Dikemukakan oleh van den Ban dan Hawkins, 1999 bahwa pencapaian tujuan penyuluhan dapat mengunakan berbagai cara, antara lain: 1 memberi
nasehat, 2 menambahkan kisaran alternatif, 3 memberi informasi mengenai konsekwensi yang dapat diharapkan dari masing-masing alternatif, 4
membantunya dalam memutuskan tujuan mana yang paling penting, 5 membantunya dalam mengambil keputusan secara sistematis, 6 membantu
belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan dan 7 mendorongnya untuk tukar menukar informasi dengan sesama sasaran.
2.4 Pembangunan Perikanan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Dalam pengertian sehari-hari yang sederhana dapatlah disebutkan bahwa pembangunan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup mereka, namun untuk suatu pembahasan yang berlatar belakang ilmiah, tentu harus diusahakan suatu pengertian yang kurang lebih
menggambarkan apa yang dimaksudkan sebagai pembangunan yang secara umum dapat diterima oleh mereka yang ikut membahasnya Nasution, 1996. Menurut
Todaro dan Smith 2004, pembangunan pada masa lampau dipandang sebagai fenomena ekonomi saja, karena tinggi rendahnya kemajuan pembangunan disuatu
negara hanya diukur berdasarkan pertumbuhan GNP Gross National Product Pendapatan Nasional Bruto, baik secara keseluruhan maupun perkapita yang
diyakini akan menetes dengan sendirinya prinsip “trickle down effect” efek penetesan kebawah sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai
peluang ekonomi lain yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan
sosial secara lebih merata. Dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang lebih diutamakan sedangkan masalah-masalah lain seperti
soal kemiskinan, diskriminasi, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan acapkali di nomor duakan. Setelah lebih kurang tiga dasawarsa masa
pembangunan, ide-ide dan pemikiran tentang pembangunan ternyata semakin berkembang. Menurut Nasution 1996 masa sekarang tegas di perbincangkan
tujuan akhir pembangunan, yaitu apa yang hendak dibangun, sebab ternyata pendapatan perorangan maupun pendapatan nasional GNP tidak cukup
memperbaiki taraf hidup sebagian besar masyarakat ; karena GNP memang merupakan jalan untuk memperoleh kebutuhan lainnya, tetapi pendapatan bukan
merupakan tujuan, hanya alat untuk mendapatkan apa yang dituju. Jadi yang hendak dibangun adalah manusia, karena itu hasil ataupun manfaat pembangunan
harus pada manusianya, sedangkan yang lain merupakan alat untuk mencapai tujuan, yaitu kemanfaatan pada diri manusia.
Lebih jauh menurut Todaro dan Smith 2004, dari sekian banyak upaya untuk menciptakan indikator-indikator sosial yang berbobot guna mendampingi
indikator GNP perkapita yang paling menonjol adalah upaya PBB yang kemudian berhasil menciptakan indeks pembangunan manusia HDI – Human Development
Index. HDI diukur berdasarkan 3 tiga tujuan atau produk akhir pembangunan menurut Todaro dan Smith 2004, dan Nasution 1996; yaitu:
1 Masa hidup longevity, yang diukur dengan usia harapan hidupindikator tingkat harapan hidup life expectancy, karena hidup yang panjang dinilai
berharga, serta sejumlah manfaat tidak langsung lainnya seperti gizi yang memadai dan kesehatan yang baik adalah berkaitan erat dengan tingkat
harapan hidup yang tinggi. 2 Pengetahuan knowledge, yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang
dewasa secara tertimbang dua pertiga dan rata-rata tahun bersekolah sepertiga yaitu indikatornya tingkat melek huruf literacy rate.
3 Standar hidup yang pantas decent living standard yang diukur dengan pendapatan perkapita yang digabung dengan daya beli purchasing power
dan disesuaikan dengan pendapatan perkapita riil dari Pendapatan Bruto Domestik GDP .
Dengan demikian, telah terjadi perkembangan konsepsi pembangunan sehingga batasan pengertiannya pun beragam, sebagaimana pendapat para ahli
dalam Nasution 1996 sebagai berikut: Pembangunan adalah suatu jenis perubahan sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial
untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi sosial yang lebih baik.
