Perbandingan Keberlanjutan Pengembangan Penyuluhan di Indonesia Timur, Tengah dan Barat

Terkait dengan ketersediaan perangkat hukum penyuluhan, Slamet 2008, mengemukakan bahwa sampai saat ini belum ada penjabaran lebih lanjut mengenai aturan aturan hukum yang spesifik dan dapat menjadi pedoman pelaksanaan penyuluhan di daerah. Padahal hasil riset yang dilakukan terhadap kegiatan desentralisasi di Amerika Latin menemukan fakta bahwa kegagalan program salah satunya disebabkan oleh ketiadaan strategi nasional yang dapat menjadi arah bagi kebijakan lokal serta menjadi acuan bagi perencanaan kegiatan penyuluhan di tingkat lokal Alex et al. 2000.

4.8 Perbandingan Keberlanjutan Pengembangan Penyuluhan di Indonesia Timur, Tengah dan Barat

Rata-rata nilai indeks keberlanjutan pada masing-masing dimensi di wilayah timur, tengah dan barat Indonesia relatif sama. Kondisi ini tercermin dari pola nilai rata-rata yang relatif stagnan diantara masing-masing wilayah serta nilai standard deviasi yang menunjukkan adanya tumpang tindah nilai indeks keberlanjutan Gambar 10. Ada beberapa alasan yang diduga menyebabkan tidak berbedanya status keberlanjutan penyuluhan perikanan di masing-masing wilayah yaitu: 1 Kondisi berbagai faktor pendukung penyelenggaraan dan pengembangan penyuluhan perikanan yang ada umumnya masih dari hasil pelimpahan aset pemerintah pusat, belum ada perkembangan berarti yang dilakukan pemerintah daerah terkait dengan pemberlakuan desentralisasi 2 Karakteristik aktivitas perikanan umumnya hampir sama di semua wilayah, sehingga pembagian wilayah tidak secara tepat menggambarkan perbedaan karakterisitk tersebut. 3 Desentralisasi berjalan dengan perlahan dan belum memfokuskan penanganan penyuluhan perikanan sebagai bagian prioritas untuk mensejahterakan pelaku utama. Umumnya masih memprioritaskan aktivitas yang menghasilkan penerimaan bagi daerah. Menurut Satria et al. 2002 karakterisitik aktivitas perikanan dimana nelayan menjadi salah satu pelakunya secara sosial memiliki karakteristik yang sama dimanapun wilayahnya. Karakteritik tersebut antara lain terlihat dari sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, struktur sosial dan posisi sosial nelayan. Sistem pengetahuan umumnya diperoleh secara turun temurun. Sondakh 2003 mengatakan bahwa perbedaan perkembangan desentralisasi diwilayah dapat tercapai jika adanya tata kelola yang baik dan bersih, serta sistem pengambilan keputusan yang demokratis. Kemungkinan faktor-faktor tersebut juga menjadi penyebab tidak berbedanya kondisi status penyuluhan perikanan di Indonesia Timur, Tengah dan Barat. Selanjutnya Alex et al. 2000 menyatakan bahwa keberhasilan strategi desentralisasi dihadapkan pada tiga tantangan yaitu 1 menyusun kerangka nasional untuk desentralisasi, 2 membangun pendekatan-pendekatan untuk subsektor yang akan ditingkatkan dan 3 meningkatkan kapasitas masyarakat dalam peningkatan produktifitas dalam era desentralisasi. Dibeberapa negara yang telah menerapkan desentralisasi penyuluhan justru mengalami kegagalan karena dua alasan diatas. Sebagai contoh adalah kebijakan desentralisasi penyuluhan yang dilaksanakan di Amerika Latin menurut Alex et al. 2000 mengalami beberapa hambatan akibat: 1 Ketiadaaan strategi nasional yang dapat menjadi arah bagi beraneka ragam kebijakan lokal serta menjadi acuan bagi perencanaan kegiatan