangkutan saja, tetapi juga dirasakan oleh yang lain, c paradigma yang telah melekat bahwa jasa penyuluhan selama ini tidak pernah dibayar, d prasarana yang belum memadai, e keterbatasan SDM yang dimiliki oleh swasta dalam bidang teknis pertanian dan penyuluhan, f belum adanya kaderisasi yang direncanakan dengan baik untuk menumbuhkan tokoh-tokoh baru yang mempunyai perhatian dan bersedia membantu pelaku utama.

2.6.2 Ketenagaan penyuluh perikanan

Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan revitalisasi perikanan saat ini adalah keberhasilan dalam mengembangkan dan menggerakkan sumberdaya manusia kelautan dan perikanan Poernomo, 2006. Dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan perikanan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sumberdaya manusia, pemerintah telah membentuk Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan BPSDM-KP melalui Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2005 PP802005. Salah satu unsur dari BPSDM-KP adalah Pusat Pengembangan Penyuluhan dengan tugas pokok dan fungsi: melaksanakan penyiapan pertemuan bahkan kebijakan dan program serta melaksanakan penyusunan pedoman, standar, bimbingan, monitoring dan evaluasi tata penyelengaraan, kebutuhan penyuluhan, pengembangan dan pembinaan kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan penyuluhan, lembaga dan tenaga penyuluhan di bidang perikanan Permen KP No.13 Tahun 2006. Sejak berfungsinya unit ini, sementara melakukan identifikasi penyuluh perikanan sebagai upaya untuk memberi justifikasi tentang keberadaan penyuluh perikanan sebagai suatu rumpun jabatan fungsional tersendiri sesuai dengan tanggung jawab, beban kerja dan kewenangannya dalam pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan Pusbangluh-DKP, 2007. Hasil kajian sementara oleh Pusbangluh DKP tersebut sampai dengan keadaan Maret 2007, tercatat bahwa ketenagaan penyuluh seluruh Indonesia membidangi perikanan sebanyak 2.396 orang, dengan kategori PNS adalah 1.872 orang dan Non PNS 524 orang. Dari jumlah Penyuluh PNS tersebut 1.738 orang diangkat oleh Departemen Pertanian dan saat ini ditugaskan melakukan penyuluhan dibidang perikanan, baik yang dilimpahkan ke Dinas yang membidangi kelautan dan perikanaan, atau kelembagaan penyuluhan lainnya di daerah. Sebanyak 134 orang terdata sebagai penyuluh perikanan yang diangkat oleh Pemerintah Daerah. Dari jumlah penyuluh Non-PNS, tercatat 178 orang sebagai penyuluh CPNS, 259 orang sebagai tenaga honorer, dan 87 orang sebagai penyuluh Kontrak. Berdasarkan tingkat pendidikan, tercatat bahwa penyuluh perikanan sejumlah 2.396 orang terdiri dari 1 orang S2, 783 orang S1D4, 867 orang D3Sarjana Muda dan 745 orang SLTA; padahal berdasarkan Undang-Undang 16 tahun 2006 dan Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan mengsyaratkan bahwa penyuluh perikanan harus berpendidikan minimal setingkat D3Sarjana Muda. Jenjang jabatan fungsional penyuluh bidang perikanan teridentifikasi berada pada dua kategori, yaitu penyuluh tingkat terampil sebanyak 1.510 orang, dan penyuluh tingkat ahli sebanyak 886 orang. Bidang keahlian penyuluh perikanan teridentifikasi 4 empat kategori keahlian, yaitu: budidaya perikanan 1.359 orang, perikanan tangkap 478 orang, pengolahan 426 orang, dan bidang lainnya 133 orang. Sementara usia rata-rata penyuluh perikanan terklasifikasi sebagai berikut: usia 50 tahun sebanyak 238 orang, 41 sampai dengan 50 tahun sebanyak 1.588 orang, antara 30 sampai degan 40 tahun sebanyak 479 orang, dan di bawah 30 tahun sebanyak 129 orang. Mereka tersebar pada satuan administrasi pangkal dinas yang membidangi kelautan dan perikanan sebanyak 1.438 orang, dan untuk kelembagaan sebanyakl 958 orang. Berdasarkan Undang-Undang No. 16 tahun 2006, tenaga penyuluh terdiri dari penyuluh PNS, penyuluh swasta, danatau penyuluh swadaya; sementara itu dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan penyuluhan perikanan disebutkan bahwa pelaku penyuluhan perikanan meliputi : a penyuluh fungsional adalah PNS yang diangkat oleh pejabat yang berwenang dalam jabatan fungsional penyuluh; b penyuluh non fungsional adalah PNS bukan pejabat fungsional penyuluh yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas