konvensional yaitu herbisida. Petani menggunakan herbisida untuk mengurangi pertumbuhan gulma disekitar tanaman, biasanya petani menggunakan merek
dagang Indamin. Jumlah petani yang menggunakan herbisida hanya satu persen dari total jumlah responden 19 petani. Beberapa jenis obat-obatan yang
digunakan petani padi konvensional dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Jenis Obat-Obatan Pada Usahatani Padi Konvensional Musim
Tanam MT Periode Agustus-November 2007 Hektar
No Jenis obat-obatan
Satuan Penggunaan
Persentase
Pestisida semprot
1. Cypermax ml
137,79 10,27
2. Meiothrin ml
187,89 14,01
3. Fastac ml
557,42 41,55
4. Chix ml
273,07 20,35
5. Decis ml
185,39 13,82
Pestisida Tabur
6. Furadan kg
4,76 100
7. Herbisida indamin
ml 187,89
100
6.1.4 Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja yang digunakan petani berasal dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK. Kebutuhan
tenaga kerja dalam satu musim tanam yang digunakan petani baik usahatani padi ramah lingkungan maupun padi konvensional di Desa Ponggang pada umumnya
relatif sama. Hal ini dikarenakan pada beberapa kegiatan usahatani Namun, kebutuhan tenaga kerja pada beberapa kegiatan dalam usahatani padi ramah
lingkungan dengan padi konvensional berbeda. Penggunaan tenaga kerja pada dua jenis usahatani di Desa Ponggang dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Perbandingan Kebutuhan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Ramah Lingkungan Metode SRI dan Usahatani Padi
Konvensional Musim Tanam MT Periode Agustus-November 2007 HOKHa
Metode Sri Konvensional
No Kegiatan
Kebutuhan Kebutuhan
1 Pengolahan Tanah
54,64 25,29
79,12 37,43
2 Pembibitan 3,63
1,68 2,38
1,13 3 Menaplak
4,81 2,23
3,63 1,72
4 Menanam 25,78
11,93 27,18
12,86 5 Ngagarok
2,45 1,13
7,64 3,61
6 Ngarambet 42,85
19,83 34,32
16,24 7 Pemupukan
17,98 8,32
4,38 2,07
8 Penyemprotan 19,07
8,83 12,28
5,81 9 Nyopak
5,63 2,61
5,01 2,37
10 Ngabutik 8,17
3,78 8,14
3,85 11 Panen
31,05 14,37
27,31 12,92
Total 216,06 100,00
211,39 100,00
Tabel 15 memperlihatkan bahwa kebutuhan total tenaga kerja pada kedua jenis usahatani relatif sama, hanya saja metode SRI lebih banyak yaitu sebesar
lima orang. Proporsi kebutuhan tenaga kerja untuk kedua jenis usahatani paling besar dialokasikan pada kegiatan pengolahan tanah, ngarambet dan panen. Pada
usahatani padi ramah lingkungan, sebanyak 25,29 persen tenaga kerja dicurahkan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah, kemudian diikuti kegiatan
penyiangan dan kegiatan panen yang masing-masing sebesar 20,97 persen dan 14.37 persen. Persentase kebutuhan tenaga kerja yang dicurahkan dalam usahatani
padi konvensional relatif sama meskipun dalam pengolahan tanah lebih besar yaitu 37,43 persen.
Perbedaan besar terlihat dalam jumlah penggunaan tenaga kerja dimasing- masing usahatani terlihat pada kegiatan pengolahan tanah, pemupukan dan
ngarambet. Tabel 15 memperlihatkan sebanyak 79 HOK dibutuhkan dalam pengolahan tanah padi konvensional, sementara padi ramah lingkungan
membutuhkan kurang lebih 55 HOK. Perbedaan dalam penggunaan tenaga kerja
pada kegiatan pengolahan tanah tersebut sekitar 24 HOK atau sekitar 168 jam kerja 7 jam kerjahari. Hal ini terjadi karena pengolahan tanah sawah yang
diusahakan secara ramah lingkungan memiliki struktur tanah yang lebih gembur sehingga lebih cepat diselesaikan dibandingkan pengolahan tanah sawah padi
konvensional. Kebutuhan tenaga kerja pada dua kegiatan lainnya yaitu pemupukan dan ngarambet lebih banyak digunakan pada usahatani padi ramah
lingkungan. Kedua kegiatan tersebut memerlukan tambahan tenaga kerja lebih banyak karena menggunakan pupuk organik dalam jumlah lebih besar dibanding
pupuk anorganik serta pertumbuhan gulma yang lebih banyak. Pemupukan padi ramah lingkungan memerlukan 14 HOK lebih banyak dibanding pemupukan pada
padi konvensional, sementara kegiatan nagarambet memerlukan tambahan sekitar 9 HOK.
Upah yang diterima buruh tani pada umumnya sama di Desa Ponggang, baik pada usahatani padi ramah lingkungan maupun padi konvensional. Kisaran
upah yang berlaku sebesar Rp 20.000,00 - Rp 25.000,00 untuk hari kerja pria dan Rp 10.000,00 - Rp 15.000,00 untuk hari kerja wanita. Sementara kegiatan yang
menggunakan hewan pada kegiatan pengolahan tanah disetarakan dengan 1,6 HKP atau sebesar Rp 40.000,00HOK dan bagi yang menggunakan mesin traktor
setara dengan 4,8 HKP atau sebesar Rp 120.000,00HOK. Berdasarkan data di lapang, rata-rata upah dalam usahatani padi ramah
lingkungan yang diterima buruh tani pria sebesar Rp 24.281,13HOK dan upah yang diterima buruh tani perempuan sebesar Rp 15.269,72HOK. Besaran upah
untuk buruh tani pria masih dikisaran pembayaran yang berlaku, sementara upah untuk buruh tani wanita melebihi kisaran yang ada. Hal ini bisa terjadi karena bagi
hasil panen yang diperoleh buruh tani dihitung sebagai upah penyiangan dan panen. Sementara upah yang diterima oleh buruh tani pada usahatani padi
konvensional rata-rata yang diterima buruh tani pria sebesar Rp 23.576,85HOK dan upah yang diterima buruh tani perempuan sebesar Rp 15.429,99HOK.
6.2 Output Usahatani