penyuluhan di tingkat lokal 2 Kontrol kualitas, supervisi dan kekeliruan dalam sistem penyuluhan 3 Minimnya pengembangan sistem dalam rangka peningkatan pengetahuan terutama yang terkait dengan riset penyuluhan dan keterkaitannya dengan pelatihan 4 Agen penyuluhan yang dikontrak oleh pemerintah daerah maupun swasta tidak memiliki gambaran karir yang jelas 5 Program yang dilaksanakan oleh petani minim program dan sangat mengandalkan bantuan dari pemerintah. Pada dimensi kelembagaan, nilai rata-rata indeks di wilayah timur adalah 40.28 sedangkan di wilayah tengah nilai indeks rata-rata lebih tinggi yaitu 45.47. Adapun di wilayah barat, nilai indeks rata-rata keberlanjutan dimensi kelembagaan adalah 45.08. Meskipun terlihat ada perbedaan rata-rata dimensi kelembagaan diantara wilayah, namun berdasarkan hasil analisis statistik, tidak ditemukan adanya perbedaan nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan pada ketiga wilayah tersebut p=0.300.05. Nilai rata-rata indeks keberlanjutan dimensi ketenagaan di wilayah timur, tengah dan barat masing-masing adalah 45.53; 44.59 dan 46.57. Mengacu pada nilai tersebut terlihat selang nilai yang relatif sempit diantara ketiga wilayah tersebut. Hasil pengujian statistik yang dilakukan menemukan fakta bahwa tidak ada perbedaan nilai indeks keberlanjutan dimensi ketenagaan di wilayah timur, tengah dan barat p=0.500.05. Dipandang dari dimensi penyelenggaraan, rata-rata nilai indeks keberlanjutan yang ada di wilayah barat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai indeks di wilayah lainnya. Nilai rata-rata indeks keberlanjutan dimensi penyelenggaraan di wilayah barat adalah 57.63, sedangkan di wilayah tengah dan timur rata-rata nilai indeks adalah 56.07 dan 53.72. Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap dimensi penyelenggaraan di tiga wilayah tersebut, tidak dijumpai adanya perbedaan nilai indeks keberlanjutan p=0.130.05. Seringkali ada pandangan yang menyatakan bahwa sapras penyuluhan di wilayah timur Indonesia sangat timpang dengan kondisi sapras yang ada di wilayah tengah dan barat. Berdasarkan hasil analisis terhadap rata-rata nilai indeks ternyata menunjukkan hal yang berbeda. Bahkan nilai rata-rata indeks keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan di wilayah timur justru paling baik diantara wilayah tengah dan barat dengan capaian 18,09. Adapun untuk wilayah barat dan tengah, nilai indeks keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan masing- masing adalah 15.02 dan 18.04. Walaupun dari nilai indeks terlihat bahwa kondisi sapras penyuluhan di Indonesia timur lebih baik namun dari hasil pengujian statistik diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap ketiga wilayah di Indonesia p=0.510.05. Dipandang dari dimensi sosial, rata-rata nilai indeks keberlanjutan yang ada di wilayah timur lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai indeks di wilayah lainnya. Nilai rata-rata indeks keberlanjutan dimensi sosial di wilayah timur adalah 46.52, sedangkan di wilayah tengah dan barat rata-rata nilai indeks adalah 43.95 dan 44.20. Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap dimensi sosial di tiga wilayah tersebut, tidak dijumpai adanya perbedaan yang signifikan nilai indeks keberlanjutan p=0.580.05. Hasil perhitungan rata-rata nilai indeks keberlanjutan di setiap wilayah menunjukkan bahwa wilayah barat memiliki nilai indeks multidimensi rata-rata tertinggi dibandingkan wilayah lain. Capaian nilai indeks multi dimensi di wilayah barat mencapai 44.55 sedangkan di wilayah tengah dan timur masing- masing hanya 44.10 dan 43.23. Namun demikian, hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan nilai indeks keberlanjutan multidimensi di ketiga wilayah tersebut p=0.450.05. Gambar 10 Rata-rata nilai indeks keberlanjutan ± SD di wilayah Indonesia Timur, Tengah dan Barat pada dimensi 1 kelembagaan, 2 ketenagaan penyelenggaraan, 4 sapras-pembiayaan dan 5 sosial. 1 2 3 4 5 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 20 40 60 80 100 Timur Tengah Barat Berdasarkan hasil analisis laverage terhadap atribut-atribut yang membangun dimensi kelembagaan di masing-masing wilayah, terlihat adanya perbedaan diantara wilayah. Pada wilayah Indonesia Barat, ditemukan ada empat atribut yang dinilai paling sensitif mempengaruhi nilai dimensi kelembagaan. Keempat atribut tersebut adalah kelembagaan penyuluh swasta dengan nilai 1.88, kesesuaian tupoksi dengan nilai 1.81, hubungan dan kerjasama nilai 1.80 serta program penyuluhan dengan nilai 1.66. Gambar 11. Gambar 11 Peran masing-masing atribut dimensi kelembagaan di Indonesia Barat yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Pada dimensi kelembagaan di wilayah Indonesia Tengah, diketahui bahwa hanya ada 3 tiga atribut yang mempengaruhi nilai dimensi kelembagaan secara keseluruhan, yaitu 1 beban tugas dengan nilai 3.44, 2 aturan dan mekanisme kerja dengan nilai 3.11 dan program penyuluh dengan nilai 2.89 Gambar 12. 0.7170 1.0673 0.7691 1.8136 1.4179 0.9378 1.8025 1.6669 1.8817 1.2154 0.6040 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 Kelembagaan yang menanganiPenyuluhan Perikanan Bentuk Struktur dan Eselon Kelembagaan Kewenangan Sesuai OTODA Kesesuaian Tupoksi Beban Tugas kaitan dengan kelembagaan, sarana dan wilayah Aturan dan Mekanisme KerjaTata Kerja Hubungan dan Kerjasama Koordinasi dengan pihak lain Program Penyuluhan Pembinaan, Monev,Laporan Kelembagaan Penyuluhan Swasta Kelembagaan Penyuluhan Swadaya Hierarki Hubungan Prop, KabKota, Kec Lapangan, Pihak lain Attr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri but Gambar 12 Peran masing-masing atribut dimensi kelembagaan di Indonesia Tengah yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Berdasarkan hasil analisis laverage terhadap atribut yang menyusun dimensi kelembagaan di Indonesia Timur diketahui bahwa ada 3 tiga atribut yang berpengaruh signifikan terhadap performa dimensi kelembagaan, yaitu 1 hubungan dan kerjasama dengan nilai 3.11, 2 beban tugas dengan nilai 3.34 dan 3 program penyuluhan dengan nilai 2.93 Gambar 13. 0.8024 1.0856 1.5199 2.2052 3.4400 3.1127 1.7062 2.8957 2.2268 1.0644 0.7616 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 Kelembagaan yang menanganiPenyuluhan Perikanan Bentuk Struktur dan Eselon Kelembagaan Kewenangan Sesuai OTODA Kesesuaian Tupoksi Beban Tugas kaitan dengan kelembagaan, sarana dan wilayah Aturan dan Mekanisme KerjaTata Kerja Hubungan dan Kerjasama Koordinasi dengan pihak lain Program Penyuluhan Pembinaan, Monev,Laporan Kelembagaan Penyuluhan Swasta Kelembagaan Penyuluhan Swadaya Hierarki Hubungan Prop, KabKota, Kec Lapangan, Pihak lain Att ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 