penyuluhan perikanan; c penyuluh tenaga kontrak adalah tenaga profesional yang diberi tugas dan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas penyuluhan perikanan dalam suatu ikatan kerja selama jangka waktu tertentu kontraktual; d penyuluhan swasta adalah seseorang yang diberi tugas oleh perusahaan yang terkait dengan usaha perikanan, baik secara langsung atau tidak langsung, melaksanakan tugas penyuluhan perikanan; e penyuluh mandiri adalah seseorang yang atas kemauan sendiri melaksanakan penyuluhan perikanan; dan f penyuluh kehormatan adalah seseorang yang bukan petugas penyuluh perikanan yang karena jasanya diberi penghargaan sebagai Penyuluh Kehormatan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi dinas dan wakil masyarakat. Sejak tahun 2004, kebijakan Departemen Kelautan dan Perikanan merekrut penyuluh perikanan tenaga kontrak sebanyak 100 orang yang ditempatkan pada KabupatenKota dan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan, sementara itu melalui program PEMP sejak tahun 2001 sampai tahun 2006, dan melalui program COREMAP sebanyak 16 orang, serta untuk program budidaya perikanan telah pula disebarkan sekitar 96 orang Tenaga Pendamping Teknologi TPT pada lokasi-lokasi program. Pusbangluh DKP, 2007; Direktorat PMP DKP, 2006; Ditjen Budidaya DKP, 2007. Kebijakan rekrutmen dan penempatan penyuluh kontrak, TPD dan TPT oleh DKP adalah merupakan stimulasi dan motivasi kepada pemerintah daerah agar dapat mengangkat dan menempatkan para penyuluh pada daerah-daerah potensial perikanan dalam rangka mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan di daerah Poernomo, 2006. Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan usaha perubahan sosial yang oleh Nasution 1996 menyebutnya sebagai agen perubahan, dan menurut Roger dan Shomaker 1971 yang dikutip Nasution 1996 merupakan petugas profesional yang mempengaruhi putusan inovasi klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan. Hal itu tercermin dalam peranan utama mereka yaitu : 1 sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan; 2 sebagai pemberi pemecahan persoalan; 3 sebagai pembantu proses perubahan; membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai bagaimana: 1 mengenali dan merumuskan kebutuhan, 2 mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan, 3 mendapatkan sumber-sumber yang relevan, 4 memilih atau menciptakan pemecahan masalah, 5 menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah; 6 sebagai penghubung linker dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Keseluruhan peran agen perubahan itu dapat dikelompokkan menjadi dua peran pokok yaitu peran yang laten dan peran yang manifes O’Gorman, 1988 dalam Nasution, 1996. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker 1971 yang dikutip Nasution 1996 menyatakan bahwa ada beberapa tugas utama dari seorang penyuluh dalam melaksanakan difusi inovasi, yaitu: 1 menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan; 2 membina suatu hubungan dalam rangka perubahan change relationship, 3 mendiagnosa permasalahan yang dihadapi masyarakat; 4 menciptakan keinginan perubahan dikalangan klien; 5 menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan nyata; 6 menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out, dan 7 mencapai suatu terminal hubungan; yang oleh Poernomo 2005 menambahkan agar para nelayan atau pembudidaya ikan dapat menjadi agen perubahan bagi dirinya sendiri sedangkan penyuluh dapat berpindah tugasnya ketempat yang lain. Dengan demikian kualifikasi dasar bagi seorang penyuluh perikanan “agen perubahan” menurut Ducan dan Zaltman dalam Poernomo 2004 harus memiliki tiga kompetensi utama diantara sekian banyak kompetensi, yaitu : 1 kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari misi perubahan yang terkait, misalnya mengenai budidaya, pengolahan atau penangkapan ikan; 2 kemampuan administratif, yakni persyaratan administrasi yang paling dasar dan elementer yang biasanya membutuhkan waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif perlu mendetail; 3 hubungan antar pribadi yang bersifat empati, sehingga bisa menghayati misi sosialnya.

2.6.3 Pembiayaan, sarana dan prasarana penyuluhan