Pendekatan Sistem dalam Desain Model Pengendalian Pencemaran Air

82 Tabel 18 Nilai default yang digunakan dalam model pemaparan Parameter Anak Dewasa Laju asupan sedimen IRs kg dwhari pemaparan Laju asupan air permukaan IRw literhari pemaparan Faktor absorpsi AF Laju absorpsi secara dermal ASs literjam Luas permukaan kulit untuk paparan sedimen SAs m 2 Luas permukaan kulit untuk paparan SAw m 2 Laju kontak dermal dengan sedimen AD mgcm 2 1E-3 5E-2 1 0.01 0.17 0.95 0.51 0.15 30 15 8 2 0.5 Matriks faktor MF Frekuensi pemaparan EF hari365 hari Berat badan Wb kg Durasi pemaparan terhadap sedimen EDs jamhari Durasi pemaparan dalam air permukaan EDw jamhari Fraksi kontaminan FI 3.5E-4 5E-2 1 0.005 0.28 1.80 3.75 0.15 30 70 8 1 0.5 Sumber : Albering et al. 1999 Keterangan: fw = fresh weight, dw = dry weight Hasil penentuan total tingkat pemaparan atau asupan logam berat melalui kelima jalur pemaparan, selanjutnya dibandingkan dengan asupan harian yang dapat ditoleransi tolerable daily intake, TDI. TDI merujuk pada dosis referensi suatu bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari tanpa menimbulkan risiko yang terindentifikasi pada pemaparan selama hidup lifetime exposure. Tingkat bahaya hazard quotient, HQ ditentukan dengan membandingkan jumlah paparan harian rata-rata dengan TDI. Nilai rata-rata paparan harian mgkg bbhari ditentukan menggunakan persamaan Albering et al. 1999: 7 64 70 6 Dewasa Anak harian paparan x harian paparan x + 17 HQ = TDI rata rata harian paparan − ∑ 18 Jika nilai HQ 1, berarti tidak ada risiko bahaya yang terjadi.