A tr ibut Gambar 13 Peran masing-masing atribut dimensi kelembagaan di Indonesia Timur yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Hasil analisis laverage yang dilakukan untuk melihat atribut yang sensitif dalam mempengaruhi status keberlanjutan dimensi ketenagaan menemukan fakta bahwa di Indonesia Barat ditemukan 2 dua atribut sensitif yang berkontribusi terhadap keberlanjutan adalah penyuluh swastakontrak 1.93 dan wilayah kerja dan binaan penyuluh 1.67 Gambar 14. Pada dimensi ketenagaan di wilayah Indonesia Tengah, diketahui bahwa juga hanya ada 2 dua atribut yang mempengaruhi nilai dimensi ketenagaan secara keseluruhan, yaitu 1 pedomanpetunjuk pelaksanaan dengan nilai 1.69, 2 pengangkatan dan penempatan penyuluh dengan nilai 1.42 Gambar 15. 1.2985 0.8208 2.4743 2.5268 3.3471 2.5681 3.1100 2.9358 2.2236 1.5412 1.0128 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 Kelembagaan yang menanganiPenyuluhan Perikanan Bentuk Struktur dan Eselon Kelembagaan Kewenangan Sesuai OTODA Kesesuaian Tupoksi Beban Tugas kaitan dengan kelembagaan, sarana dan wilayah Aturan dan Mekanisme KerjaTata Kerja Hubungan dan Kerjasama Koordinasi dengan pihak lain Program Penyuluhan Pembinaan, Monev,Laporan Kelembagaan Penyuluhan Swasta Kelembagaan Penyuluhan Swadaya Hierarki Hubungan Prop, KabKota, Kec Lapangan, Pihak lain At tr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri but Gambar 14 Peran masing-masing atribut dimensi ketenagaan di Indonesia Barat yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. . Gambar 15 Peran masing-masing atribut dimensi ketenagaan di Indonesia Tengah yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. 0.5065 1.1230 1.2041 1.1526 0.9740 1.3504 1.4226 1.6982 1.1586 1.0606 0.9094 1.3279 1.0324 0.5793 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 Kategori Penyuluh Kualifikasi Penyuluh Jumlah Penyuluh Perikanan PNS Status Penyuluh Perikanan Upaya Peningkatan Kompetensi Rata-rata usia dan masa kerja u; mk Pengangkatan dan Penempatan Penyuluh PedomanPetunjuk Pelaksanaan TugasRencana Kerja Penyuluh Dukungan Fasilitas SaranaUang Kepada Penyuluh Wilayah Kerja dan Binaan Penyuluhan Sistem dan Mekanisme Kerja Penyuluh Penyuluh SwastaKontrak Penyuluh SwadayaMandiri Hubungan KerjaPeran Penyuluh Dengan Berbagai Pihak A ttr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri b u t 0.9754 1.2400 1.4676 1.1464 0.9931 0.8682 0.6368 0.6204 0.5510 1.6712 0.5169 1.9355 1.4210 1.0084 0.5 1 1.5 2 2.5 Kategori Penyuluh Kualifikasi Penyuluh Jumlah Penyuluh Perikanan PNS Status Penyuluh Perikanan Upaya Peningkatan Kompetensi Rata-rata usia dan masa kerja u; mk Pengangkatan dan Penempatan Penyuluh PedomanPetunjuk Pelaksanaan TugasRencana Kerja Penyuluh Dukungan Fasilitas SaranaUang Kepada Penyuluh Wilayah Kerja dan Binaan Penyuluhan Sistem dan Mekanisme Kerja Penyuluh Penyuluh SwastaKontrak Penyuluh SwadayaMandiri Hubungan KerjaPeran Penyuluh Dengan Berbagai Pihak Att ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri but Berbeda dengan wilayah Indonesia Barat dan Tengah, di wilayah Indonesia Timur hanya ada satu atribut yang berpengaruh signifikan terhadap capaian nilai dimensi ketenagaan yaitu pengangkatan dan penempatan penyuluh dengan nilai 2.05 Gambar 16. Gambar 16 Peran masing-masing atribut dimensi ketenagaan di Indonesia Timur yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Hasil analisis laverage yang dilakukan untuk melihat atribut yang sensitif dalam mempengaruhi status keberlanjutan dimensi penyelenggaraan menemukan bahwa di Indonesia Barat ditemukan 2 dua atribut sensitif yang berkontribusi terhadap keberlanjutan yaitu materi dan bentuk informasi 2.51 dan status program 2.48 Gambar 17. 