Pembangunan adalah modernisasi pada tingkat sistem sosial Rogers dan Shoemaker, 1971. Pembangunan pada akhirnya bukanlah soal teknologi atau
GNP, tetapi pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat
kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri Kleinjans, 1975. Pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas
dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang
dihargai untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka Rogers, 1983.
Karena pembangunan merupakan suatu proses dinamis yang senantiasa berkembang terus dalam menjawab tuntutan kebutuhan serta kondisi
perkembangan zaman, demikian pula halnya dengan konsep-konsep dan gagasan yang mendasarinya akan terus mengalami penyempurnaan; namun pada
gilirannya konsep kunci pembangunan haruslah untuk perbaikan kualitas kehidupan manusia. Dalam berbagai tulisan tentang pembangunan, kata-kata
modernisasi, perubahan sosial, industrialisasi, westernisasi, pertumbuhan dan evolusi sosio-kultural telah mewarnai pengertian pembangunan untuk keperluan
yang berbeda-beda Frey, 1973 yang dikutip Nasution, 1996 Pada konteks perikanan, Purnomo dan Hartono 2005 memberi acuan bahwa
pembangunan perikanan dapat diartikan sebagai suatu proses yang disengaja untuk mengarahkan sektor perikanan menuju lebih maju jika dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Sementara itu Amanah 2007 berpendapat bahwa pembangunan kelautan dan perikanan merupakan usaha berencana yang dilakukan
pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dalam mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan yang lestari dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan
bangsa. Sedangkan pengertian perikanan menurut Undang-Undang No. 31 tahun 2004, adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
bisnis perikanan. Dijelaskan oleh Nikijuluw 2002 bahwa perikanan adalah usaha manusia dalam memanfaatkan sumberdaya ikan; dan sebagai suatu usaha atau
kegiatan ekonomi, perikanan dapat dipandang sebagai sistem yang terdiri dari
unsur atau subsistem ikan, manusia, dan lingkungan atau habitat tempat ikan itu berada.
Tujuan pembangunan perikanan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, adalah sebagai berikut:
1 Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil. 2 Meningkatkan penerimaan dan devisa negara.
3 Mendorong perluasan dan kesempatan kerja. 4 Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein hewani.
5 Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan. 6 Meningakatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing.
7 Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan. 8 Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, bahan pembudidayaan ikan secara
optimal. 9 Menjaga kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan tata
ruang. Berkenaan dengan itu, Dahuri 2004 menganjurkan agar perlunya
penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan, yang secara teknis dapat didefinisikan bahwa pembangunan perikanan
berkelanjutan adalah suatu upaya pemanfaatan sumberdaya alam kelautan dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat didalamnya untuk kesejahteraan manusia
dengan tetap memperhatikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Dalam hal ini pembangunan perikanan harus menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup agar dapat memenuhi kebutuhan
generasi kini dan generasi mendatang. Sejalan dengan itu, Notoatmodjo 2003 berpendapat bahwa pembangunan suatu
bangsa memerlukan aset pokok yang disebut sumberdaya; baik SDA natural resources maupuan SDM human resources dan dari kedua sumberdaya tersebut,
maka SDM-lah yang lebih penting karena indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa terletak pada pembangunan SDM-nya, bukan pada pemanfaatan
SDA-nya. Sebab bila SDA sangat potensial tetapi tidak didukung oleh pengolahan
yang baik oleh SDM yang berkualitas, maka kemajuan bangsa tersebut akan kalah bila dibandingkan dengan sebaliknya.
