Analisis perbandingan status Analisis prospektif

3.4.3 Analisis perbandingan status

Analisis perbandingan status dilakukan untuk melihat perbedaan implementasi pelaksanaan penyuluhan di era desentralisasi di wilayah Indonesia Timur, Tengah dan Barat. Hal ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa letak wilayah sangat potensial mempengaruhi pelaksanaan penyuluhan perikanan. Proses perbandingan status dilakukan berdasarkan nilai indeks yang dicapai daerah pada masing-masing dimensi. Daerah-daerah tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam wilayah Timur, Tengah dan Barat pada kelompok wilayah. Instrumen analisis yang digunakan untuk melaksanakan analisis perbandingan adalah analisis one way anovarancangan acak kelompok. Formulasi matematis dari model yang digunakan adalah sebagai berikut: ij j i ij Y ε β τ μ + + + = Keterangan: ij Y : Nilai pengamatan daerah ke-i kelompok ke-j μ : Rataan umum i τ : Pengaruh daerah ke-i j β : Pengaruh kelompok wilayah ij ε : Pengaruh galat i : 1,2,...,20 j : 1,2,3 Pengujian dilakukan dengan perangkat analisis SPSS. Keputusan analisis didasarkan pada perbedaan antara nilai p dengan signifikansi dari hasil analisis. Jika nilai signifikasi 0.05 maka hal tersebut berarti tidak ada perbedaan status pengembangan penyuluhan di Indonesia Timur, Tengah dan Barat, sebaliknya jika nilai signifikansi 0.05 berarti ada perbedaan pengembangan penyuluhan di masing-masing wilayah tersebut.

3.4.4 Analisis prospektif

Analisis prospektif adalah analisis yang dapat memprediksi kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi di masa depan berdasarkan situasi saat ini. Dengan menggunakan analisis prospektif akan dapat menghasilkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa datang baik yang bersifat positif yang diinginkan maupun yang negatif tidak diinginkan. Oleh karena itu analisis ini berguna untuk: 1 mempersiapkan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan 2 melihat kebutuhan perubahan di masa depan. Analisis prospektif merupakan pengembangan dari metode Delphi yang menggunakan pendapat kelompok pakar yang memahami persoalan dengan benar untuk pengambilan keputusan dan perancangan strategi kebijakan. Menurut Hardjomidjojo 2003 langkah kerja dari analisis prospektif terdiri dari: 1. Batasan dari ruang lingkup sistem yang ingin dikaji. Dalam hal ini perlu dijelaskan secara spesifik tujuan sistem yang ingin dicapai sehingga semua pakar responden yang diminta pendapatnya memahami dan mempunyai pandangan yang sama tentang sistem yang dikaji. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan stakeholder sistem yang dikaji dari pakar responden. Diharapkan responden dapat mewakili stakeholder yang dikaji sehingga semua kepentingan elemen sistem dapat terwakili melalui penentuan faktor- faktor tersebut yang harus spesifik dan jelas. 3. Melakukan penilaian pengaruh langsung antar faktor. Semua faktor yang teridentifikasi dari responden dinilai dan diberi bobot berdasarkan pedoman tabel menurut analisis pengaruh antar faktor dengan skor antara 0 – 3, seperti terlihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9 Pedoman penilaian analisa prospektif Skor Keterangan 0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat Tabel 10 Pengaruh langsung antar faktor dalam penyelenggaraan penyuluhan perikanan Terhadap Dari A B C D E F G E F G A B C D Sumber : Godet 1999 dalam Marhayudi 2006 Berdasarkan hasil penilaian tersebut dilanjutkan dengan membuat matriks gabungan pendapat pakar dan diolah dengan perangkat lunak analisis prospektif menggunakan teknik statistik untuk menghitung pengaruh langsung global, ketergantungan global, kekuatan global dan kekuatan global tertimbang. Hasil perhitungan divisualisasikan dalam diagram pengaruh dan ketergantungan antar faktor seperti terlihat pada Gambar 5. Kuadran kiri atas kuadran I merupakan faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran kanan atas kuadran II merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh dan ketergantungan yang tinggi. Kuadran kanan bawah kuadran III memiliki pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor sehingga menjadi output dalam sistem. Kuadran kiri bawah kuadran IV mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Faktor Penentu INPUT Faktor Terikat OUTPUT Faktor Bebas UNUSED Faktor Penghubung STAKE Gambar 5 Diagram pengaruh dan ketergantungan sistem. 4. Menyusun keadaan yang mungkin terjadi state. Berdasarkan faktor dominan yang dihasilkan pada tahap sebelumnya, disusun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan. Setiap faktor dapat dibuat satu atau lebih keadaan, dengan persyaratan: 1 keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi pada masa yang akan datang bukan hayalan dan 2 keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor seperti besar, sedang, kecil, atau baikburuk tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari suatu faktor. 5. Menyusun skenario. Skenario disusun berdasarkan kombinasi dari hubungan beberapa keadaan faktor secara timbal balik mutually compatible dari keadaan yang paling optimis sampai paling pesimis. 6. Menyusun strategi. Berdasarkan skenario yang telah disusun, didiskusikan dan disusun strategi yang perlu dilakukan untuk pencapaian skenario yang diinginkan ataupun menghindari skenario yang akan berdampak negatif bagi sistem yang menjadi tujuan. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Skor saat ini Masing-Masing Atribut pada Setiap Dimensi

Analisis Multi Dimensional Scaling MDS yang digunakan untuk menilai keberlanjutan Pengembangan sistem Penyuluhan Perikanan Era Desentralisasi di Indonesia adalah Rap-INSINYURKANIN Rapid Appraisal Indeks Pengembangan sistem Penyuluhan Perikanan Indonesia. Analisis tersebut menghasilkan nilai indeks keberlanjutan masing-masing dimensi dan multidimensi dari Pengembangan sistem Penyuluhan Perikanan. Penilaian terhadap masing-masing dimensi dilakukan pada beberapa atribut yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi yang bersangkutan. Dimensi dan atribut yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1 kelembagaan 11 atribut, 2 ketenagaan 14 atribut, 3 penyelenggaraan 12 atribut, 4 sarana, prasarana dan pembiayaan 9 atribut, dan 5 respons pelaku utamasosial 10 atribut. Nilai indeks yang dihasilkan merupakan gambaran tentang kondisi penyuluhan perikanan yang terjadi saat ini pada masing-masing dimensi, maupun multi dimensi yang ditentukan oleh skor penilaian dari masing-masing atribut di setiap dimensi yang dikaji. Skor awal yang diberikan sebagai penilaian terhadap setiap atribut di masing-masing dimensi untuk 20 KabupatenKota yang tersebar pada 3 wilayah di Indonesia menggambarkan nilai yang bervariasi. Pemberian skor awal tersebut merupakan kondisi saat ini yang mempengaruhi setiap atribut pada masing- masing dimensi untuk menghasilkan nilai indeks keberlanjutan. Perhitungan nilai stress untuk menggambarkan bahwa atribut-atribut dari setiap dimensi dianggap telah memadai untuk mewakili sistem sebenarnya, sedangkan perhitungan root mean square RMS dalam analisis Leverage adalah untuk menentukan pengaruh dari setiap atribut terhadap dimensi yang bersangkutan. Hasil nilai indeks dan status keberlanjutan pengembangan sistem penyuluhan era desentralisasi di Indonesia ditentukan berdasarkan penilaian responden yang nilainya sudah di rata-ratakan untuk masing-masing atribut pada setiap dimensi sesuai kondisi saat ini di masing-masing wilayah 20