21
Pada tahun 2002, jumlah penduduk yang tinggal di DAS brantas mencapai 15.5 juta. Populasi penduduk yang menempati daerah perkotaan sekitar 25 persen
dari keseluruhan populasi penduduk DAS brantas, akibatnya beban pencemaran akibat limbah domestik dapat diestimasi dengan mengalikan beban pencemaran
akibat limbah domestik per kapita dengan populasi penduduk di daerah tersebut, di mana untuk daerah perkotaan beban BOD adalah 46 gram BODoranghari,
sedangkan untuk daerah perdesaan 35 gram BODoranghari. Total beban limbah domestik yang dihasilkan pada tahun 2002 sekitar 515 ton BODhari Harnanto
Hidayat 2003. 3 Limbah Lainnya
Sumber pencemar air sungai lain di luar limbah industri dan domestik adalah kegiatan pertanian dan timbulan sampah di tempat pembuangan akhir
TPA sampah. Kegiatan pertanian memberikan kontribusi terhadap pencemaran air non point sources. Limbah pertanian yang paling utama adalah pupuk kimia
dan pestisida. Pupuk kimia dan pestisida digunakan petani untuk perawatan tanaman, namun pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran air.
Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan enceng gondok penyebab timbulnya eutrofikasi.
Pestisida biasa digunakan untuk membunuh hama. Limbah pestisida mempunyai aktivitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air ke luar dari
daerah pertanian dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan biota air lainnya.
Timbulan sampah di TPA akan menghasilkan lindi yang umumnya mengandung beberapa logam berat. Lindi sampah ini dapat masuk ke dalam tanah
atau ikut terbawa dalam aliran sungai sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran air sungai Setyaningrum 2006.
2.1.2 Bahan Pencemar Air Sungai
Menurut Effendi 2003, bahan pencemar polutan adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam sendiri yang
memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Bahan pencemar yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai
pencemar yang dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
22
1 Limbah Penyebab Penurunan Kadar Oksigen Terlarut DO Semua limbah yang dioksidasi terutama limbah domestik termasuk dalam
kategori limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut. Selain itu, bahan- bahan buangan dari industri pengolahan pangan, rumah pemotongan hewan, dan
pembekuan ikan juga masuk dalam kategori limbah ini. Oksigen sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme pada ekosistem perairan. Kadar oksigen
terlarut minimum 5 mgl diperlukan bagi kelangsungan hidup ikan di perairan Effendi 2003. Oleh karena kelarutan oksigen di air relatif rendah maka kadar
oksigen terlarut cepat sekali mengalami penurunan apabila pada perairan terdapat limbah organik dengan kadar cukup tinggi.
2 Senyawa Organik Bahan-bahan organik baik bahan alami maupun bahan sintesis masuk ke
dalam badan air sebagai hasil dari aktivitas manusia. Bahan organik alami umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme, sehingga dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pemicu timbulnya berbagai macam
penyakit. Setiap bahan organik memiliki karakteristik fisika, kimia dan toksisitas yang
berbeda. Beberapa contoh bahan organik yang bersifat toksik terhadap organisme akuatik adalah minyak, fenol, pestisida, surfaktan, dan PCB poliklorobifenil.
Berbeda dengan senyawa organik alami, senyawa organik sintetis umumnya tidak dapat diuraikan secara biologis sehingga dapat bertahan dalam waktu lama di
dalam badan air serta bersifat kumulatif. Sumber limbah organik diperairan adalah limbah domestik rumah tangga dan perkotaan, limbah industri kimia,
tekstil, plastik, dan lain-lain. 3 Senyawa Anorganik
Senyawa anorganik terdiri atas logam dan logam berat yang pada umumnya bersifat toksik. Dengan demikian bahan buangan anorganik umumnya berupa
limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Masuknya bahan buangan anorganik pada ekosistem akuatik akan
mengakibatkan peningkatan jumlah ion logam di dalam air dan jika buangan tersebut banyak mengandung ion kalsium dan magnesium dapat menimbulkan
kesadahan pada air.
23
Logam berat merupakan kelompok logam yang tidak dapat didegradasi oleh tubuh, bersifat toksis walaupun pada konsentrasi rendah, dan keberadaannya
dalam lingkungan perairan telah menjadi permasalahan global lingkungan hidup. Berdasarkan data dari United State Environmental Protection Agency, logam
berat yang merupakan polutan perairan yang berbahaya adalah antimon Sb, arsen As, kadmium Cd, kromium Cr, tembaga Cu, timbal Pb, merkuri
Hg, nikel Ni, selenium Se, kobalt Co, dan seng Zn www.chem-is-try.org. Logam-logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yakni
peningkatan konsentrasi unsur logam tersebut dalam tubuh makluk hidup mengikuti tingkatan dalam rantai makanan. Akumulasi konsentrasi logam berat di
alam mengakibatkan konsentrasi logam berat di tubuh manusia menjadi tinggi, karena jumlah logam berat yang terakumulasi lebih cepat dibandingkan dengan
jumlah yang terekresiterdegradasi, sementara jumlah yang terakumulasi setara dengan jumlah logam berat yang tersimpan dalam tubuh ditambah jumlah yang
diambil dari makanan, minuman atau udara yang terhirup. Terdapat banyak sumber penyebab pencemaran logam berat, antara lain gas
alam, proses industri, penambangan, outomobil, kebakaran hutan, dan gunung berapi, namun penyebab signifikan pencemaran logam berat di perairan adalah
buangan limbah industri dan kegiatan penambangan yang menghasilkan limbah tailing, yaitu produk samping kegiatan penambangan, reagen sisa, dan hasil
pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan yang selanjutnya dibuang ke sungai atau laut dan masuk ke ekosistem akuatik yang terus mengkontaminasi
lingkungan di sekitar area pembuangan limbah. 4 Pestisida
Pestisida masuk ke dalam badan air melalui limpasan run off dari daerah pertanian yang banyak mengandung pestisida. Pestisida dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu pestisida organoklor, pestisida organofosfor, dan pestisida karbamat. Pestisida bersifat toksik dan bioakumulasi. Selain itu, pestisida juga
bersifat persisten atau bertahan dalam waktu lama di perairan. Keberadaan pestisida pada ekosistem akuatik mengikut i pola rantai
makanan, semakin tinggi posisi organisme dalam rantai makanan maka semakin tinggi kadar pestisida yang dihasilkan oleh proses bioakumulasi dan
biomagnifikasi. Pestisida cenderung terakumulasi pada lapisan lemak yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup.
24
2.2 Kualitas Air Sungai