Menurut Dahuri 2004 pembangunan memiliki pengertian terjadinya suatu perubahan dalam struktur ekonomi disertai dengan peningkatan secara “sustain”
pendapatan masyarakat secara keseluruhan, dimana aspek penting dari perubahan struktur ekonomi dan peningkatan kesejahteraan tersebut berasal dari dan
dihasilkan oleh partisipasi masyarakat dalam proses tersebut. Lebih jauh Supriatna 1997 menjelaskan bahwa konsep pembangunan sebagai sistem
mencakup komponen-komponen: 1 masukan yang terdiri dari nilai, sumberdaya manusia, alam, budaya dan kelembagaan masyarakat; 2 proses, kemampuan
organisasi, dan manajemen pemerintahan dalam melaksanakan program pembangunan; 3 keluaran, berupa perubahan kualitas perilaku manusia yang
berakses pada koqnisi, afeksi, dan keterampilan yang berkaitan dengan taraf hidup. Pembangunan sebagai gerakan mengandung makna bahwa pembangunan adalah
usaha sadar, terorganisasi, terarah dan berkelanjutan yang dilakukan birokrasi pemerintah bersama-sama dengan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat; sementara itu, pembangunan sebagai metode berorientasi pada upaya penciptaan kemajuan sosial-ekonomi yang didukung oleh pengorganisasian dan
peran serta masyarakat selaku pelaku pembangunan. Dengan demikian menurut Sumodiningrat 1996 pembangunan harus
dipandang sebagai suatu proses transformasi yang pada dasarnya akan membawa perubahan dalam proses alokasi sumber-sumber ekonomi, proses distribusi
manfaat, dan proses akumulasi yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hubungan ini pemihakan dan pemberdayaan
masyarakat perlu diyakini sebagai suatu strategi yang tepat untuk menggalang kemampuan ekonomi nasional, sehingga mampu berperan secara nyata dalam
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dalam penjelasan Undang-Undang No. 312004 menyatakan bahwa
perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan
kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil dan pihak-pihak pelaku usaha dibidang
perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumberdaya ikan. Lebih lanjut ditegaskan oleh Sumodiningrat 1996 bahwa guna
memperkuat kedudukan dan peran masyarakat dalam perekonomian nasional diupayakan untuk mendorong percepatan perubahan transformasi struktural
yang mensyaratkan langkah-langkah mendasar meliputi : 1 Pengalokasian sumberdaya,
2 Penguatan kelembagaan, serta 3 Pemberdayaan masyarakat
Dalam rangka merubah perilaku kehidupan masyarakat yang berakses pada budaya, pendidikan sosial sangat dibutuhkan; apalagi bila dihubungkan dengan
tuntutan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang semakin memberi peluang terhadap pembangunan masyarakat, maka pendidikan sosial bertujuan
untuk menciptakan masyarakat yang berpengetahuan, berketerampilan, bernilai, memiliki kepercayaan diri dan ikut berpartisipasi sosial Supriatna, 1997. Batten
1961 dalam Supriatna 1997 menjelaskan bahwa pembangunan masyarakat adalah aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka mendiskusikan
kebutuhan dan masalahnya secara bersama dan memecahkan masalah yang mereka hadapi secara bersama pula.
Suatu usaha perubahan sosial yang berencana tentu ada yang memprakarsai dan bila dilihat dalam suatu masyarakat yang melaksanakan pembangunan
sebagai suatu perubahan sosial yang berencana, maka lembaga-lembaga perubahan change agencies tersebut adalah semua pihak yang melaksanakan
pembangunan itu sendiri, termasuk pemerintah secara keseluruhan, departemen, lembaga-lembaga masyarakat, termasuk lembaga perekonomian beserta segala
kelengkapannya Nasution, 1998. Berangkat dari pemahaman diatas, berbagai upaya dilakukan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat yang terkait dengan pembangunan perikanan yang telah dan sedang berlangsung oleh berbagai pihak, baik itu pemerintah, lembaga-
lembaga non pemerintah, LSM, dan bahkan masyarakat sendiri, perguruan tinggi, pemerhati perikanan, koperasi, BUMN, dan sebagainya.
Berbagai kegiatan pengembangan masyarakat perikanan yang dilaksanakan menggunakan istilah yang berbeda, seperti : pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir, pembangunan masyarakat pantai dan pengelolaan sumberdaya perikanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat nelayan, dan sebagainya.
Namun, jika ditelaah lebih dalam, sekalipun istilah yang digunakan bermacam-macam,
kegiatan yang dilakukan sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yakni meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Ginting, 2002.
Menurutnya cara-cara yang ditempuh oleh berbagai kegiatan ini pada umumnya
menggunakan berbagai metode pendekatan dan teknik yang merujuk pada upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan perikanan.
