Pengendalian Hama dan Penyakit

samping yang menyebabkan overdosis pada tanaman padi, sehingga penyemprotan bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman padi dan kemampuan petani. Namun, pada beberapa tanaman hortikultura dapat menyebabkan kematian tanaman bila diberikan dosis berlebihan. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan MOL pertengki sprayer yaitu 50:50. Namun petani di Desa Ponggang biasanya menggunakan dosis + 250 ml seukuran gelas air minum mineral. Rata-rata kebutuhan MOL yang digunakan petani sebanyak 47.94 literha. Kegiatan penyemprotan pupuk daun biasanya dilakukan pada umur tanaman padi sebagai berikut : 15 HST, 25 HST, 35 HST, 45 HST dan 60 HST.

5.4.6 Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada usahatani padi konvensional dan padi ramah lingkungan dilakukan dengan cara kimiawi dan teknik budidaya. Penggunaan obat-obatan anorganik seperti pestisida kimia buatan pabrik dalam pengendalian hama dan penyakit merupakan pengendalian kimiawi yang pada umumnya dilakukan petani, khususnya petani padi konvensional. Cara ini dianggap efektif untuk mengendalikan hama dan penyakit karena mengandung racun yang langsung kontak dengan hama atau meracuni hama secara sistemik. Berbeda halnya dengan petani padi konvensional, petani padi ramah lingkungan menggunakan pestisida nabati yang ramah terhadap lingkungan. Biasanya pestisida nabati dibuat sendiri oleh petani seperti halnya pembuatan MOL. Bahkan sebagian petani tidak membedakan kedua jenis obat-obatan tersebut, sehingga dalam aplikasinya sering disatukan dengan pemupukan daun. Bahan-bahan yang digunakan petani untuk pestisida nabati diperoleh dari lingkungan sekitar yang telah diketahui efektif dalam mengendalikan hama. Pengendalian dengan teknik budidaya merupakan pengendalian secara tidak langsung yang biasa dilakukan oleh petani baik padi ramah lingkungan maupun petani padi konvensional. Kegiatan ini dilakukan petani melalui pemeliharaan pematang sawah dan penyiangan gulma. Sehingga diharapkan tidak ada tempat bagi hama dan patogen lain yang hinggap dan berkembang biak di tempat-tempat tersebut. Selain dua kegiatan pengendalian di atas, sebagian petani padi ramah lingkungan melakukan pengendalian secara fisik dengan cara mengumpulkan hama dari pertanaman padi pengendalian fisik. Pengendalian hama dan penyakit tidak mutlak dilakukan. Artinya bila gangguan hama tidak mengganggu tanaman padi maka tidak perlu dilakukan penyemprotan. Serangan hama tinggi terjadi pada musim hujan musim rendeng, sehingga hasil produksi tidak maksimal. Pestisida nabati terkadang tidak cukup efektif mengendalikan serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan pestisida kimia. Sehingga pada musim hujan ada beberapa petani yang menggunakan pestisida kimia. Kerusakan yang cukup berarti bagi kehilangan hasil panen banyak disebabkan oleh hama merah. Serangan hama merah dapat menyebabkan kehilangan hasil panen mencapai 80 persen. Kehilangan tersebut dialami oleh petani baik petani padi ramah lingkungan maupun padi konvensional di Desa Ponggang. Serangan hama merah diindikasikan dengan pertumbuhan tanaman yang sakit dan daun berwarna kemerahan yang dilanjutkan dengan kematian tanaman. Berdasarkan informasi dari Dinas pertanian kabupaten Subang, hama merah sebenarnya adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Tingkat serangan hama lainnya tidak cukup berarti dan masih dapat dikendalikan petani. Beberapa hama yang menyerang tanaman padi baik padi ramah lingkungan maupun padi konvensional dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Serangan Beberapa Jenis Hama Pada Usahatani Padi di Desa Ponggang Musim Tanam Ke III Periode Agustus-November 2007 Tingkat Serangan No Jenis Hama Padi Ramah Lingkungan SRI Padi Konvensional 1 Hama Merah 62,50 60,71 2 Hama Putih - 25,00 3 Tungro 12,50 3,57 4 Bulir Buluk - 3,57 5 Wereng Coklat 12,50 3,57 6 Wereng Putih - 3,57 7 Tikus 12,50 - Berdasarkan Tabel 6, tingkat serangan hama dan penyakit pada padi konvensional lebih tinggi dibandingkan serangan yang terjadi di usahatani padi ramah lingkungan metode SRI. Data tersebut mendukung pendapat petani yang menyatakan serangan hama dan penyakit pada tanaman padi ramah lingkungan metode SRI lebih rendah dibandingkan tanaman padi konvensional.

5.4.7 Pengairan sawah

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

Pengembangan Sistem Kendali Irigasi Untuk Budidaya Padi Sri (System Of Rice Intensification) Yang Ramah Lingkungan

0 8 45

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 5 120

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 18

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 2