Kelembagaan penyuluhan Sistem Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan

Penyelenggaraan penyuluhan perikanan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah dan lapangan yang dilakukan oleh unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang penyuluhan perikanan pada Departemen Kelautan dan Perikanan di pusat dan di daerah pada salah satu instansi yang terkait erat dengan sektor kelautan dan perikanan. Untuk melaksanakan penyuluhan perikanan, unit kerja pada masing-masing tingkatan akan bekerjasama dengan lembaga pemerintahan dan lembaga non-pemerintahan lainnya, organisasi internasional untuk tingkat pusat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan latihan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, koperasi, LSM dan lembaga atau perusahaan swasta Penjelasan Undang- Undang No. 31 tahun 2004; Poernomo, 2004.

2.6.1. Kelembagaan penyuluhan

Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan 2002 disebutkan bahwa tugas unit kerjakelembagaan penyuluhan perikanan di pusat adalah: 1 merumuskan kebijakan dan perencanaan penyuluhan perikanan nasional, 2 menyusun standarisasi, norma, pedoman umum, dan akreditasi; 3 mengembangkan sistem kelembagaan, ketenagaan penyuluh, penyelenggaraan dan kerjasama penyuluhan perikanan; 4 melakukan koordinasi, supervisi dan distribusi sumberdaya penyuluhan perikanan; 5 melaksanakan kerjasama penyuluhan perikanan dengan pihak lain, baik dalam maupun luar negeri; 6 menyelenggarakan kegiatan penyuluhan tingkat nasional. Selanjutnya kelembagaan penyuluhan perikanan di daerah dibentuk di propinsi, kabupatenkota dan Unit Kerja Lapangan. Tugas kelembagaan penyuluhan perikanan di propinsi adalah: a merumuskan kebijakan dan perencanaan penyuluhan perikanan di propinsi atau lintas kabupatenkota; b melakukan koordinasi, supervisi dan distribusi sumberdaya penyuluhan perikanan di propinsi; c melaksanakan kerjasama penyuluhan perikanan dengan pihak lain, baik instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat; d menyelenggarakan penyuluhan perikanan di propinsi. Sedangkan tugas kelembagaan penyuluhan perikanan di kabupatenkota adalah a merumuskan kebijakan perencanaan program dan kegiatan penyuluhan perikanan di kabupatenkota setelah mendapat masukan dari penyuluh beserta nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan dan unsur masyarakat lainnya; b melakukan koordinasi, supervisi dan distribusi sumberdaya penyuluhan perikanan; c menyelenggarakan kegiatan penyuluhan perikanan di kabupatenkota; d menetapkan, mengangkat, membina, mensupervisi petugas penyuluh yang berada di kabupatenkota; e menetapkan lokasi dan memfasilitasi Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan; f melaksanakan pembinaan, pemantauan, pengawasan, penilaian dan evaluasi kegiatan penyuluhan perikanan di kabupatenkota Pedoman Umum Penyelenggaraan Penyuluhan PerikananSK Menteri KP No. 44, 2002. Kelembagaan penyuluhan perikanan di lapangan dilaksanakan oleh unit kerja lapangan yang disebut Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan, yang idealnya berada pada sentra-sentra kegiatan pelaku utamapelaku usaha perikanan, atau pusat teknologi perikanan yang berada di daerah yang bersangkutan, seperti pelabuhan perikanan, unit kerja penelitian, pendidikan dan pelatihan perikanan dan sebagainya Poernomo, 2004. Diharapkan Pos tersebut merupakan tempat berpangkalnya penyuluh profesional perikanan; namun apabila pada wilayah KabupatenKota tidak terdapat unit kerja dimaksud, maka dianjurkan oleh Poernomo 2004 agar pemerintah kabupatenkota dapat menetapkan keberadaan pos dimaksud pada kantor kecamatan setempat. Tugas Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan sesuai Pedoman Umum Penyelenggaraan Penyuluhan Perikanan 2002 adalah: a menyusun program kerja dan rencana kegiatan penuluhan perikanan; b malaksanakan penyuluhan perikanan di lapangan; c melakukan kegiatan administrasi penyuluhan perikanan; d melakukan kerjasama dan memperluas jejaring kerja; e melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan penyuluhan perikanan yang dilaksanakan. Kelembagaan penyuluhan perikanan menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 terdiri atas: a kelembagaan penyuluhan pemerintah; b kelembagaan penyuluhan swasta, dan c kelembagaan penyuluhan