3.6.5 Pendekatan Sistem dalam Desain Model Pengendalian Pencemaran Air

Desain model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dilakukan dengan pendekatan sistem, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi kebutuhan yang menghasilkan suatu sistem operasional yang efisien. Model pengendalian pencemaran yang dibangun didasarkan pada beban limbah dan karakteristik pencemaran di Kali Surabaya, terutama karakteristik 83 efluen dan kimia pencemar dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan. Pengkajian yang menggunakan pendekatan sistem sebagai metodologi dicirikan oleh tiga karakteristik sistem yaitu kompleks, dinamik dan probabilistik, dengan tiga pola pikir dasar yang selalu menjadi pegangan pokok para ahli sistem dalam menjawab permasalahan Eriyatno, 2003, yaitu: 1 Sibernatik cybernetic, berorientasi pada tujuan, 2 Holistik holistic, cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan 3 Efektif effectiveness, lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan daripada pendalaman teoritis untuk mencari efisiensi keputusan. Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas disiplin dan komplementer. Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesis rekayasa, yaitu: 1 analisis kebutuhan; 2 formulasi masalah; 3 identifikasi sistem; 4 pemodelan sistem; 5 verifikasi dan validasi; dan 6 implementasi Eriyatno 2003. 1 Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan tahap awal untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing pelakustakeholders Hartrisari 2007. Setiap pelaku sistem memiliki kebutuhan yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem. Menurut Marimin 2007, analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang terhadap jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapang, dan sebagainya. Analisis sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya melibatkan beberapa pelaku yang terlibat dalam sistem tersebut. Kunci kesuksesan dari sebuah sistem adalah jika semua pelaku yang terlibat dalam sistem dapat memperoleh manfaat dari sistem yang dibangun. Pelaku yang terlibat dalam sistem pengendalian pencemaran air kali surabaya adalah: 1 Perusahaan Daerah Air Minum PDAM kota Surabaya yang merupakan instansi pengelola air minum; 2 Perum Jasa Tirta-I sebagai instansi dengan tugas pokok eksploitasi dan pemeliharaan pengairan serta pengelolaan DAS; 3 Badan Lingkungan Hidup Daerah BLHD; 4 Dinas Pekerjaan Umum Pengairan; 5 Dinas Pariwisata; 6 Industri; 7 Masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran 84 sungai dan masyarakat pengguna PDAM kota surabaya. Kebutuhan pelaku sistem pengendalian pencemaran Kali Surabaya ditunjukkan pada Tabel 19. Tabel 19 Analisis kebutuhan pada sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya No Pelaku Kebutuhan 1 PDAM Kota Surabaya Pengelola ◊ Pengendalian yang tepat sasaran dan berkelanjutan; ◊ Kualitas air kali surabaya memenuhi baku mutu air kelas 1; ◊ Harga dan pasokan air baku dari Kali Surabaya stabil; ◊ Peningkatan pendapatan perusahaan dari jasa air. 2 Perum Jasa Tirta I ◊ Pengendalian yang melibatkan partisipasi masyarakat dan industri; ◊ Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pengelolaan sungai; ◊ Kualitas air kali surabaya memenuhi baku mutu air kelas 1; ◊ Peningkatan pendapatan perusahaan dari jasa air. 3 Badan Lingkungan Hidup Daerah BLHD ◊ Setiap perusahaan memiliki IPLC dan mengoperasikan instalasi pengolah air limbah IPAL; ◊ Pengendalian yang melibatkan partisipasi masyarakat, bantuan dana dan kerjasama antar lembaga; ◊ Lingkungan perairan kali surabaya bersih dari limbah industri dan limbah domestik. ◊ Kualitas air kali surabaya memenuhi baku mutu air kelas 1 4 Dinas PU Pengairan Jatim ◊ Setiap perusahaan memiliki IPLC dan mengoperasikan instalasi pengolah air limbah IPAL; ◊ Bantaran Kali Surabaya bebas dari pemukiman penduduk; ◊ Lingkungan perairan kali surabaya bersih dari limbah industri dan limbah domestik. ◊ Kualitas air kali surabaya memenuhi baku mutu air kelas 1 5 Dinas Pariwisata ◊ Setiap perusahaan memiliki dan mengoperasikan instalasi pengolah air limbah IPAL; ◊ Partisipasi aktif semua pihak untuk menjaga kebersihan dan keindahan sungai dan ekosistem di sekitarnya; ◊ Peningkatan Pendapatan Asli Daerah; ◊ Lingkungan perairan kali surabaya bersih dan indah. 6 Industri ◊ Kewajiban pengelolaan lingkungan dipermudah dan tidak berbelit-belit; ◊ Biaya pengelolaan lingkungan rendah; ◊ Teknologi pengolah limbah yang efektif dan efisien; ◊ Pendapatan meningkat; ◊ Kondisi lingkungan masyarakat kondusif. 7 Masyarakat ◊ Kualitas kehidupan masyarakat luas tidak terganggu oleh dampak negatif pencemaran lingkungan; ◊ Lingkungan perairan kali surabaya bersih dari limbah industri dan limbah domestik; ◊ Pendapatan meningkat; ◊ Penerapan Corpoorate Social Responsibiliy CSR. 85 2 Formulasi Masalah Formulasi masalah merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam perancangan model. Formulasi masalah dilakukan atas dasar penentuan informasi yang telah dilakukan melalui identifikasi sistem yang dilakukan secara bertahap Eriyatno 2003. Formulasi masalah perlu dikembangkan menjadi suatu pernyataan masalah yang mendefinisikan gugus kriteria kelakuan sistem yang kemudian dievaluasi. Berdasarkan analisis kebutuhan dan adanya perbedaan kepentingan antar pelaku dalam sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya, permasalahan yang sering muncul dalam upaya pengendalian pencemaran air sungai adalah: 1. Belum ada koordinasi antar sektordinas dan lemahnya penegakan hukum; 2. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelestarian sumber daya air sungai; 3. Belum ada data terbaru parameter kualitas air Kali Surabaya, utamanya kadar logam berat Hg, Pb, dan Cd; 4. Belum tersedia proyeksi risiko dampak pencemaran air terhadap kesehatan penduduk; 5. Belum tersedia strategi pengendalian pencemaran badan air kali surabaya yang efektif. 3 Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut Eriyatno 2003. Identifikasi sistem dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap komponen- komponen yang terlibat di dalam sistem yang dikaji dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop dan diagram input output. Diagram lingkar sebab akibat adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan sebab akibat causal relationships ke dalam bahasa gambar tertentu. Bahasa gambar tersebut dibuat dalam bentuk garis panah yang saling mengkait, sehingga membentuk sebuah diagram sebab akibat, pangkal panah mengungkapkan sebab dan ujung panas mengungkapkan akibat. Hubungan digambarkan dengan tanda positip + atau negatif -. Diagram sebab akibat sistem pengendalian pencemaran air kali surabaya, ditunjukkan pada Gambar 8. 86 Permukiman Penduduk + Aktifitas Ekonomi Hotel Industri Pertanian Lahan Limbah + + + + + Populasi + + - + Kesejahteraan Penduduk + + Pendidikan Kesadaran Lingkungan + - Partisipasi + Beban Pencemaran + Kualitas Lingkungan - Gambar 8 Diagram lingkar sebab akibat sistem pengendalian pencemaran air. Peningkatan pencemaran air Kali Surabaya akan menurunkan kualitas air yang berdampak tidak hanya pada aspek ekologis dan ekonomis, namun juga pada aspek estetika dan kesehatan manusia. Percemaran air bersifat kompleks, tingkat pencemaran berubah dengan waktu dinamik dan terkait dengan multistakeholder. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis sistem pengendalian pencemaran air membutuhkan beberapa informasi yang dapat digolongkan menjadi beberapa peubah, yaitu peubah input, peubah output dan parameter yang membatasi susunan sistem. Diagram input output yang sering disebut diagram kotak gelap black box menggambarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis kebutuhan dan formulasi permasalahan. Pada Gambar 9 diperlihatkan diagram black box sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya. 87 Gambar 9 Diagram input-output sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

3.6.6 Validasi Model