Analisis Saluran Pasar Analisis pendapatan dan margin pemasaran padi ramah lingkungan metode SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: desa Ponggang kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang, Jawa-Barat)

di daerah sekitar Bandung, diantaranya Indramayu, Sagalaherang, Pamanukan dan Cianjur dengan sistem pembayaran tunai atau kredit kasbon sesuai kondisi keuangan. Sementara penjualan pedagang pengecer rata-rata hanya satu ton per hari karena hanya melayani skala kecil seperti pengecer warung dan konsumen akhir rumah tangga. Fungsi fisik terlihat kegiatan pengangkutan bila membeli dari beras dari grosir yang berada di sekitar pasar. Pengangkutan beras biasa dilakukan oleh buruh pasar dengan biaya Rp 15.000,00ton. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer terlihat pada diversifikasi jenis beras yang dijual. Beberapa jenis beras dijual dengan harga yang lebih tinggi seperti beras pandan wangi dan beras cianjur. Sementara untuk beras ramah lingkungan tidak dijual dengan harga khusus karena dicampur dengan beras yang berasal dari daerah lain. Penetapan harga yang dilakukan pedagang pengecer mengikuti harga pasar yang berlaku mekanisme pasar dengan mark up rata-rata sebesar 8 persen dari setiap kilogram beras yang dijual ke konsumen.

7.2 Analisis Saluran Pasar

Saluran pemasaran padi ramah lingkungan metode SRI dianalisis secara deskriptif untuk melihat pola saluran pemasaran yang terjadi. Penelusuran saluran pemasaran padi ramah lingkungan dilakukan dari level pemasaran paling rendah yaitu petani hingga ke pedagang pengecer yang berhubungan langsung dengan konsumen. Hal ini dilakukan untuk melihat biaya pemasaran yang dikeluarkan masing-masing lembaga pemasaran padi ramah lingkungan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden, dapat diketahui saluran pemasaran padi ramah lingkungan yang terbentuk terdiri dari tiga pola saluran pasar, yaitu : 1. petani-pengumpul-PPTD-grosir-pengecer-konsumen 2. petani-pengumpul-PPTD-pengecer-konsumen 3. petani-PPTD-pengecer-konsumen Pola saluran pemasaran padi tersebut ditentukan pada kecenderungan lembaga pemasaran dalam menyalurkan hasil pertanian khususnya padi ramah lingkungan. Secara skematis pola saluran pemasaran padi ramah lingkungan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Pola Saluran Pemasaran Padi Ramah Lingkungan Metode SRI di Desa Ponggang Berdasarkan Gambar 3, pola saluran pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang melibatkan lembaga pemasran paling banyak. Lembaga yang terlibat dimulai dari level paling rendah hingga pada level tinggi. Pemasaran gabah dilakukan pada level pemasaran yang paling rendah yaitu ditingkat petani Pola III Pola I I Pola I Petani Padagang pengumpul PPTD Grosir Konsumen Pengecer dan pedagang pengumpul lokal, selanjutnya gabah dijual kembali ke pedagang PPTD. Pada level pemasaran ini, gabah GKG mengalami pengolahan menjadi beras yang akan dijual kembali ke pedagang non lokal. Hal yang sama terjadi pada pola pemasaran II. Pedagang PPTD menjual langsung berasnya ke pedagang grosir, namun PPTD menerima harga yang lebih rendah dibandingkan bila menjualnya ke pedagang pengecer. Keuntungan yang diperoleh Pedagang PPTD bila menjual ke pedagang grosir yaitu dapat langsung menerima hasil penjualannya secara tunai. Kegiatan pemasaran beras ramah lingkungan dilanjutkan oleh pedagang grosir dengan menjualnya kembali ke pedagang pengecer. Tanpa memberikan perlakuan khusus, pedagang pengecer menjual beras langsung ke pedagang pengecer lain atau konsumen akhir. Saluran pemasaran pada saluran II tidak berbeda dengan saluran I terutama saat pemasaran gabah. Namun pada saluran ini pedagang PPTD memilih menjual berasnya ke pedagang pengecer tanpa melalui grosir. Pedagang PPTD menerima harga jual yang lebih tinggi namun dengan resiko tidak memperoleh pembayaran tunai. Saluran pemasaran pada pola III tidak berbeda dengan pola II, hanya saja petani tidak menjual gabahnya kepada pedagang pengumpul tetapi langsung ke pedagang PPTD. Hal ini dilakukan karena lokasi petani dengan tempat penggilingan PPTD dekat, sehingga tidak memerlukan biaya transportasi yang berarti. Selain itu, petani menerima harga jual yang relatif lebih tinggi dibandingkan menjual ke pedagang pengumpul.

7.3 Margin Pemasaran dan Farmer’s share

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

Pengembangan Sistem Kendali Irigasi Untuk Budidaya Padi Sri (System Of Rice Intensification) Yang Ramah Lingkungan

0 8 45

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 5 120

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 18

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 2