Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Kondisi Sungai-sungai di Indonesia

36

2.3 Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi

Istilah beban pencemaran dikaitkan dengan jumlah total pencemaran atau campuran pencemar yang masuk ke dalam lingkungan oleh suatu industri atau kelompok industri pada areal tertentu dalam periode waktu tertentu. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah. Besarnya beban pencemaran ditentukan melalui pengukuran langsung debit air sungai dan konsentrasi limbah yang ada di sekitar sungai tersebut. Pada daerah pemukiman, beban pencemaran biasanya diperhitungkan melalui kepadatan penduduk dan rata-rata per orang per hari dalam membuang air limbah. Persamaan yang digunakan untuk menentukan beban pencemaran perairan adalah sebagai berikut: BP = Q x C i x 1 x 10 -6 P B n i ∑ =1 x 12 x 30 x 24 x 3600 1 Debit air Q dihitung dengan rumus: Q = a x v 2 Total beban pencemaran dari suatu sumber ditentukan dengan persamaan: TBP = 3 Keterangan: Q = debit air m 3 detik C i = konsentrasi parameter ke-i mgl BP = beban pencemaran yang berasal dari sumber tontahun a = luas bagian penampang basah m 2 v = kecepatan aliran rata-rata mdetik TBP = total beban pencemaran yang masuk ke perairan. Kapasitas asimilasi perairan adalah kemampuan perairan dalam memulihkan diri akibat masuknya limbah tanpa menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang ditetapkan sesuai peruntukannya Quano 1993. Kemampuan asimilasi sangat dipengaruhi oleh adanya proses pengenceran maupun perombakkan bahan pencemar yang masuk ke perairan. Pengukuran kapasitas asimilasi bersifat spesifik bergantung pada lokasi, membutuhkan pengembangan dari model hidrolik dan komputer yang menggunakan elemen terbatas dari persamaan penyebaran larutan UNEP 1993. 37