0.5635 0.7361 1.0884 0.7843 1.5171 0.5699 2.0580 1.4273 1.3622 0.9067 0.8211 0.9861 0.9521 0.5293 0.5 1 1.5 2 2.5 Kategori Penyuluh Kualifikasi Penyuluh Jumlah Penyuluh Perikanan PNS Status Penyuluh Perikanan Upaya Peningkatan Kompetensi Rata-rata usia dan masa kerja u; mk Pengangkatan dan Penempatan Penyuluh PedomanPetunjuk Pelaksanaan TugasRencana Kerja Penyuluh Dukungan Fasilitas SaranaUang Kepada Penyuluh Wilayah Kerja dan Binaan Penyuluhan Sistem dan Mekanisme Kerja Penyuluh Penyuluh SwastaKontrak Penyuluh SwadayaMandiri Hubungan KerjaPeran Penyuluh Dengan Berbagai Pihak Att ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri b u t Gambar 17 Peran masing-masing atribut dimensi penyelenggaraan di Indonesia Barat yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Pada dimensi penyelenggaraan di wilayah Indonesia Tengah, diketahui bahwa juga hanya ada 2 dua atribut yang mempengaruhi nilai dimensi penyelenggaraan secara keseluruhan, yaitu 1 materi dan bentuk informasi dengan nilai 2.94, 2 status program dengan nilai nilai 2.43 Gambar 21. Seperti halnya di wilayah Indonesia Barat dan Tengah, di wilayah Indonesia Timur juga ditemukan 2 dua atribut sensitif yang mempengaruhi nilai indeks penyelenggaraan, yaitu 1 status program 2.64 dan 2 materi dan bentuk informasi 2.62 Gambar 18. 0.5069 0.8458 1.2661 2.4803 1.4810 0.5700 0.5642 2.5181 1.6358 0.9511 0.6604 0.3934 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Keberadaan Program Sebagai Acuan Mekanisme Penyusunan dan Waktu IsiSubstansi Program Status Program Perencanaan dan pelaksanaan program Rencana dan Mekanisme Sistem Pendekatan dan Metode Materi dan BentukIsi Informasi Sumber Informasi Peran Serta Pelaku Utama Kerjasama Kelembagaan antar Monitoring Evaluasi dan Laporan At tr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri but Gambar 18 Peran masing-masing atribut dimensi penyelenggaraan di Indonesia Tengah yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Gambar 19 Peran masing-masing atribut dimensi penyelenggaraan di Indonesia Timur yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. 0.2766 0.5967 0.9990 2.4328 0.8776 0.9496 0.5865 2.9415 0.8468 1.4195 0.6072 0.3957 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Keberadaan Program Sebagai Acuan Mekanisme Penyusunan dan Waktu IsiSubstansi Program Status Program Perencanaan dan pelaksanaan program Rencana dan Mekanisme Sistem Pendekatan dan Metode Materi dan BentukIsi Informasi Sumber Informasi Peran Serta Pelaku Utama Kerjasama Kelembagaan antar Monitoring Evaluasi dan Laporan A tt ri but e Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri b u t 0.4695 0.5059 1.0688 2.6426 1.6632 1.0530 0.9327 2.6264 1.4298 0.6321 1.0538 0.5411 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Keberadaan Program Sebagai Acuan Mekanisme Penyusunan dan Waktu IsiSubstansi Program Status Program Perencanaan dan pelaksanaan program Rencana dan Mekanisme Sistem Pendekatan dan Metode Materi dan BentukIsi Informasi Sumber Informasi Peran