Metode Analisis Data Uji Chi-square X

4.8 Metode Pengambilan Sampel

Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara yang dipandu kuesioner terhadap 19 petani padi ramah lingkungan metode SRI dan 19 petani padi konvensional. Penetapan responden dilakukan secara sengaja purpossive sampling. Responden padi ramah lingkungan merupakan seluruh anggota Kelompok Tani Ponggang Jaya yang masih melakukan usahatani padi ramah lingkungan metode SRI sensus sementara responden padi konvensional ditetapkan secara sengaja sebanyak 19 orang sebagai data pembanding dalam analisis usahatani. Data pemasaran dikumpulkan dengan cara mengikuti alur pemasaran yang ada berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden sebelumnya Snowball sampling. Responden yang diwawancara sebanyak empat orang pedagang.

4.9 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk melihat perbandingan gambaran umum proses produksi padi ramah lingkungan SRI dengan padi konvensional yang dilakukan oleh di tempat penelitian. Selain itu, digunakan untuk mendeskripsikan pemasaran padi ramah lingkungan SRI. Analisis kuantitatif dilakukan pada analisis pendapatan, analisis RC ratio, efisiensi pemasaran serta analisis X 2 chi-square. Hasil pengolahan data primer disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian diinterpretasikan, selanjutnya dilakukan pembahasan. Proses pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer kalkulator dan program excel. 4.10 Analisis Usahatani 4.10.1 Analisis Sistem Usahatani Analisis sistem usahatani dilakukan secara deskriptif untuk membandingkan usahatani padi ramah lingkungan SRI dan padi konvensional. Dalam hal ini perbandingan usahatani dilakukan pada penggunaan input serta hasil produksi output dari kedua sistem usahatani tersebut.

4.10.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani diperoleh dari semua penerimaan revenue setelah dikurangi biaya-biaya cost yang dikeluarkan selama periode usahatani. Sementara untuk melihat berapa penerimaan yang diperoleh petani dari setiap rupiah yang telah dikeluarkan untuk usahataninya dilakukan analisis BC ratio. Adapun rumus RC ratio sebagai berikut : RC ratio = jumlah penerimaan Rp Jumlah biaya Rp Kriteria keputusan yang digunakan untuk melihat hasil analisis RC ratio sebagai berikut : RC ratio 1 : usahatani menguntungkan RC ratio 1 : usahatani rugi RC ratio = 1 : usahatani impas Secara sederhana, perhitungan analisis pendapatan dan RC ratio dapat disajikan seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Perhitungan Analisis Pendapatan dan Analisis RC Ratio A Pen. Tunai Harga x hasil panen kg Tunai X Diperhitungkan Y B Biaya Variabel • Benih • Pupuk urea, TSP, KCl • Obat-obatan pestisida cair dan padat • Tenaga kerja luar keluarga TKLK • Sewa alat bajak • Biaya lain-lain • Benih tradisional • Pupuk bokashi • MOL dan PPC organik • Tenaga kerja dalam keluarga TKDK • Biaya sewa lahan • Sewa alat bajak • Biaya lain-lain C Biaya Tetap • Pajak Penyusutan alat D Total Biaya B + C E Pend. Atas Biaya Tunai A– X F Pend. Atas Biaya Total A – D G RC Ratio biaya tunai AX H RC Ratio biaya total AD Keterangan : Pen. = penerimaan, Pend. = Pendapatan diperhitungkan atas penggunaan milik sendiri Pendapatan dalam perhitungan di atas dibagi menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai atau pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh dari penerimaan total setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang dibayar dengan uang biaya input, upah tenaga kerja luar keluarga, sewa alat dan pajak. Sementara pendapatan atas biaya total atau pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh dari penerimaan total setelah dikurangi biaya-biaya usahatani yang telah dikeluarkan termasuk biaya yang diperhitungkan. RC ratio diperoleh dari hasil bagi penerimaan dengan biaya tunai dan penerimaa dibagi dengan biaya total biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. RC ratio biaya tunai merupakan efisiensi usahatani yang aktual terjadi dalam usahatani. Biaya yang diperhitungkan yaitu biaya yang memperhitungkan atas penggunaan milik sendiri sewa atas alat bajak dan lahan milik sendiri, dan n Ns Nb − penyusutan alat, input produksi yang diperoleh dengan cara membuat sendiri, dan tenaga kerja keluarga serta nilai penyusutan alat yang digunakan dalam satu musim tanam. Biaya penyusutan alat dihitung dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dibagi umur ekonomi dari alat tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Biaya penyusutan = dimana : Nb : Nilai pembelian Rp Ns : Nilai sisa Rp n : Umur ekonomi alat tahun

4.11 Analisis Pemasaran 4.6.1 Analisis Margin Pemasaran

Analisis margin dilakukan untuk mengetahui komponen biaya pemasaran serta bagian yang diterima masing-masing pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran padi SRI. Adanya perbedaan harga persatuan ditingkat petani dengan konsumen menyebabkan margin yang diterima masing-masing pelaku pasar akan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi pemasaran. Secara matematis margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut: MP = P r – P f dimana : MP : margin pemasaran Rp P r : harga di tingkat pengecer Rp P f : harga di tingkat produsenpetani Rp Bagian yang diterima petani dengan harga yang terjadi dikonsumen akhir dapat diketahui melalui farmer’s share dengan rumus sebagai berikut: Fs = 100 × r f P P dimana: Fs : Farmer’s share P f : Harga yang diterima Petani Rp P r : Harga yang dibayar konsumen Rp

4.6.2 Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Analisis saluran pemasaran dilakukan dengan cara mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat serta mendeskripsikan alur pemasaran yang terjadi dalam bentuk skema. Skema pemasaran dapat terbentuk beberapa macam tergantung alur pemasaran yang terjadi. Kemudian, dengan melihat beberapa skema yang terbentuk dapat ditentukan alur pemasaran alternatif yang lebih efisien untuk pemasaran padi ramah lingkungan SRI.