Menurut Kusnadi 2002 berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pada dekade orde baru untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan hidup nelayan, yakni sejak tahun 1974 pemerintah mengeluarkan program bantuan kredit kepada nelayan seperti Kredit Investasi Kecil KIK,
Kredit Modal Kerja Permanen KMKP dan Kredit BIMAS, bahkan program- program bantuan lain seperti Program Kredit Bergulir atau dana Program Inpres
Desa Tertinggal IDT belum mampu mengatasi kesulitan sosial-ekonomi masyarakat nelayan.
Pada dekade tahun 2000-an, pembangunan masyarakat perikanan, sebagaimana pembangunan masyarakat lainnya secara umum menurut Purnomo
dan Hartono 2005 adalah berangkat dari permasalahan masyarakat itu sendiri. Berkaitan dengan pembangunan masyarakat perikanan, telah banyak dilakukan
aktivitas dan kegiatan seperti Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP. PEMP diinisiasi untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM terhadap
perekonomian masyarakat pesisir yang difokuskan pada penguatan model melalui perguliran Dana Ekonomi Produktif DEP, dimana pengelolaan DEP dilakukan
oleh Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina LEPPM3 yang sejatinya dibentuk sebagai cikal bakal “holding company” milik masyarakat
pesisir. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur wirausahawan, penguatan kelembagaan,
penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan Pedoman Umum
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir-Dit PMP, Ditjen KP3K, DKP, 2006.
Berdasarkan Refleksi Program PEMP, dinyatakan bahwa program ini dibagi menjadi 3 tiga tahap yaitu; 1 tahap inisiasi tahun 2001-2003, 2 tahap
institusionalisasi tahun 2004-2006, dan tahap diversifikasi tahun 2007-2009. Sejak dimulai tahun 2001 hingga 2005, program mengalami penyesuaian dengan
tuntutan yang berkembang dan telah menjangkau 271 dari 289 kabupatenkota berpesisir diseluruh Indonesia dan telah terbentuk 323 LEPP-M3, 9.964
Kelompok Masyarakat Pemanfaat KMP serta menyentuh sekitar 101.428 KK masyarakat pesisir atau 554.055 jiwa Dit PMP, Ditjen KP3K-DKP, 2006.
Menurut laporan BAPPENAS 2004, terdapat beberapa program diwilayah pesisir yang sudah dan sedang dilaksanakan untuk pengembangan wilayah dan
bermanfaat langsung dan tidak langsung kepada masyarakat, yaitu : 1 Program “Mitra pesisir” Coastal Resources Management Project- CRMP; 2 Program
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Marine and Coastal Resources Management Project - MCRMP ; 3 Program Rehablitasi dan Pengelolaan
Terumbu Karang Coral Recf-Rehabilitation and Management Program- COREMAP; 4 Program Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Coastal Community Development and Fisheries Resources Management - COFISH dan 5 Program Laut dan Pantai Lestari.
Uraian program-program tersebut adalah sebagai berikut: 1 Sesuai dengan tujuannya untuk memperkuat kelembagaan pengelolaan pesisir,
program mitra pesisir dengan berbagai kegiatannya telah secara langsung bermitra dengan masyarakat untuk mengenali potensi dan permasalahan
sumber daya pesisir berbasis masyarakat di daerah masing-masing untuk dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Sekaligus dalam program tersebut
bekerjasama dengan pemangku kepentingan lain menyelenggarakan peningkatan kapasitas kelembagaan di bidang perencanaan dan pengolalaan
program sumberdaya pesisir berbasis masyarakat yang ditempuh melalui pelatihan, pertemuan dan diskusi serta kunjungan silang ke berbagai tempat
BAPPENAS, 2004. 2 Beberapa komponen dalam MCRMP dilaksanakan untuk mencapai tujuannya
yaitu pengelolalan berkelanjutan atas sumberdaya dan keanekaragaman hayati pesisir dan laut serta perlindungan lingkungan. Salah satu komponen yang
secara langsung melibatkan masyarakat adalah komponen investasi skala kecil pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang kegiatannya berupa
pengembangan mata pencaharian alternatif, dimana hal ini dimaksudkan agar kegiatan-kegiatan skala kecil tersebut dapat menghasilkan pendapatan
tambahan masyarakat dengan tetap melindungi sumberdaya pesisir dan lautan BAPPENAS, 2004.