Serta Pelaku Utama Kerjasama Kelembagaan antar Monitoring Evaluasi dan Laporan A ttr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 A tr ibut Berdasarkan hasil analisis laverage terhadap atribut yang menyusun dimensi sapras-pembiayaaan di Indonesia Barat, diketahui hanya ada 1 satu atribut yang berpengaruh signifikan terhadap performa dimensi sapras-pembiayaan, yaitu 1 pemanfaatan saranafasilitas dengan nilai 5.36 Gambar 20. Gambar 20 Peran masing-masing atribut dimensi sapras-pembiayaan di Indonesia Barat yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Hasil analisis laverage terhadap atribut dimensi sapras-pembiayaan di wilayah Indonesia Tengah menghasilkan atribut sensitif yang relatif sama dengan wilayah Indonesia Barat, yaitu 1 sumber dan ketersediaan informasi dengan nilai 5.60 dan 2 pemanfaatan saranafasilitas dengan nilai 4.97 Gambar 24. Khusus untuk wilayah Indonesia Timur maka atribut yang dinilai paling sensitif dalam menunjang performa dimensi sapras-pembiayaan adalah pemanfaatan saranafasilitas dengan nilai 5.38 Gambar 21. 1.7836 2.8370 5.3654 2.2399 3.6092 4.0571 3.4996 2.9253 1.9898 1 2 3 4 5 6 KeberadaanKetersediaanDukungan SaranaFasilitas Penyuluhan Kesesuaian SaranaFasilitasAlat Bantu yang tersedia Pemanfaatan SaranaFasilitasAlat Bantu Khusus sarana transportasi Sumber dan Ketersediaan Pembiayaan Kebutuhan dan Alokasi Dukungan dan Kerjasama Dengan Pihak Lain swasta Alokasi Pembiayaan Penguatan Modal SistemAturan dan Mekanisme Pembiayaan Attr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 A tr ibut Gambar 21 Peran masing-masing atribut dimensi sapras pembiayaan di Indonesia Tengah yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Gambar 22 Peran masing-masing atribut dimensi sapras pembiayaan di Indonesia Timur yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. 1.0657 2.7864 4.9793 3.9239 5.6036 3.3050 3.6104 2.2398 1.8137 1 2 3 4 5 6 KeberadaanKetersediaanDukungan SaranaFasilitas Penyuluhan Kesesuaian SaranaFasilitasAlat Bantu yang tersedia Pemanfaatan SaranaFasilitasAlat Bantu Khusus sarana transportasi Sumber dan Ketersediaan Pembiayaan Kebutuhan dan Alokasi Dukungan dan Kerjasama Dengan Pihak Lain swasta Alokasi Pembiayaan Penguatan Modal SistemAturan dan Mekanisme Pembiayaan A ttr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ribu t 2.7719 2.3054 5.3884 3.5800 4.1796 3.9006 3.1993 2.4661 2.2030 1 2 3 4 5 6 KeberadaanKetersediaanDukungan SaranaFasilitas Penyuluhan Kesesuaian SaranaFasilitasAlat Bantu yang tersedia Pemanfaatan SaranaFasilitasAlat Bantu Khusus sarana transportasi Sumber dan Ketersediaan Pembiayaan Kebutuhan dan Alokasi Dukungan dan Kerjasama Dengan Pihak Lain swasta Alokasi Pembiayaan Penguatan Modal SistemAturan dan Mekanisme Pembiayaan A ttr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 A tr ibut Ditunjau dari hasil analisis laverage terhadap atribut yang menyusun dimensi sosial di Indonesia Barat, diketahui ada 3 tiga atribut yang berpengaruh signifikan terhadap performa sosial, yaitu 1 akses terhadap sumberdaya 2.20, sistem dan metode penyuluhan 2.09 dan materi yang diharapkan 1.83 Gambar 23. Gambar 23 Peran masing-masing atribut dimensi sosial di Indonesia Barat yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Pada wilayah Indonesia Tengah, atribut sensitif yang dinilai sensitif mempengaruhi performa nilai dimensi sosial adalah 1 materi yang diharapkan dengan nilai 2.40, 2 keterlibatan pelaku dengan nilai 2.19 dan 3 peran pelaku usaha dengan nilai 2.06 Gambar 24. Adapun atribut yang dinilai sensitif di Indonesia Timur adalah 1 materi yang diharapkan 2.29, 2 akses terhadap sumberdaya 2.29 dan 3 peran pelaku usaha 1.95 Gambar 25. 