4.7 Uji Chi-square X

2 Variabel yang akan dianalisis adalah karakteristik responden dengan mengukur atribut-atribut seperti umur, pendidikan formal, tingkat pendapatan, status kepemilikan lahan, dan pengalaman bertani. Variabel-variabel tersebut diduga memiliki hubungan dengan keputusan yang diambil responden terhadap manfaat yang dirasakan dari usahatani padi ramah lingkungan. Untuk melihat hubungan dari atribut-atribut tersebut maka karakteristik responden dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Teknik membagi karaktersitik kedalam beberapa kategori menggunakan sebaran frekuensi. Sebaran frekuensi berguna untuk mengetahui ciri-ciri penting sejumlah besar data dengan cara mengelompokkan data tersebut kedalam beberapa kategori dalam tabel frekuensi Walpole, 1995. Secara sederhana prosedur membuat tabel frekuensi sebagai berikut Nazir, 2005: 1. Menentukan range pengamatan dengan cara mengurangi nilai pengamatan tertinggi limit atas dengan pengamatan terendah limit bawah. 2. Menentukkan jumlah kelas kategori yang ingin dibuat, kemudian cari besar kelas dengan cara membagi range pengamatan dengan jumlah kelas tersebut. Besar kelas ini merupakan nilai beda antar kelas. Buat interval kelas hingga kelas berikutnya. 3. Menghitung dan menjumlahkan frekuensi pengamatan yang masuk kedalam masing-masing interval kelas. Sebaran frekuensi dapat dirumuskan sebagai berikut : K = I R , dimana : K : jumlah interval kelas R : range I : besar interval kelas Asumsi dasar dalam mendefinisikan variabel-variabel karakteristik responden sebagai berikut. 1. Umur petani yang dijadikan responden dibagi kedalam dua kategori, yaitu petani yang berumur 31 sd 50 tahun dan usia 51 sd 70 tahun. Umur responden tersebut diperoleh dari sebaran frekuensi dari semua umur petani responden. Responden pada usia produktif 31 sd 50 tahun diduga lebih mampu melihat keragaan usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukannya termasuk kelebihan dan kelemahan dari usahatani tersebut dibandingkan petani yang berusia di atas 50 tahun. 2. Lamanya menempuh pendidikan diduga mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan tentang manfaat dari usahatani padi ramah lingkungan metode SRI. Semakin lama menempuh tingkat pendidikan formal maka tingkat pemahamnnya terhadap usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukannya akan semakin baik dan lebih rasional. Tingkat pendidikan responden dibedakan kedalam kategori lamanya menempuh pendidikan yaitu petani yang menempuh enam tahun atau kurang dari enam tahun dan lebih dari sembilan tahun. 3. Tingkat pendapatan responden yang diperolehnya dari usahatani padi ramah lingkungan diduga mempengaruhi responden dalam menilai manfaat dari usahatani tersebut. Pendapatan usahatani responden dari usahatani padi yang dilakukannya dibagi menjadi dua kategori yaitu Rp 1.700.000,00 dan Rp 1.700.000,00 per bulan. 4. Petani yang memiliki lahan sawah luas diduga akan lebih memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari teknik budidaya yang digunakannya. Hal ini karena menyangkut modal yang dikeluarkannya relatif besar dibanding petani yang memiliki lahan sempit. Luas lahan sawah dibagi menjadi kategori luas 0,7 sd 0,4 hektar dan 0,41 sd 0,75 hektar. 5. Responden yang telah lama berusahatani diduga lebih kritis dalam menilai keunggulan dan kelemahan usahatani yang dilakukannya dengan bekal berpengalamannya. Lamanya bertani dikategorikan menjadi 9 sd 28 tahun dan 29 sd 48 tahun. Data yang terkumpul ditabulasi dengan menggunakan tabel kontingensi r x c. Karakteristik responden disajikan dalam baris dan variabel manfaat disajikan dalam kolom. Prosedur uji chi-square sebagai berikut Bluman, 1992 : 1. Merumuskan hipotesis yang ingin diuji H : Tidak ada hubungan antara karakteristik dengan manfaat usahatani padi ramah lingkungan metode SRI yang dirasakan responden. H 1 : Terdapat hubungan antara karakteristik dengan manfaat usahatani padi ramah lingkungan metode SRI yang dirasakan responden. 2. Menentukan daerah-daerah penolakan hipotesis dengan mencari harga chi- square pada tabel distribusi chi-square, pada taraf nyata 0,05, Derajat bebas degree of freedom df = r-1 k-1, dimana: r = baris, k = kolom. Dapat dituliskan : Nilai kritis X 2 0,05 ; df 1 = 3,811 3. Menghitung harga chi-square dengan rumus sebagai berikut: X 2 = ∑ ∑ − j i eij eij cij 2 dimana: X 2 : uji chi-square cij : frekuensi yang diamati, kategori ke-ij eij : frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-ij 4. Membuat keputusan. ¾ Jika X 2 hitung X 2 0,05 ; df 1: tolak H , terima H 1 ¾ Jika X 2 hitung X 2 0,05 ; df 1: terima H 0, tolak H 1 5. Penarikan kesimpulan

4.8 Definisi Operasional

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

Pengembangan Sistem Kendali Irigasi Untuk Budidaya Padi Sri (System Of Rice Intensification) Yang Ramah Lingkungan

0 8 45

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 5 120

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 18

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 2