swadaya. Kelembagaan penyuluhan pemerintah berada di tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, di tingkat propinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, di tingkat kaupatenkota berbentuk badan pelaksana penyuluhan dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan; sedangkan kelembagaan penyuluhan swasta dibentuk oleh pelaku usaha dengan memperhatikan kepentingan pelaku usaha serta pembangunan perikanan. Selanjutnya kelembagaan penyuluhan swadaya dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku usaha; sementara untuk kelembagaan penyuluhan tingkat desakelurahan bersifat non- struktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama. Lebih jauh ditegaskan bahwa badan penyuluhan pada tingkat pusat mempunyai tugas: a menyusun kebijakan nasional, programa penyuluhan nasional, standarisasi dan akreditasi tenaga penyuluh, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan; b menyelenggarakan pengembangan penyuluhan, pangkalan data, pelayanan dan jaringan informasi penyuluhan; c melaksanakan penyuluhan, koordinasi, penyeliaan, pemantauan dan evaluasi, serta alokasi dan distribusi sumberdaya penyuluhan; d melaksanakan kerjasama penyuluhan nasional, regional dan internasional; e melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta. Badan Koordinasi Penyuluhan di tingkat propinsi mempunyai tugas: a melakukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi lintas sektor, optimalisasi partisipasi, advokasi masyarakat dengan melibatkan unsur pakar, dunia usaha, institusi terkait, perguruan tinggi dan sasaran penyuluhan; b menyusun kebijakan dan programa penyuluhan propinsi yang sejalan dengan kebijakan dan programa penyuluhan nasional; c memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan forum masyarakat bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya dan memberikan umpan balik kepada pemerintah daerah; d melakukan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta. Badan Pelaksana Penyuluhan di tingkat kabupatenkota mempunyai tugas: a menyusun kebijakan dan programa penyuluhan kabupatenkota yang sejalan dengan kebijakan dan programa penyuluhan propinsi dan nasional, b melaksanakan penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metoda penyuluhan; c melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan dan penyebaran materi penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha; d melaksanakan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan; e menumbuhkembangkan dan memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha, dan f melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. Balai Penyuluhan pada tingkat kecamatan mempunyai tugas: a menyusun programa penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan programa penyuluhan kabupatenkota; b melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan, c menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar; d memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha; e memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan, dan f melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Pos Penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha untuk: a menyusun program penyuluhan; b melaksanakan penyuluhan di desakelurahan, c menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya; d melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan mengembangkan model usaha bagi pelaku utama dan pelaku usaha; e menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan seta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; f melaksanakan kegiatan rembug, pertemuan teknis, temu lapang dan metode penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha; g memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku usaha, dan h memfasilitasi forum penyuluhan pedesaan. Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 juga menyebutkan bahwa kelembagaan penyuluhan swasta danatau swadaya mempunyai tugas: a menyusun perencanaan penyuluhan yang terintegrasi dengan programa penyuluhan; b melaksanakan pertemuan dengan penyuluh dan pelaku utama sesuai dengan kebutuhan; c membentuk forum, jaringan dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; d melaksanakan kegiatan rembug, pertemuan teknis, lokakarya lapangan, serta temu lapang pelaku utama dan pelaku usaha; e menjalin kemitraan usaha dengan berbagai pihak atas dasar saling menguntungkan, f menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; g menyampaikan informasi dan teknologi usaha kepada sesame pelakuutama dan pelaku usaha; h mengelola lembaga pendidikan dan pelatihan perikanan pertanian dan kehutanan serta pedesaan swadaya bagi pelaku utama dan pelaku usaha; i melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha bagi pelaku utama dan pelaku usaha; j melaksanakan kajian mandiri untuk pemecahan masalah dan pengembangan model usaha, pemberian umpan balik dan kajian teknologi; dan k melakukan pemantauan pelaksanaan penyuluhan yang difasilitasi oleh pelaku utama dan pelaku usaha. Dalam menswastakan penyuluhan pertanian dilaporkan oleh Pusat Pengkajian SDM Pertanian 2001 bahwa terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya partisipasi penyuluhan pertanian yaitu : a potensi daerah, b tujuan masing-masing pihak yang terkait, c manfaatkerugian yang diperoleh baik secara ekonomi maupun sosial, d resiko yang akan ditanggung, dan e ketersediaan sumberdaya. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut akan menentukan privatisasi, yaitu : a swastanisasi penuh , b komersiliasi pelayanan, c kemitraan pemerintah-swasta, d kontrak dan e bangun operasi transfer. Dari laporan tersebut diungkapkan juga bahwa swasta telah dikenali secara luas sebagai satu dari sejumlah pemberi jasa pelayanan penyuluhan yang potensial, yang dapat dibagi kedalam dua kelompok : a swasta sektor profit dan b swasta non profit. Sektor swasta profit meliputi perusahaan konsultan, produksi komersial dan perusahaan pemasaran, kelompok pelaku utama yang menjalankan perusahaan seperti koperasi dan perusahaan media. Sektor swasta non-profit yang melaksanakan penyuluhan meliputi: LSM, kelembagaan akademik, yayasan, dan assosiasi. Menurut van den Ban dan Hawkins 1999, ada beberapa alasan yang melatar belakangi kecenderungan kearah privatisasi jasa-jasa penyuluhan pertanian, antara lain: a defisit neraca keuangan yang menyulitkan pemerintah untuk membiayai jasa layanan semacam ini, b ada harapan bahwa dengan membuat agen penyuluhan bertanggung jawab kepada pelaku utama yang mampu menilai kualitas kerjanya, pada gilirannya akan membuat jasa penyuluhan lebih efisien, c pada sejumlah negara, banyak pelaku utama yang mampu menilai ragu apakah pemerintah berusaha melayani kepentingan mereka daripada kepentingan masyarakat lain, atau politisi, d pelaku utama adalah ahli waris utama dari kegiatan jasa penyuluhan, dan oleh sebab itu, cukup adil bila mereka yang mengeluarkan biaya. Namun demikian, terdapat kerugian privatisasi penuh pelayanan penyuluhan, yakni : a pelaku utama yang masih subsistem berskala kecil mungkin terabaikan, b hal ini mungkin tidak layak secara sosial ekonomi untuk negara dengan sebagian besar pelaku utamanya subsisten dan berskala kecil. Pada hasil kajian dari Pusat Kajian SDM Pertanian 2001 tentang privatisasi penyuluhan menyimpulkan bahwa terdapat berbagai faktor yang dapat mendukungmendorong privatisasi penyuluhan pertanian adalah: a pelayanan penyuluhan yang kurang memadai, b tingkat kesadaran pelaku utama untuk memecahkan permasalahan yang timbul, c dukungan pemerintah dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian dilakukan oleh pihak pelaku utamaswasta, LSM atau berbagai pihak terkait, d ketersediaan lembaga pelayanan atau organisasi yang terlibat dalam penyuluhan pertanian, e jenis komoditas utama yang mempunyai margin laba yang lebih besar dalam usaha. Sedangkan faktor- faktor yang dapat menghambat berkembangnya penyuluhan swasta antara lain; a kemampuan pelaku utama untuk membayar jasa penyuluhan masih rendah, b eksternalitas, dimana jasa yang diperoleh seseorang yang membayar manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh yang bersangkutan saja, tetapi juga dirasakan oleh yang lain, c paradigma yang telah melekat bahwa jasa penyuluhan selama ini tidak pernah dibayar, d prasarana yang belum memadai, e keterbatasan SDM yang dimiliki oleh swasta dalam bidang teknis pertanian dan penyuluhan, f belum adanya kaderisasi yang direncanakan dengan baik untuk menumbuhkan tokoh-tokoh baru yang mempunyai perhatian dan bersedia membantu pelaku utama.

2.6.2 Ketenagaan penyuluh perikanan