Keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan Potret Keberlanjutan Sistem Penyuluhan Era Desentralisasi

Gambar 35 Peran masing-masing atribut dimensi penyelenggaraan yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS.

4.9.4 Keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan

Berdasarkan hasil analisis, terlihat bahwa nilai indeks keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan dari 20 kabupatenkota yang menjadi sampel, 19 diantaranya berada dibawah 25. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi keberlanjutan dimensi ini berada dalam kondisi yang buruk Gambar 36. Rentang nilai indeks keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan berkisar antara 5.45 hingga 26.90. Ditemukan indikasi bahwa buruknya performa dimensi sapras-pembiayaan di seluruh daerah yang dikaji disebabkan oleh anggapan bahwa kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan yang tidak secara langsung dapat memberikan manfaat bagi daerah dan membutuhkan banyak biaya untuk menyelenggarakannya, sehingga alokasi pembiayaan untuk penyelenggaraan penyuluhan acapkali tidak menjadi prioritas. Hal lain terindikasi bahwa sapras yang ada adalah hasil peninggalan sebelum pemberlakuan desentralisasi dan atau sapras yang ada bukan hanya diperuntukkan bagi kepentingan penyuluhan perikanan. 0.4869 0.7063 1.1096 2.2245 1.4432 1.0798 0.9731 2.3869 1.3407 1.0305 0.8039 0.4708 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Keberadaan Program Sebagai Acuan DasarPenyelenggaraan Mekanisme Penyusunan dan Waktu IsiSubstansi Program Status Program Perencanaan dan pelaksanaan program Rencana dan Mekanisme Penyelenggaraan Sistem Pendekatan dan Metode Materi dan BentukIsi Informasi Sumber Informasi Peran Serta Pelaku Utama Kerjasama Kelembagaan antar pelaku Monitoring Evaluasi dan Laporan Attr ib u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Status scale 0 to 100 Perubahan Root Mean Square RMS dalam Ordinasi Jika Salah Satu Atribut dihilangkan Skala Keberlanjutan 0 sampai 100 At ri bu t Down Up Bad Good -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 O the r D is ti ngi s hi ng Fe a tur e s Real Fisheries Reference anchors Anchors Gambar 36 Analisis Rap-INSINYURKANIN yang menunjukkan nilai indeks keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan. Gambaran rinci mengenai kondisi nilai indeks dimensi sapras-pembiayaan di masing-masing daerah tertera pada Gambar 37. Performa keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan terbaik ditemukan di Kabupaten Sorong dengan nilai indeks 26.90 atau dikategorikan berada dalam kondisi keberlanjutan kurang. Performa keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan terburuk ditemukan di Kabupaten Serang dan diikuti oleh Kabupaten Lampung Timur dengan nilai indeks keberlanjutan masing-masing 5.45 dan 10.10. Hal ini mengindikasikan bahwa lokasi tidak mengindikasikan keberadaan sapras maupun alokasi pembiayaan untuk mendukung penyelenggaraan penyuluhan perikanan. Ndadari dan Adi 2008 mengemukakan bahwa dalam era desentralisasiotonomi daerah pemerintah daerah cenderung berperilaku asimetris, terhadap pemerintah pusat. Artinya kebijakan alokasi pembiayaan oleh pemerintah pusat untuk bidang-bidang tertentu tidak diapresiasi oleh pemerintah daerah dalam bentuk APBD yang sesuai keinginanrencana pemerintah pusat, bahkan banyak alokasi pembiayaan diarahkan untuk bidang-bidang lain. Pada konteks alokasi sapras-pembiayaan penyuluhan perikanan maka pemerintah pusat perlu menyusun daftar alokasi pembiayaan berdasarkan kebutuhan masing-masing 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 N ila i in d e k s k e b e rla n ju ta n T1 T2 T3 T4 T5 T6 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 daerah serta point paling penting dilakukan adalah pemerintah pusat perlu hendaknya melakukan pengendalian yang lebih ketat yaitu dengan selalu melakukan verifikasi atas segala informasi yang diperoleh dari pemerintah daerah terkait dengan APBD. Informasi yang perlu diperhatikan khususnya adalah yang terkait dengan pengalokasian DAU dikarenakan DAU memiliki pengaruh yang signifikan terhadap besarnya anggaran PAD. Disisi lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, pemerintah daerah seharusnya mulai mengupayakan untuk mencari cara memaksimalkan potensi daerahnya yang akan berdampak pada meningkatnya PAD. Cara ini harus dilakukan karena tidak mungkin selamanya pemerintah daerah akan selalu bergantung pada transfer pemerintah pusat. Gambar 37 Kondisi indeks keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan di masing- masing daerah Hasil analisis laverage yang dilakukan untuk melihat atribut yang sensitif dalam mempengaruhi status keberlanjutan dimensi sapras-pembiayaan menunjukkan bahwa hanya ada satu atribut sensitif yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dimensi ini, yaitu pemanfaatan sarana dengan nilai 6.30 Gambar 38. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan performa dimensi cukup melakukan pembenahan dalam pemanfaatan sarana. Langkah kongkrit yang dapat dilakukan adalah menyusun standard operasional prosedur mengenai pemanfaatan sarana dan diimbangi dengan dukungan operasional dan pemberian pemahaman teknis kepada SDM tentang operasionalisasi sarana dan prasarana. Ditinjau dari proporsi jumlah atribut sensitif terhadap total atribut juga sangat rendah yaitu hanya 11.11. Atribut yang memiliki kontribusi minimal terhadap perolehan indeks dimensi adalah keberadaanketersediaan saranafasilitas penyuluh. Jumlah seluruh atribut yang diduga terkait dengan dimensi sarana adalah 9 atribut. Gambar 38 Peran masing-masing atribut dimensi sapras-pembiayaan yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS.

4.9.5 Keberlanjutan dimensi sosial