3 Tujuan COREMAP memperkuat kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan terumbu karang serta merehabilitasi, melindungi dan mengelola ekosistem
karang dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarkat setempat yang melestarikan terumbu karang. Komponen kegiatan yang langsung
berhubungan dengan masyarakat diantaranya: komunikasi masyarakat dan Pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat. Dalam komponen
komunikasi masyarakat tentang terumbu karang telah dilakukan sejumlah kegiatan: kampanye, radio spot, talk show TV, billboard, pameran, buku,
brosur, poster, CD, VCD, pemberitaan di berbagai media cetak elektronik dan lain-lain; yang bertujuan untuk: 1 meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang sumberdaya lautterumbu karang; 2 meningkatkan pengetahuan dan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang; dan 3
mengupayakan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan stakeholders. Sedangkan pada komponen pengelolaan berbasis masyarakat telah
dilaksanakan antara lain pengembangan mata pencaharian alternatif, meliputi: jenis usaha, kelayakan usaha, pelatihan dan kelembagaan pengelolaan dana,
dimana disiapkan dana bergulir untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif seperti pengolalaan kios budi daya rumput laut, keramba apung, dan
sebagainya BAPPENAS, 2004. 4 Upaya-upaya yang dilaksanakan dalam COFISH bertujuan mempromosikan
pelaksanaan sumberdaya perikanan berbasis partisipasi dan pengurangan kemiskinan melalui penciptaan kesempatan bekerjaberusaha bagi masyarakat
pesisir. Komponen yang secara khusus dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat adalah pembangunan dan pengentasan kemiskinan,
melalui penciptaan peluang usaha baik dibidang perikanan non-penagkapan maupun non-perikanan, sehingga ketergantungan pada usaha penangkapan
dapat dikurangi. Rangkaian kegiatan dalam komponen ini terdiri atas: 1 pengorganisasian masyarakat dan persiapan sosial, 2 implementasi kegiatan
ekonomi, 3 peningkatanperbaikan sarana sosial antara lain akses jalan ke desa nelayan, penyediaan balai pertemuan nelayan, suplai air bersih, dan pos
pelayanan kesehatan. Pengorganisasian masyarakat diupayakan melalui pengelompokkan kedalam unit usaha ekonomi: Kelompok Usaha Bersama
KUB dan diadakan pelatihan, seperti: 1 konsepsi pemberdayaan, pengelolaan koperasi, dan pengembangan pola pikir, 2 pengelolaan dan
pengembangan akses kredit, 3 pengembangan dan pengelolaan usaha kecil, 4 diversifikasi pengolahan ikan dan 5 pemesanan produk perikanan skala
kecil BAPPENAS, 2004. Ditambahkan oleh Murdiyanto 2004 bahwa COFISH merupakan perwujudan komitmen untuk mengolah sumber daya
perikanan pantai secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan taraf hidup nelayan. Dengan demikian aktivitas ini bertujuan untuk memajukan sistem
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pantai melalui berbagai kegiatan. Terkait dengan
pengembangan masyarakat, dalam berbagai kegiatan adalah mengupayakan partisipasi masyarakat dalam mengelola sumberdaya perikanan serta
meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya dan pembangunan sektor perikanan secara berkelanjutan.
5 Program pantai dan Laut Lestari mempunyai misi untuk melestarikan fungsi ekosistem dan pesisir dan laut sehingga dapat terjadi hubungan yang seimbang,
serasi dan selaras antara manusia dan lingkungannya, yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir, serta meningkatkan kapasitas
kelembagaan, pendapatan, dan kemampuan sumberdaya manusia, berikut sarana dan prasarananya. Berdasarkan misi tersebut, maka tujuan yang terkait
dengan pembangunan manusia adalah meningkatnya kepedulian serta keberdayaan masyarakat dan stakeholders terkait sehingga dapat berperan
secara aktif dalam program pengeolaan pesisir dan laut secara terpadu. Untuk itu dalam pelaksanaan program telah melibatkan masyarakat, LSM,
narasumber DPR Propinsi, KabupatenKota wilayah program mulai dari proses perancanaan hingga pengawasan dan evaluasi, serta dilakukannya
pelatihan dan penyuluhan yang terprogram dalam rangka pemberdayaan masyarakat BAPPENAS, 2004.
2.5 Kondisi Penyuluhan Sebelum dan di Era Desentralisasi