Analisis Pengembangan Skenario Pengendalian Pencemaran Air

88 menggunakan uji statistik AME absolute means error, yaitu penyimpangan antara nilai rata-rata simulasi terhadap aktual. Persamaan powersim AME sebagai berikut: AME = abs sr-ArAr Sr = integrate Stn-t0 Ar = integrate Atn-t0 Keterangan: A = nilai aktual S = nilai simulasi n = waktu abs = nilai absolut Integrate = sigma fungsi waktu Batas penyimpangan yang dapat diterima adalah 10 Barlas 1996; Muhammadi et al. 2001.

3.6.7 Analisis Pengembangan Skenario Pengendalian Pencemaran Air

Pengembangan skenario pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Menurut Hartrisari 2002, analisis prospektif merupakan studi tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan dengan tujuan mempersiapkan tindakan strategis dan melihat apakah dibutuhkan perubahan di masa depan. Analisis prospektif merupakan pengembangan dari metoda Delphi yang menggunakan pendapat kelompok pakar untuk pengambilan keputusan. Analisis prospektif terdiri atas beberapa langkah Hartrisari 2002, yaitu: 1. Menentukan tujuan; 2. Mengidentifikasi faktor penentu di masa depan 3. Menemukan elemen kunci di masa depan 4. Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan Identifikasi terhadap faktor-faktor penentu dalam upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya didasarkan pada pendapat pakar expert judgement. Untuk mengidentifikasi keterkaitan antar faktor elemen penting dalam sistem dibuat matriks seperti ditunjukkan pada Tabel 20. 89 Tabel 20 Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya Dari Terhadap A B C D E F G H I ... A B C D E F G H I ... Semua faktor yang teridentifikasi akan dinilai pengaruh langsung antar faktor menggunakan pedoman penilaian seperti ditunjukkan dalam Tabel 21. Tabel 21 Pedoman penilaian analisis prospektif Skor Keterangan Tidak ada Pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Bepengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat Pedoman penilaian dilakukan dengan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah faktor A berpengaruh terhadap faktor B? Jika tidak beri nilai 0, jika ya menuju ke pertanyaan selanjutnya 2. Apakah faktor A berpengaruh sangat kuat terhadap B? Jika ya beri nilai 3, jika tidak menuju ke pertanyaan selanjutnya 3. Apakah pengaruhnya besar atau tidak? Jika ya beri nilai 2, jika tidak beri nilai 1 Hasil matriks gabungan pendapat pakar diolah dengan perangkat lunak analisis prospektif. Hasil perhitungan divisualisasikan dalam diagram pengaruh dan ketergantungan antar faktor seperti terlihat pada Gambar 10. Tahapan penting dalam analisis prospektif adalah Hartrisari 2002: 1. Membuat keadaan state suatu faktor Pada tahap ini, faktor-foktor kunci yang telah ditentukan dibuat keadaan state dengan ketentuan sebagai berikut: 90 a. Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi dalam suatu waktu di masa yang akan datang; b. Keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor seperti besarsedangkecil atau baikburuk tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor; c. Setiap keadaan harus disefinisikan dengan jelas; d. Bila keadaan dalam suatu faktor lebih dari satu maka keadaan-keadaaan tsb harus dibuat secara kontras; e. Identifikasi keadaan yang peluangnya sangat kecil untuk terjadi atau berjalan bersamaaan. 2. Membangun skenario yang mungkin terjadi a. Susun suatu skenario yang memiliki peluang besar untuk terjadi di masa yang akan datang; b. Skenario merupakan kombinasi faktor. Karenanya, sebuah skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya memuat satu keadaan dan tidak memasukkan pasangan keadaan mutual incompotible; c. Berikan nama pada setiap skenario mulai dari nama paling optimis sampai ke nama paling pesimis; d. Memilih skenario yang paling mungkin terjadi 3. Implikasi skenario a. Skenario yang terpilih pada tahap sebelumnya dibahas kontribusinya terhadap tujuan studi; b. Skenario tersebut didiskusikan implikasinya; c. Membuat rekomendasi dari implikasi yang telah disusun. Gambar 10 Diagram pengaruh dan ketergantungan sistem. Variabel penentu INPUT Variabel penghubung STAKES Variabel autonomous UNUSED Variabel Terikat OUTPUT Ketergantungan Pengaruh 91

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya mempunyai kedudukan geografis pada 07 12’ - 07 21’ lintang selatan dan 112 36’ - 112 54’ bujur timur. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, sebelah barat dengan Kabupaten Gresik, dan sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Madura. Topografi Kota Surabaya meliputi Kota pantai, 80 berupa dataran rendah dengan ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut dan kemiringan kurang dari 3, sedangkan 20 wilayah berupa perbukitan dengan gelombang rendah dengan ketinggian lebih dari 20 - 30 meter dan kemiringan 5- 15 Bapedal Kota Surabaya 2006. Suhu Kota Surabaya cukup panas, yaitu rata-rata antara 22.60 – 34.10 Berdasarkan data iklim Surabaya tahun 2008 dapat dianalisa bagaimana kondisi iklim di Kota Surabaya. Kota Surabaya tercatat sebagai kota terpanas kedua setelah Jakarta, disusul Semarang pada peringkat ketiga. Suhu rata-rata minimum 22.6 C, dengan tekanan udara rata-rata antara 1005.2 – 1013.9 milibar dan kelembaban antara 42 - 97. Kecepatan angin rata-rata per jam mencapai 12 – 23 km, curah hujan rata-rata antara 120 – 190 mm. Secara administrasi luas daratan wilayah Kota Surabaya ± 32,636.68 Ha dan lautan ± 19039 ha yang terbagi dalam 31 kecamatan, 163 wilayah kelurahan, 1298 Rukun Warga dan 8338 Rukun Tetangga. Urbanisasi merupakan salah satu isu lingkungan Kota Surabaya, tingginya mobilisasi penduduk di Kota Surabaya tiap tahunnya seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian Kota Surabaya, seperti meningkatnya jumlah industri, jumlah hotel, serta jumlah pasar. Peningkatan aktivitas perekonomian ini membuat penduduk dari luar daerah migrasi ke Kota Surabaya. Urbanisasi ini menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk, jumlah pemukiman, jumlah limbah yang akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan peningkatan kebutuhan air bersih serta fasilitas sanitasi lingkungan Kota Surabaya. -

4.2 Kondisi Iklim

o C dan maksimum 34.8 o C. Semakin memanasnya suhu Kota