0.5752 0.7556 2.0998 1.0519 1.8353 2.2097 1.6277 1.5913 1.1095 0.6849 0.5 1 1.5 2 2.5 Manfaat Penyuluhan Peran Penyuluh Sistem dan Metode Penyuluhan Partisipasi Yang Diberikan Materi Yang Diharapkan Akses Kepada Sumberdaya Frekuensi Penyuluhan Peran Pelaku Usaha Keterlibatan Pelaku Usaha Kebutuhan Kelembagaan di Wilayah Att ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri b u t Gambar 24 Peran masing-masing atribut dimensi sosial di Indonesia Tengah yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. Gambar 25 Peran masing-masing atribut dimensi sosial di Indonesia Timur yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS. 0.8739 1.3507 1.3162 1.5554 2.4005 1.6874 1.1355 2.0684 2.1900 0.9696 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Manfaat Penyuluhan Peran Penyuluh Sistem dan Metode Penyuluhan Partisipasi Yang Diberikan Materi Yang Diharapkan Akses Kepada Sumberdaya Frekuensi Penyuluhan Peran Pelaku Usaha Keterlibatan Pelaku Usaha Kebutuhan Kelembagaan di Wilayah A tt ri but e Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri but 0.6437 0.6095 0.7830 1.7408 2.2950 2.2885 0.8068 1.9552 1.3171 0.7823 0.5 1 1.5 2 2.5 Manfaat Penyuluhan Peran Penyuluh Sistem dan Metode Penyuluhan Partisipasi Yang Diberikan Materi Yang Diharapkan Akses Kepada Sumberdaya Frekuensi Penyuluhan Peran Pelaku Usaha Keterlibatan Pelaku Usaha Kebutuhan Kelembagaan di Wilayah A ttr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri b u t Jika dilakukan pemetaan atribut sensitif untuk masing-masing dimensi perwilayah maka terlihat adanya polafakta yang menarik, yaitu atribut sensitif yang menyusun dimensi masing-masing wilayah relatif sama Tabel 19. Keberadaan setiap atribut dapat diidentifikasi untuk masing-masing wilayah secara parsial maupun integral dapat dijumpai di Indonesia. Pengecualian untuk atribut kelembagaan penyuluh swasta pada dimensi kelembagaan yang hanya dijumpai di wilayah barat dan atribut sumber dan ketersediaan pembiayaan pada dimensi sapras-pembiayaan, serta atribut keterlibatan pelaku utama pada dimensi sosial yang hanya ditemukan di wilayah tengah. Ketiga atribut tersebut tidak dijumpai di wilayah Indonesia. Hal ini diduga disebabkan nilai atribut sensitif yang diidentifikasi pada masing-masing wilayah tersebut sangat dominan di wilayah yang bersangkutan sehingga secara nilai tidak dapat berkontribusi positif terhadap nilai Indonesia. Jika ditinjau secara detail maka terlihat bahwa nilai masing-masing atribut hampir menjadi atribut sensitif secara nasional. Fenomena lain yang menarik adalah atribut upaya peningkatan kompetensi penyuluh pada dimensi ketenagaan hanya dijumpai di Indonesia, namun tidak dijumpai di ketiga wilayah lainnya. Sebenarnya atribut upaya peningkatan kompetensi jika dilihat secara peringkat merupakan peringkat terakhir diantara lima atribut sensitif lainnya secara nasional. 15 5 Tabel 19. Pola pengembangan dimensi penyuluhan perikanan era desentralisasi di Indonesia

4.9 Potret Keberlanjutan Sistem Penyuluhan Era Desentralisasi