5.4.8 Pemeliharaan Pematang Sawah
Kegiatan pemeliharaan pematang dilakukan untuk mengurangi gulma atau mencegah perkembangan hama pengganggu tanaman disekitar tanaman.
Pematang yang dipenuhi dengan rumput gulma menjadi tempat yang tempat berkembangnya hama, sehingga perlu dibersihkan untuk mencegah kemungkinan
tersebut. Pemeliharaan pematang sawah dilakukan dengan dua kegiatan yaitu
Nyopak dan Ngabutik. Nyopak yaitu kegiatan membersihkan gulma di tepi pematang sawah bagian atas dengan menggunakan cangkul. Sementara
Ngabutik yaitu kegiatan membersihkan seluruh bagian pematang sawah, baik bagian tepi pematang maupun dinding pematang sistem terasering, sehingga
kebutuhan tenaga kerja lebih banyak dibanding kegiatan Nyopak. Kegiatan ini diselesaikan dengan menggunakan cangkul dan parang. Pemeliharaan pematang
sawah dilakukan saat umur tanaman 45 HST.
5.4.9 Panen
Panen dapat dilakukan setelah bulir padi sebagian besar telah menguning 90 . Tanaman dipotong menggunakan pisau potong khusus untuk panen arit.
Setelah dipotong kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk di rontokan. Merontokan bulir padi dilakukan secara sederhana dengan cara dibanting pada
papan perontok. Setelah gabah diperoleh dari hasil perontokan, gabah dibersihkan dari sisa-sisa daun dan kotoran lain dengan cara diangin-anginkan.
5.4.10 Kegiatan pasca panen
Kegiatan pasca panen meliputi kegiatan bagi hasil panen Bawon dan pengangkutan. Bagi hasil panen biasanyan dilakukan di lahan. Kedua belah pihak
pemilik dan buruh panen memperoleh bagiannya masing-masing sesuai sistem bagi hasil yang disepakati. Beberapa cara yang digunakan oleh petani dalam
membagi hasil panen yaitu dengan sistem Nyeblokan dan sistem Ngawesi. System
bagi hasil panen ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan yang berlaku bagi buruh tani terkait dengan upah bekerja dari
beberapa kegiatan yang dilakukannya, seperti kegiatan menanam, penyiangan dan panen. Kebijakan kembayaran upah tergantung pada system bagi hasil yang
digunakan. Terdapat dua system bagi hasil yang digunakan petani dalam membagi hasil panen, yaitu
Nyeblokan dan Ngawesi. Deskripsi sistem bagi hasil panen bawon dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Kebijakan pada bagi hasil system Nyeblokan dan system Ngawesi yang digunakan di Desa Ponggang
No. Kegiatan
System Nyeblokan System Ngawesi
1. Menanam tandur
Tidak dibayar hanya diberikan uang makan
Dibayar. Ada beberapa yang tidak dibayar
2. Penyiangan ngarambet Dibayar
Tidak dibayar 3. Bagi hasil
8:01 5:1 atau 6:1
proporsi bagi hasil tergantung kesepakatan
GKP diangkut setelah kedua belah pihak pemilik dan buruh panen memperoleh bagiannya masing-masing. Pengangkutan GKP dapat dilakukan
setelah gabah dikemas kedalam karung volume + 50 kg. mengangkut gabah biasanya dilakukan dengan cara dipikul atau menggunakan kendaraan
motormobil pick up. Biasanya pengangkutan dibayar dengan cara diborongkan.
5.5 Karakteristik Responden
Variabel yang dijadikan kriteria untuk melihat karakteristik responden dalam penelitian yaitu umur, pendidikan formal, tingkat pedapatan, luas lahan
usahatani, dan pengalaman bertani seperti yang terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Karakteristik Petani Padi Ramah Lingkungan Metode SRI dan Padi Konvensional
Karakteristik Padi SRI
Padi Konvensional
Umur th 30-43 42
21,05 44-56 37
52,63 57-70 21
26,32 Pendidikan Formal th
6 63
73,68 9-12 37
26,32 Tingkat Pendapatan Rp
1000,000,00 26
47,37 1,000,000.00-2,000,000.00 21
31,58 2,000,000.00
53 21,05
Luas Lahan ha 0,30
63 68,42
0,31-0,60 32 15,79 0,60
5,3 15,79
Pengalaman Bertani th Mei-19 26 21,05
20-34 53 47,37
35-50 21 31,58
Tabel 9 menunjukkan bahwa petani yang mengusahakan padi ramah lingkungan didominasi oleh petani umur produktif yaitu berkisar 30 sampai 43
tahun, sementara padi konvensional banyak dilakukan oleh petani dari umur produktif hingga usia tidak produktif. Hal ini menunjukkan bahwa petani pada
umur produktif cenderung untuk mencoba sesuatu hal yang baru seperti halnya pada penerapan padi ramah lingkungan metode SRI. Pendidikan formal petani di