2.4 Kondisi Sungai-sungai di Indonesia

Pencemaran air merupakan persoalan khas yang terjadi di sungai-sungai dan badan-badan air di Indonesia. Sungai merupakan satu kesatuan antara wadah air dan air yang mengalir, karena itu kesatuan sungai dan lingkungan merupakan suatu persekutuan mendasar yang tidak terpisahkan Sunaryo et al. 2007. Air mengalir ke Sungai melalui berbagai jalur dan volume air yang mengalir dipengaruhi oleh sumber air, iklim, vegetasi, topografi, geologi, pemanfaatan lahan, dan karakteristik tanah. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kecepatan aliran dan komposisi kimia dalam air sungai. Sebagian besar sungai di Indonesia memiliki siklus tahunan yang ditentukan oleh curah hujan, sehingga terdapat perbedaan volume aliran pada musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan tinggi akan meningkatkan rata-rata ketinggian air sungai dan kecepatan aliranpun meningkat. Jika sungai tidak mampu menampung kenaikan volume air, maka air akan mencapai daerah batas sungai saat permukaan tinggi hingga meluber ke daerah tepi sungai. Wilayah Indonesia memiliki 6 dari persediaan air dunia atau sekitar 21 persediaan air Asia Pasifik KLH 2005a. Namun akibat kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air bersih cenderung menurun akibat kerusakan alam dan pencemaran berbagai permasalahan mulai muncul. Sumber pencemaran air terutama disebabkan aktivitas manusia dan dipicu secara kuadratika oleh pertumbuhan penduduk. Air merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah terkontaminasi akibat berbagai aktivitas manusia. Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air. Pencemaran atau polusi terjadi jika dalam lingkungan hidup manusia baik lingkungan fisik, biologi dan sosial terdapat suatu bahan pencemar yang ditimbulkan oleh proses aktivitas manusia yang berakibat merugikan terhadap kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Odum 1996, pencemaran air terjadi akibat adanya perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi yang tidak dikehendaki pada air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun 38 sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dengan demikian masalah pencemaran air terkait dengan tiga hal penting, yaitu 1 unsur yang masuk atau dimasukkan ke dalam air, 2 kualitas dan atau penurunan kualitas air, dan 3 peruntukan air. Perairan sungai di seluruh Indonesia umumnya menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, daerah urban, dan pertanian. Terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar Darmono 2001. Menurut Sunaryo et al. 2007, di kawasan perkotaan pencemaran air pada sungai dan badan air lain terutama disebabkan oleh sektor domestik, berupa limbah cair dari rumah tangga dan industri rumah tangga. Tiga penyebab utama tercemarnya sungai atau badan air adalah: 1. Peningkatan konsumsi atau penggunaan air sehubungan dengan peningkatan ekonomi dan taraf masyarakat dengan konsekuensi meningkatnya air limbah yang mengandung berbagai senyawa tertentu; 2. Terjadinya pemusatan penduduk dan industri diikuti dengan peningkatan buangan yang tertampung di perairan sehingga daya pemulihan diri perairan terlampaui, akibatnya perairan menjadi tercemar dengan tingkat yang semakin berat. 3. Kurangnya atau rendahnya investasi sosial ekonomi budaya untuk memperbaiki lingkungan, seperti investasi untuk sistem sanitasi dan perlakuan lainnya. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbaharui, namun proses pengenceran, degradasi dan non degradasi pada arus sungai yang lambat tidak dapat menghilangkan polusi limbah oleh proses penjernihan alamiah. Hal ini mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut yang pada batas tertentu dapat menimbulkan persoalan lingkungan yang lebih luas. Selain menghadapi permasalahan kekritisan air sungai yang dinilai dari besarnya fluktuasi debit air maksimum dan minimum, kualitas air sungai-sungai di Indonesia juga telah banyak yang menurun karena pencemaran. Akibatnya air 39 bersih menjadi terbatas. Hasil pemantauan kualitas air di 30 sungai di Indonesia pada tahun 2005 yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup KLH 2005a menunjukkan bahwa, lebih dari 50 parameter yang dipantau seperti DO dissolved oxygen, BOD biochemical oxygen demand, COD chemical oxygen demand, PO 4 3- , NO 3 - , NH 3 , pH dan TSS total suspended solid, sudah tidak memenuhi kriteria mutu air kelas I. Berdasarkan kandungan DO, hanya 30 dari keseluruhan sampel yang diambil yang memenuhi kriteria mutu kelas I, sedangkan parameter BOD hanya 19, parameter COD 37, PO 4 3- 42, TSS 55, NH 3 Kali Surabaya bersama dengan Kali Mas dan Kali Wonokromo merupakan sungai utama di Surabaya yang merupakan DAS Brantas. Kali Surabaya merupakan anak Kali Brantas yang terbentang sepanjang 41 km mulai Dam Mlirip sampai Dam Jagir. Aktivitas industri dan rumah tangga di sepanjang bantaran Kali Surabaya telah menyebabkan degradasi lingkungan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Kali Surabaya berperan penting bagi kehidupan masyarakat, khususnya yang tinggal di Kota Surabaya. Ini disebabkan air Kali Surabaya menjadi pemasok utama sumber air baku PDAM yang melayani lebih dari tiga juta penduduk Kota Surabaya. Selain itu, Kali Surabaya juga memberikan peranan penting bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai 80, dan parameter pH 93. Hasil pemantauan KLH bekerja sama dengan instansi lingkungan hidup di tingkat provinsi tahun 2007 juga menunjukkan kecenderungan serupa. Hasil pemantauan kualitas air pada 33 sungai di 30 provinsi tahun 2007 menunjukkan bahwa lebih dari 50 sampel air yang diambil untuk parameter DO hanya 29 yang memenuhi nilai DO sesuai dengan kriteria mutu air KMA kelas 1, sedangkan parameter BOD hanya 25, parameter COD 28, fenol 18, fecal coli 29, dan total coliform 40 KLH 2008a. Pada umumnya sungai dapat melakukan proses asimilasi, yaitu proses membersihkan diri dari polutan yang terjadi karena proses fisik misalnya aliran air dari faktor lain seperti deoksigenasi dan aerasi. Tetapi sebagaimana sumber daya alam lainnya, daya dukung sungai akan terlampaui jika tingkat pencemaran yang ditanggung sungai melampaui daya dukungnya sehingga akan menyebabkan pencemaran air sungai karena parameter-parameter kualitas air melebihi dari standar yang ditentukan.

2.5 Gambaran Umum Kali Surabaya