46
Hal ini terlihat dari pengurangan jumlah beban pencemaran zat organik dari 8.6 tonhari pada tahun 1986 menjadi 3.7 tonhari pada tahun 1991. Pengendalian
pencemaran air yang menitikberatkan semata-mata kepada sistem pembersihan air limbah oleh setiap industri tidak dapat dijadikan jaminan terbebasnya air Kali
Surabaya dari ancaman pencemaran air. Apabila diinginkan agar Kali Surabaya terbebas sepenuhnya dari pencemaran air, sehingga dapat menjamin mutu sumber
baku air minum sepanjang tahun, maka diperlukan saluran pengumpul air limbah untuk industri sepanjang Kali Surabaya dan pada ujung saluran pengumpul
tersebut dapat dibangun instalasi pengolahan air limbah secara gabungan cluster. Menurut Puslitbang Pengairan 1990, saat ini hanya ada beberapa industri
yang memiliki UPL dan banyak diantaranya tidak memenuhi syarat, sewaktu- waktu dioperasikan bila ada pemeriksaan, kecuali untuk beberapa industri besar
yang didanai oleh asing serta industri-industri yang berada di lokasi pusat industri. Motivasi untuk menanamkan modal pada usaha pengendalian pencemaran
umumnya sangat rendah, karena 1 pengawasan pemerintah belum efektif, 2 cara-cara untuk implementasi dan syarat-syarat penanganan belum dikembangkan,
3 masih belum cukup ahli yang mampu dalam mengatasi masalah polusi industri dan sistem desain yang efektif dari segi biaya.
2.6. Bahan Kimia Toksik
Bahan kimia toksik adalah setiap bahan kimia yang mempunyai efek negatif terhadap organisme hidup. Kapasitas bahan kimia untuk menimbulkan cedera
atau gangguan dinyatakan dalam besaran toksisitas. Toksisitas adalah derajat efek yang dapat ditimbulkan oleh senyawa-senyawa yang bersifat toksik racun
terhadap organisme. Wisaksono 2002, mendefinisikan toksisitas sebagai potensi bahan kimia untuk meracuni tubuh orang yang terpapar. Toksisitas banyak
dinyatakan dalam LD-50 lethal doses dengan satuan mgkg bb, yaitu jumlah bahan yang dapat mematikan 50 binatang percobaan. LD-50 memerlukan
informasi jenis binatang percobaan, cara pemberian bahan dan waktu pengamatan. Imamkhasani 2004, mengelompokkan jenis bahan toksik yang perlu
diwaspadai, antara lain: 1. Toksik harmful adalah bahan yang menyebabkan kerusakan sementara
atau permanen pada fungsi organ tubuh; 2. Korosif adalah bahan yang bereaksi terhadap jaringan tubuh;
47
3. Iritan adalah bahan yang menyebabkan iritasi pada jaringan tubuh; 4. Sensitisasi adalah bahan yang menyebabkan alergi;
5. Karsinogenik adalah bahan penyebab kanker; 6. Mutagenik adalah bahan penyebab kerusakan DNA sel;
7. Teratogenik adalah bahan penyebab abnormalitas pada janin. Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapat lewat pernafasan inhalasi,
kulit absorpsi dan tertelan lewat usus atau ingestion. Inhalasi merupakan jalur masuk bahan kimia yang terpenting karena setiap bahan dalam udara dapat
terhisap ke dalam paru-paru. Dampaknya bergantung pada konsentrasi, lama dan konsentrasi pemaparan serta kecepatan penghisapan. Absorbsi lewat kulit adalah
jalur kedua, di mana zat dapat masuk ke tubuh lewat kulit seperti absorpsi pelarut organik atau kontak dengan uap konsentrasi tinggi. Proses absorpsi menjadi lebih
intensif apabila zat pelarut tersebut melarutkan lemak pada kulit sehingga bahan lebih mudah masuk dalam tubuh. Jalur masuk lewat mulut atau tertelan jarang
terjadi, kecuali kontaminasi dalam penyimpanan bahan atau adanya bahan dalam saluran pernafasan yang terbawa ke tenggorokan dan masuk dalam perut.
Efek paparan bahan kimia terhadap manusia dapat bersifat akut, sub kronik dan kronik. Efek akut dapat diartikan sebagai paparan jangka pendek pada
konsentrasi tinggi dan dampaknya segera dapat diamati, misalnya sakit, iritasi, pingsan atau mati. Menurut Rahmadi 2008, toksisitas akut timbul pada selang
waktu yang sangat singkat, yaitu 24 dan 48 jam. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan suatu gejala akibat pemberian suatu senyawa dan untuk
menentukan peringkat letalitas senyawa tersebut. Efek subkronik adalah efek yang ditimbulkan setelah penggunaan bahan-bahan yang bersifat toksik selama
beberapa minggu atau bulan, sedangkan efek kronik adalah akibat pemaparan jangka panjang beberapa bulan atau tahun, penyakit yang timbul berkembang
secara perlahan-lahan dan dampak yang ditimbulkan biasanya tidak reversibel. Uji standar untuk toksisitas akut adalah memberi hewan coba bahan kimia
dengan jumlah yang semakin meningkat dalam kurun waktu 14 hari hingga binatang percobaan tersebut mati. Dosis yang mematikan untuk inhalasi bahan
kimia dalam bentuk gas atau aerosol juga dapat diuji menggunakan LC-50 lethal concentration, yaitu konsentrasi mematikan untuk 50 binatang percobaan. LD-
50 dan LC-50 digunakan secara luas sebagai indeks toksisitas. Kriteria yang sering dipakai untuk klasifikasi efek toksik akut pada binatang disajikan pada
48
Tabel 11. Wisaksono 2002 dan Soemirat 2005, mengklasifikasikan toksisitas akut bahan kimia terhadap manusia dengan menggunakan skala Hodge dan
Sterner, seperti ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 11 Klasifikasi toksisitas akut pada binatang
Toksisitas LD
50
LD Oral Mencit
mgkg bb
50
LC Dermal Mencit atau
Kelinci mgkg bb
50
Inhalasi Mencit mgm
3
4jam Berbahaya
Beracun Sangat beracun
200 – 2 000 25 – 200
25 400 – 2 000
50 – 400 50
2 000 – 20 000 500 – 2 000
500
Sumber: Wisaksono 2002.
Tabel 12 Klasifikasi toksisitas akut pada manusia No
Tingkat Toksisitas Dosis
1 2
3 4
5 6
Praktis tidak beracun Agak beracun
Toksisitas sedang Sangat beracun
Luar biasa beracun Super toksik
15 gkg bb 5 – 15 gkg bb
0.5 – 5 gkg bb 50 – 500 mgkg bb
5 – 50 mgkg bb 5 mgkg bb
Sumber: Wisaksono 2002, Soemirat 2005.
Menurut Soemirat 2005, taraf toksisitas Tabel 12 di atas dapat digunakan untuk menilai taraf toksisitas suatu racun yang sedang diuji-coba pada
berbagai organisme.
2.7 Dampak Pencemaran Air terhadap Ekosistem dan Kesehatan Manusia