Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Kualitas air Kali Surabaya pada kondisi eksisting telah melampaui baku mutu air kelas 1 dan memerlukan penurunan beban pencemaran. Kandungan oksigen terlarut DO di zona hulu lebih tinggi dibandingkan zona tengah dan hilir. Nilai DO tertinggi terdapat di Canggu 6.6 mgl, nilai terendah di Jembatan Sepanjang 2.5 mgl, kecuali Canggu disemua stasiun pengamatan tidak memenuhi baku mutu DO. Nilai pH berfluktuasi dari zona hulu, tengah dan hilir, namun masih berada pada kisaran pH air normal pH 6-9. Nilai DHL berfluktuatif dengan nilai rata-rata 491.47 µS, sedangkan nilai terbesar di Cangkir 639 µS. Kali Surabaya mengandung padatan tersuspensi TSS yang melampaui baku mutu air kelas 1 untuk semua zona pengukuran. Nilai TSS rata-rata 65.01 mgl dan nilai tertinggi dijumpai di Jembatan Jrebeng 74.67 mgl. 2. Kualitas air Kali Surabaya menunjukkan kecenderungan menurun dari zona hulu ke zona tengah dan hilir. Berdasarkan nilai parameter kimia BOD, COD, dan N-NO 2 Kali Surabaya tidak memenuhi baku mutu air kelas 1 pada semua stasiun pengamatan, sedangkan untuk parameter P-PO 4 , Pb, dan Cd secara umum menunjukkan hasil sebaliknya. Nilai rata-rata BOD tertinggi ditemukan di Tambangan Bambe 10.75 mgl dan terendah di Gunungsari 3.35 mgl, parameter COD tertinggi di Tambangan Bambe 28.89 mgl dan terendah Jembatan Jrebeng 11.21 mgl. Nilai parameter N-NO 2 tertinggi ditemukan di Gunungsari 0.139 mgl dan terendah di Sepanjang 0.108 mgl, sedangkan nilai parameter P-PO 4 tertinggi ditemuka n di lokasi intake PDAM Karang Pilang 0.202 mgl dan terendah di Jembatan Jrebeng 0.140 mgl. Nilai rata- rata kadar N-NH 3 dan N-NO 3 3. Status mutu air Kali Surabaya berdasarkan nilai indeks STORET termasuk kelas D atau berada dalam kondisi tercemar berat dengan nilai indeks berkisar -80 hingga -104, sedangkan berdasarkan Pollution Index tingkat pencemaran badan air Kali Surabaya berada dalam status tercemar ringan hingga sedang dengan nilai Pollution Index berkisar 2.03 – 5.59. Parameter DO, BOD, COD , keduanya berada di bawah baku mutu air kelas 1 di semua stasiun pengamatan. N-NO 2 7. Kriteria Kemudahan Manajemen dan Efisiensi menjadi prioritas utama eigen value 0.317 dan 0.305 dari kegiatan reduksi beban pencemaran air Kali Surabaya, di mana prioritas utama alternatif untuk melaksanakan kegiatan reduksi beban pencemaran adalah Penetapan Kelas Air Kali Surabaya eigen value 0.200, yang diikuti dengan Penyuluhan, Penetapan daya tampung beban pencemaran, Pemantauan kualitas limbah dan sumber air, pembuatan UPL Komunal, Penataan ruang, Pengetatan sistem perizinan pembuangan limbah, Sistem penegakan hukum lingkungan, Pajak limbah industri, dan terakhir Relokasi industri. Sementara untuk pemilihan teknologi pengendalian pencemaran air Kali Surabaya menempatkan Wastewater garden nilai alternatif 111.50 sebagai prioritas utama yang dipilih diikuti dengan filtrasi, , dan Hg memberikan kontribusi tertinggi terhadap buruknya status mutu air Kali Surabaya. 4. Pencemar Kali Surabaya terutama bersumber dari limbah domestik dan industri. Total beban pencemaran Kali Surabaya untuk BOD 55.49 tonhari, COD 132.58 tonhari, dan TSS 210.13 tonhari. Untuk parameter BOD kontribusi limbah domestik 59.77, limbah industri 40.05, dan limbah pertanian 0.18. Sumber beban pencemar COD 54.11 berasal dari limbah domestik, 45.74 industri, dan 0.15 pertanian, sedangkan beban TSS 80.37 bersumber dari limbah domestik, 19.30 oleh limbah industri, dan 0.33 akibat limbah pertanian. 5. Sebanyak lima industri berkontribusi besar terhadap tingkat pencemaran Kali Surabaya sehingga memerlukan prioritas pengendalian. Industri tersebut adalah PT Surya Agung Kertas, PT Surabaya Mekabox, PT Adiprima Suraprinta, PT Suparma, dan PT Miwon. Kelima industri tersebut menyumbang sekitar 63 beban BOD dan 64 beban COD sektor industri ke Kali Surabaya. 6. Kandungan Hg, Pb, dan Cd dalam air minum PDAM Kota Surabaya tidak terdeteksi, namun di badan air Kali Surabaya kandungan Hg rata-rata mencapai 0.0092 mgl atau 9.2 kali baku mutu air kelas 1 dan sangat berisiko bagi individu dengan berat badan 70 kg dewasa dan 15 kg anak bila melakukan aktivitas berkontak dengan air dan dasar sungai dengan frekuensi 30 haritahun selama 1-2 jamhari, karena nilai HQ hazard quotient 1. screening, biofilter, pengendapan, lumpur aktif, dan peringkat terakhir adalah desinfeksi. 8. Model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya yang dibangun dapat menggambarkan perilaku sistem nyata. Ada lima faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor yang rendah, yaitu pertumbuhan penduduk dan kesadaran penduduk, persepsi masyarakat, implementasi peraturan pengendalian pencemaran, komitmen dukungan Pemda, dan sistem dan kapasitas kelembagaan. 9. Hasil prediksi beban pencemaran air Kali Surabaya yang akan terjadi selama 20 tahun mendatang akan sangat bergantung pada kebijakan yang akan dipilih oleh pengelola Kali Surabaya. Kebijakan yang dapat diterapkan untuk menekan beban pencemaran Kali Surabaya agar sesuai dengan baku mutu air kelas 1 berdasarkan prioritas adalah menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesadaran masyarakat, meningkatkan persepsi masyarakat, melaksanakan peraturan pengendalian pencemaran air secara tegas dan konsisten, meningkatkan komitmendukungan Pemerintah Daerah, dan meningkatkan sistem dan kapasitas kelembagaan pengelola Kali Surabaya. 10. Skenario moderat dan skenario optimis merupakan skenario realistis yang terjadi di masa depan untuk pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, namun perlu didukung beberapa kebijakan berupa 1 peningkatan persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, 2 revitalisasi program KB, 3 komitmendukungan pemerintah baik fisik maupun non fisik terhadap pengendalian pencemaran, 4 penegakan hukum lingkungan secara tegas, adil, dan konsisten, 5 peningkatkan sistem dan kapasitas kelembagaan pengelola Kali Surabaya, 6 pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL komunal domestik.

6.2 Saran