Dampak terhadap Kesehatan Analisis Risiko

Baetidae Ordo Ephemeroptera yang merupakan makroinvertebrata yang paling sempit sebarannya dan ordo yang tidak toleran terhadap kadar DO rendah menunjukkan bahwa lokasi tersebut sudah tercemar dengan bahan organik. Peningkatan populasi jenis Tubifex tubifex dari hulu ke hilir merupakan akibat tingginya tingkat pencemaran organik di Kali Surabaya dari zona hulu ke hilir.

5.4.2 Dampak terhadap Kesehatan Analisis Risiko

Analisis risiko dampak pencemaran terhadap kesehatan merupakan suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan. Menurut EPA 2005, analisis risiko adalah karakterisasi dari bahaya-bahaya potensial yang berefek pada kesehatan manusia dan bahaya terhadap lingkungan. Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian yang tidak diharapkan terjadi sehingga mengganggu apa yang seharusnya terjadi dari suatu kegiatan atau mengganggu tujuan. Analisis risiko digunakan untuk mengetahui besarnya risiko sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam manajemen risiko. Berdasarkan KepMenKes Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, memberikan persyaratan kualitas air minum di antaranya kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Hg 0.001 mgl, Cd 0.003 mgl, sementara untuk logam Pb tidak masuk sebagai logam yang dianggap mempunyai pengaruh langsung pada kesehatan. Hal yang sama diperoleh dari IRIS 2007, juga tidak menyertakan nilai RfD Pb untuk analisis risiko. Untuk menentukan tingkat risiko Hg dan Cd digunakan nilai dosis-respon kuantitatif zat- zat kimia dalam berbagai spesi dan formulanya yang telah ada dalam pangkalan data Integrated Risk Information System dari US-EPA IRIS 2007. Hasil analisis untuk parameter logam berat merkuri Hg, kadmium Cd, dan timbal Pb pada sampel air PDAM Karang Pilang yang memanfaatkan Kali Surabaya sebagai sumber air baku air minum Surabaya disajikan dalam Tabel 41. Bedasarkan hasil analisis sampel air minum PDAM Kota Surabaya yang diambil pada 6 titik pengamatan di Kecamatan Karang Pilang berdasarkan jarak dari sumber sumber, 200 m, 500 m, 1 km, 1.5 km, dan 2 km, menunjukkan bahwa kandungan cemaran merkuri, timbal, dan kadmium tidak terdeteksi. Berdasarkan data ini, maka prediksi besarnya tingkat risiko karsinogenik bagi yang meminum air dari sumber tersebut tidak perlu dilakukan. Tabel 41 Konsentrasi Hg, Pb, Cd dalam sampel air minum PDAM Parameter Konsentrasi Terukur mgl Minimum Maksimum Hg Pb Cd tt tt tt tt tt tt Ket.: tt = tidak terdeteksi, LOD Hg 0.002 µgL, Pb = 0.0010 mgl, Cd = 0.0018 mgl. Jika dilihat dari kandungan rata-rata logam berat pada lokasi intake PDAM Karang Pilang untuk Hg 0.0079 mgl, Pb 0.0112 mgl, dan Cd 0.0034 mgl memang cukup mengkawatirkan terhadap kualitas air PDAM yang dihasilkan. Pada kenyataannya, produk instalasi pengolah air minum IPAM PDAM Karang Pilang mampu mereduksi bahan pencemar tersebut sehingga kualitas air minum yang dihasilkan aman dikonsumsi ditinjau dari parameter logam berat berdasarkan KepMenKes Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Pengolahan air yang digunakan oleh perusahaan daerah air minum PDAM Karang Pilang terdiri atas beberapa unit pengolahan, yaitu unit aerator, prasedimentasi, flashmix, slow mix, sedimentasi, dan filter cepat. Proses sedimentasi dilakukan dengan menambahkan bahan kimia aluminium sulfat Al 2 SO 3 3 .14H 2 O sebagai koagulan. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan logam berat, zat organik beracun, senyawa fosfor, dan partikel-partikel yang sukar mengendap sekaligus untuk menjernihkan air. Tahap selanjutnya adalah proses oksidasi menggunakan kalium permanganat atau kalium kromat bertujuan untuk menurunkan kandungan bahan organik dan menghilangkan partikel-partikel berwarna sehingga air menjadi lebih jernih. Proses flokulasi, sedimentasi akhir, penyaringan dan desinfeksi menggunakan kaporit merupakan tahap akhir proses. Berdasarkan aspek ekonomi, pencemaran air Kali Surabaya menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Hasil studi ADB dalam Kurniawan 2009, menunjukkan bahwa setiap kenaikan konsentrasi pencemar BOD sebesar 1 mgl pada sungai meningkatkan biaya produksi air minum sekitar Rp 9.17 per meter kubik atau menyebabkan kenaikan biaya produksi PDAM sebesar 25 dari rata- rata tarif air nasional. Total produksi rata-rata air minum PDAM Kota Surabaya adalah 20,931,000 m 3 bulan BPS 2009. Sementara pengambilan air Kali Surabaya untuk air baku PDAM adalah 26,702,239.68 m 3 No. bulan PJT I 2009, sehingga setiap bulan PDAM Kota Surabaya harus membayar retribusi air baku kepada PJT I sebesar Rp 2.35 Milyar. Nilai BOD rata-rata Kali Surabaya di lokasi intake PDAM Karang Pilang periode Agustus sampai Desember 2009 adalah 3.93 mgl, dengan demikian tambahan biaya pengolahan untuk menurunkan kandungan BOD sampai memenuhi baku mutu sesuai KepMenKes Nomor 907 Tahun 2002 rata-rata sekitar Rp 473 jutabulan, sehingga rata-rata setiap tahun PDAM Kota Surabaya harus menganggarkan Rp 10 Milyar untuk mengantisipasi pencemaran Kali Surabaya. Berdasarkan kadar rata-rata logam berat merkuri Hg, timbal Pb, dan kadmium Cd di perairan Kali Surabaya, menunjukkan bahwa hanya logam Hg yang kadarnya melampaui KMA kelas 1. Oleh karena itu, analisis risiko kesehatan untuk mengkuantifikasi pemaparan hanya dilakukan terhadap pencemaran Hg sebagai risk agent di Kali Surabaya. Kadar Hg di perairan Kali Surabaya yang digunakan untuk perhitungan analisis risiko kesehatan adalah kadar Hg rata-rata hasil penelitian dari enam titik sampling, yaitu 0.0092 mgl, sedangkan kadar Hg pada sedimen Kali Surabaya menggunakan data hasil penelitian Amtasi 2010 pada tiga titik sampling, yaitu Karang Pilang 0.21 mgl, Kedurus 0.27 mgl, dan Jagir 0.09 mgl dengan nilai rata-rata 0.19 mgl. Hasil perhitungan total paparan atau asupan Hg menggunakan persamaan 12-16 dan nilai default faktor-faktor pemaparan Tabel 18 terhadap penduduk yang melakukan aktivitas langsung di perairan Kali Surabaya disajikan pada Tabel 42. Tabel 42 Total tingkat pemaparan Hg Sumber Paparan Jumlah Paparan Hg mgkg bbhari Anak Dewasa 1 Kontak dermal dengan kontaminan dalam air sungai 9.58E-7 9.72E-8 2 Kontak dermal dengan kontaminan dalam sedimen 1.08E-6 1.41E-6 3 Asupan dari air sungai 2.52E-6 5.40E-7 4 Asupan dari material tersuspensi 1.64E-10 3.51E-11 5 Asupan dari sedimen 1.04E-6 7.80E-8 Total 5.59E-6 2.13E-6 Total paparan harian rata-rata mgkg bbhari adalah 7 6 13 . 2 64 70 6 59 . 5 6 − + − E x E x = 1.99E-5 HQ = 5 40 . 1 5 99 . 1 − − E E = 1.42 Berdasarkan kriteria kebahayaan risiko yang diberikan oleh Landis Ming 1999, yaitu sangat berisiko, hazard quotient HQ 1, risiko potensial HQ = 1, dan risiko rendah HQ 1, maka pencemaran Hg di perairan Kali Surabaya sangat berisiko bagi individu dengan berat badan 70 kg dewasa dan 15 kg anak bila melakukan aktivitas berkontak dengan air dan dasar sungai mandi, berenang, mencuci dengan frekuensi 30 haritahun selama 1-2 jamhari, karena nilai HQ di atas 1.

5.5 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran