Karakteristik Kimia Kualitas Air Sungai

26 perairan. Sebagai contoh, air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian. Beberapa polutan logam berat yang sering mencemari air buangan dan sangat berbahaya bagi kehidupan di sekitarnya adalah merkuri, kadmium dan timbal. 3 Konduktivitas Konduktivitas atau daya hantar listrik DHL adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk menghantarkan aliran listrik. Pada suatu perairan, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, nilai DHL semakin tinggi. Perairan alami memiliki nilai DHL sekitar 20 – 1500 μScm, sedangkan perairan laut memiliki nilai DHL sangat tinggi karena banyak mengandung garam terlarut. Limbah industri memiliki nilai DHL mencapai 10000 μScm.

2.2.2 Karakteristik Kimia

Karakteristik kimia yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi pH, DO, BOD, COD, NH 3 , NO 3 - , NO 2 - , PO 4 3- Oksigen terlarut DO merupakan kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan. Oksigen terlarut dimanfaatkan oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan Salmin 2005. , kadar logam berat, dan lain-lain. 1 Derajat Keasaman pH Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kekuatan asam dan basa dalam air. Derajat keasaman air penting untuk menentukan nilai daya guna perairan baik bagi keperluan rumah tangga, irigasi, kehidupan organisme perairan dan kepentingan lainnya Moelyadi 1998. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, serta suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan. pH merupakan salah satu parameter penting dalam pemantauan kualitas air. Perubahan pH dalam perairan akan mempengaruhi perubahan dan aktivitas biologis. Pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung dengan baik pada kisaran pH 6.5 – 8.5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah Effendi 2003. 2 Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen, DO 27 Di samping itu, oksigen terlarut juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan oksigen oleh biota air, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Kelarutan oksigen di dalam air sangat rendah. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian, dan berkurangnya tekanan atmosfer. Misalnya kadar oksigen pada suhu 0 o C, 10 o C, 20 o C dan 30 o Air permukaan yang jernih pada umumnya jenuh dengan oksigen terlarut, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen C masing-masing adalah 14.6, 11.3, 9.1 dan 7.6 mgl Milono 1998. Oksigen merupakan elemen yang sangat penting di dalam pengendalian kualitas air, karena oksigen sangat esensial bagi kehidupan biologis organisme air. Pembuangan limbah ke dalam perairan akan menentukan keseimbangan oksigen di dalam sistem. Menurut Rahayu dan Tontowi 2005, besarnya oksigen terlarut dalam air menunjukkan tingkat kesegaran air di lokasi tersebut; apabila kadar oksigen terlarut rendah maka ada indikasi telah terjadi pencemaran oleh zat organik. Hal ini terjadi karena semakin banyak zat organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme, semakin banyak pula oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme. Menurut Odum 1996, kandungan oksigen terlarut yang tertinggi akan diperoleh pada sungai yang relatif dangkal dan berbatu atau pada lokasi yang mempunyai turbulensi air yang relatif tinggi. Kadar oksigen terlarut yang disyaratkan sesuai PP 822001 untuk peruntukan air baku air minum dan pembudidayaan ikan air tawar masing-masing adalah 6 dan 3 mgl. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi air stagnant diam atau terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau angin. Difusi oksigen dari atmosfer ke perairan pada hakekatnya berlangsung relatif lambat, meskipun terjadi pergolakan massa air atau gelombang. 28 yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Kandungan oksigen terlarut merupakan hal penting bagi kelangsungan organisme perairan, sehingga penentuan kadar oksigen terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Menurut Lee et al.1978, kandungan oksigen terlarut pada suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan, seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kriteria kualitas air berdasarkan kandungan DO Lee et al. 1978 No. Kriteria Kualitas Air Kandungan DO mgl 1. 2. 3. 4. Tidak tercemar dan tercemar sangat ringan Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat 6.5 4.5 – 6.4 2.0 – 4.4 2.0 3 Kebutuhan Oksigen Biokimia Biochemical Oxygen Demand, BOD 5 Kebutuhan oksigen biokimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme anaerobik di dalam lingkungan air untuk mendegradasi bahan buangan organik yang ada dalam lingkungan air tersebut dalam waktu lima hari Wardhana 2001. BOD merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan. Menurut Rahman 1996, BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang ada di dalam air yang dapat didegradasi secara biologis. Perairan dengan nilai BOD 5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik dan menurunnya kualitas perairan. Nilai BOD berbanding lurus dengan jumlah bahan organik di perairan. Bahan organik akan distabilkan secara biologik dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Mikroorganisme aerob di dalam air yang berfungsi sebagai perombak bahan organik hanya dapat menjalankan fungsinya bila terdapat oksigen yang cukup. Pemanfaatan oksigen oleh mikroorganisme aerobik melalui proses oksidasi dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi anaerob yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik. Lee et al. 1978 menyatakan bahwa tingkat pencemaran suatu perairan dapat dinilai berdasarkan nilai BOD- nya, seperti disajikan pada Tabel 7. 29 Tabel 7 Status kualitas air berdasarkan nilai BOD 5 No. Lee et al. 1978 Kriteria Kualitas Air Kandungan BOD 5 mgl 1. 2. 3. 4. Tidak tercemar Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat ≤ 2.9 3.0 – 5.0 5.1 – 14.9 ≥ 15.0 BOD memberikan gambaran seberapa banyak oksigen yang telah digunakan oleh aktivitas mikroba selama waktu yang ditentukan. Analisis BOD adalah suatu analisis empirik yang mencoba mendekati secara global proses-proses biokimia atau mikrobiologis yang benar-benar terjadi di alam atau perairan, sehingga uji BOD berlaku sebagai simulasi suatu proses biologis, yaitu oksidasi senyawa organik yang terjadi di perairan secara alami. Kriteria BOD untuk air baku air minum, pembudidayaan ikan air tawar, dan air pertanian masing-masing adalah 2, 6, dan 12 mgl. 4 Kebutuhan Oksigen Kimia Chemical Oxygen Demand, COD Kebutuhan oksigen kimia COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO 2 dan H 2 O. Semakin tinggi nilai COD, semakin tinggi pula pencemaran oleh zat organik Rahayu Tontowi 2005. Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik baik yang dapat didekomposisi secara biologis maupun yang tidak. Pada umumnya sumber oksigen yang digunakan adalah K 2 Cr 2 O 7 Senyawaan nitrogen di perairan dapat berbentuk gas nitrogen N dalam suasana asam. Menurut UNEP 1992 dalam Effendi 2003, nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgl, sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mgl dan pada limbah industri dapat mencapai 60000 mgl. Kriteria COD untuk air baku air minum adalah 10 mgl. 5 Amonia, Nitrat, dan Nitrit 2 , amonia terlarut NH 3 , nitrit, nitrat, senyawa amonium, dan senyawa bentuk lain yang berasal dari limbah pertanian, pemukiman, dan industri. Senyawaan nitrogen tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen bebas dalam air. Pada saat kadar oksigen rendah, nitrogen akan bergerak menuju amonia, sedangkan pada 30 saat kadar oksigen tinggi, nitrogen akan bergerak menuju nitrat Hutagalung Rozak 1997. Amonia dan nitrat menjadi sumber nitrogen utama di perairan. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari amonium. Amonia merupakan produk utama dari penguraian limbah nitrogen organik protein dan urea yang keberadaannya menunjukkan terjadinya pencemaran oleh senyawa tersebut Manahan 2005. Proses penguraian tersebut dikenal dengan istilah amonifikasi Novonty Olem 1994, dengan persamaan reaksi berikut: N-organik + O 2 amonifikasi NH 3 -N Secara kimia, keberadaan amonia di dalam perairan dapat berupa amonia terlarut NH 3 dan ion amonium NH 4 + . Amonia bebas NH 3 2 NH yang tidak terionisasi bersifat toksik bagi organisme akuatik. Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu perairan. Menurut Effendi 2003, toksisitas amonia terhadap organisme akuatik dipengaruhi oleh pH, kadar oksigen terlarut, dan suhu. Pada pH rendah amonia akan bersifat racun jika jumlahnya banyak, sedangkan pada kondisi pH tinggi amonia akan bersifat racun meskipun kadarnya rendah. Penurunan kadar oksigen terlarut akan meningkatkan toksisitas amonia dalam perairan. Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0.1 mgl. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0.2 mgl. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0.2 mgl, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Nitrat adalah bentuk utama dari senyawa nitrogen di perairan dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Ion nitrat yang terlarut mempunyai bentuk paling stabil dari senyawa nitrogen di permukaan air yang berasal dari oksidasi senyawa nitrogen. Konsentrasi nitrat di suatu perairan diatur dalam proses nitrifikasi, yaitu proses perubahan amonia menjadi nitrit kemudian nitrat Rahman 1996. 3 + 3 O 2 Nitrosomonas 2 NO 2 - + 2H + + H 2 2 NO O + Energi 2 - + O 2 Nitrobacter 2 NO 3 - + Energi Reaksi nitrifikasi tersebut merupakan suatu reaksi kemosintesis yang memanfaatkan bakteri nitrogen. Menurut Novonty dan Olem 1994, faktor yang berpengaruh pada reaksi nitrifikasi adalah pH, kadar oksigen terlarut, bakteri nitrifikasi, dan suhu. 31 Pada perairan alami, kadar nitrat umumnya kurang dari 0.1 mgl. Kadar nitrat yang lebih besar dari 5 mgl menunjukkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja Effendi 2003. Menurut Manahan 2005, ion nitrit terdapat dalam air sebagai an intermediate oxidation state dari nitrogen, yaitu bentuk peralihan antara amonia dan nitrat nitrifikasi dan antara nitrat dan gas nitrogen denitrifikasi. Menurut Boyd 1988 dalam Effendi 2003, proses denitrifikasi yang terjadi di perairan sesuai reaksi berikut: NH NO 3g 3 - l NO 2 - l N 2 O g N 2g Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah. Menurut Effendi 2003, sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit di perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Di perairan alami, kadar nitrit sekitar 0.001 mgl dan tidak melebihi 0.06 mgl. Kadar nitrit yang lebih dari 0.05 mgl dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. 6 Fosfat Ortofosfat dan polifosfat merupakan bentuk senyawaan fosfat yang umum ditemuka n di perairan. Di samping bentuk anorganik, senyawa fosfat juga ditemukan dalam bentuk organik, misalnya asam nukleat, gula fosfat, polifosfat, dan bentuk senyawa fosfat organik lainnya. Senyawa fosfat di perairan dapat berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan, dan lapukan tumbuhan dan dari limbah industri, limbah pertanian, dan limbah domestik. Keberadaan fosfat yang berlebihan di badan air menyebabkan suatu fenomena eutrofikasi Masduqi 2004. Untuk mencegah kejadian tersebut, air limbah yang akan dibuang harus diolah terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan fosfat sampai pada nilai tertentu baku mutu efluen 2 mgl. Dalam pengolahan air limbah, fosfat dapat disisihkan dengan proses fisika-kimia maupun biologis. 32 Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana di perairan. Reaksi ionisasi asam ortofosfat ditunjukkan dalam persamaan berikut: H 3 PO 4 H + + H 2 PO 4 H - 2 PO 4 - H + + HPO 4 HPO 2- 4 2- H + + PO 4 3- Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan feri Fe 2 PO 4 3 bersifat tidak larut dan mengendap di dasar perairan. Pada saat terjadi kondisi anaerob Fe 3+ mengalami reduksi menjadi Fe 2+ yang bersifat larut dan melepaskan fosfat ke perairan, sehingga meningkatkan keberadaan fosfat di perairan Brown diacu dalam Effendi 2003. Kandungan fosfat di perairan meningkat terhadap kedalaman. Menurut Hutagalung dan Rozak 1997, kandungan fosfat yang rendah dijumpai di permukaan dan kandungan fosfat yang lebih tinggi dijumpai pada perairan yang lebih dalam. Senyawa ortofosfat merupakan faktor pembatas bila kadarnya di bawah 0.009 mgl. Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: perairan oligotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0.003 – 0.1 mgl; perairan mesotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0.011 – 0.03 mgl; dan perairan eutrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0.031 – 0.1 mgl. 7 Logam Berat Merkuri, Timbal, dan Kadmium Logam berat adalah kelompok logam yang memiliki kerapatan yang tinggi dan secara umum merupakan elemen yang berbahaya di permukaan bumi. Menurut Hutagalung dan Rozak 1997, logam berat merupakan kelompok logam yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 gcm 3 . Istilah logam berat juga sering digunakan untuk memerikan logam-logam yang memiliki sifat toksisitas pada makhluk hidup. Terdapat 80 jenis unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Secara toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu: 33 1 Logam Berat Esensial Logam berat ini keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebihan dapat menimbulkan efek keracunan. Contoh logam berat jenis ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, dan Mn. 2 Logam Berat Tidak Esensial Logam berat ini keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan bersifat racun. Contoh logam berat tidak esensial adalah Hg, Pb, Cd, dan Cr. Kontaminasi logam berat dapat berasal dari proses alam seperti perubahan siklus alamiah mengakibatkan batu-batuan dan gunung berapi memberikan kontribusi yang sangat besar ke lingkungan. Di samping itu masuknya logam berat ke lingkungan adalah akibat faktor manusia, seperti pembakaran minyak bumi, pertambangan, peleburan, proses industri, kegiatan pertanian, peternakan dan kehutanan, serta limbah buangan termasuk sampah rumah tangga. Di dalam air biasanya logam berat berikatan dalam senyawa kimia atau dalam bentuk ion logam, bergantung pada kompartemen tempat logam tersebut berada. Biasanya tingkat konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut tingkat pencemarannya, yaitu polusi berat, polusi sedang, dan non polusi. Suatu perairan dengan tingkat polusi berat biasanya memiliki kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota yang hidup di dalamnya berada dalam batas marjinal. Secara alami, keberadaan logam berat di perairan biasanya ditemukan dalam jumlah renik trace, yaitu kurang dari 1 μgl. Waldichuk dalam Darmono 2001, melaporkan bahwa konsentrasi logam dalam perairan secara ilmiah berbeda untuk jenis airnya, karena salah satu logam kandungannya tinggi dalam air tawar dan logam lain sangat rendah. Merkuri Hg memiliki nomor atom 80, massa molar 200.59 gmol, titik lebur -38.9 o C, titik didih 356.6 o C, dan densitas 13.546 gml. Logam Hg berbentuk cair, berwarna putih perak, dan mudah menguap pada suhu ruangan. Berbagai produk industri yang mengandung Hg, diantaranya adalah pompa vokum, bola lampu, penambal gigi, barometer, dan termometer. 34 Di alam, Hg ditemukan dalam bentuk unsur merkuri Hg o , merkuri monovalen Hg +1 , dan merkuri bivalen Hg +2 . Di perairan Hg mudah berikatan dengan klor membentuk ikatan HgCl. Merkuri anorganik HgCl akan berubah menjadi merkuri organik oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada sedimen di dasar perairan. Hg juga dapat bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organomerkuri. Menurut Budiono 2002 diacu dalam Widowati et al. 2008, merkuri yang masuk dalam lingkungan perairan meliputi: 1 Hg anorganik yang berasal dari air hujan atau air sungai; 2 Hg organik, misalnya fenil merkuri C 6 H 5 -Hg, metil merkuri CH 3 -Hg + , metoksi-etil merkur i CH 3 O-CH 2 -CH 2 - Hg; 3 Hg yang terikat dalam bentuk suspended soil sebagai Hg 2+ Menurut Setyorini 2003a, banyak sungai di Indonesia tercemar merkuri, antara lain kali Cisadane, kali Pongkor, sungai Siak, sungai Ciliwung, dan kali Banger yang kesemuanya telah melampaui telah melampau ambang batas. Penelitian Arisandi 2002 di kali Surabaya menyatakan bahwa sumber pencemaran Hg berasal dari industri pulp dan kertas, industri batu baterai, dan sampah rumah tangga berupa baterai, lampu neon, dan AC dengan kandungan Hg melebihi ambang baku mutu dan konsentrasi yang terus meningkat di bandingkan kandungan Hg di air pada tahun 2001. Kadar Hg dalam air di beberapa lokasi sepanjang kali Surabaya di daerah Driyorejo sebesar 0.0584 – 0.0892 mgl, di Warugunung sebesar 0.0275 – 0.0368 mgl, di Karang Pilang 0.0134 – 0.0308 mgl, di Kemlaten 0.0067 – 0.0142 mgl, dan di Kedurus 0.0049 – 0.0348 mgl. Semuanya telah melampaui nilai ambang batas sebesar 0.001 mgl Arisandi 2004. Pencemaran merkuri juga terjadi di perairan laut. Hasil penelitian Pusarpedal 2002 di enam pelabuhan menunjukkan bahwa di dermaga barang Pelabuhan Baai Bengkulu, kadar Hg mencapai 4. 254 μgl, di dermaga peti kemas Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 2. 520 μgl, di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebesar 1. 080 μgl, sedangkan di Pelabuhan Merak Banten, Pelabuhan ; dan 4 logam Hg yang berasal dari kegitan industri. Senyawa metil merkuri memiliki kelarutan tinggi dalam tubuh hewan air, sehingga Hg terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan air. Menurut Wijayanto 2005, akumulasi Hg dalam tubuh hewan air disebabkan oleh pengambilan Hg oleh organisme air yang lebih cepat dibandingkan proses ekresi. Kadar Hg dalam ikan bisa mencapai 100 000 kali dari kadar Hg dalam air di sekitarnya. 35 Panjang Lampung, dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya kadar Hg kurang dari 1. 5 μgl Widowati 2008. Kadmium Cd adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 40, massa molar 112.4 gmol, titik leleh 321 o C, titik didih 767 o C, dan densitas 8.65 gml. Kadmium berwarna putih perak, bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, tidak larut dalam basa, dan mudah bereaksi. Logam Cd banyak digunakan untuk elektroplating dan galvanisasi. Kadmium juga banyak digunakan sebagai pigmen warna cat, keramik, plastik, stabilizer plastik, katoda untuk Ni-Cd pada baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, pigmen untuk gelas, dan untuk pencampur logam lain, seperti nikel, emas, tembaga, dan besi Widowati 2008. Banyak sungai di Indonesia telah tercemar logam kadmium, seperti Kali Surabaya, Kali Porong, Sungai Musi, dan sembilan sungai di Bekasi yang terkontaminasi oleh logam Cd melebihi baku mutu Setyorini 2003b. Pencemaran Cd juga terjadi di daerah ekosistem pesisir Kenjeran Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian Imron 2007, rata-rata konsentrasi Cd dalam limbah industri elektroplating adalah 0.0830 mgl, industri percetakan sebesar 0.0731 mgl, industri plastik sebesar 0.0060 mgl, dan industri makanan sebesar 0.0066 mgl. Kadar Cd di saluran Kenjeran meliputi konsentrasi Cd di sungai sebesar 0.0295 mgl dan sedimen sebesar 3.8056 mgl. Timbal Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal memiliki nomor atom 82, massa molar 207.20 gmol, titik leleh 328 o C, titik didih 1740 o C, dan densitas 11.34 gmL. Menurut Darmono 2001, logam Pb mempunyai sifat tahan karat, reaktif, mudah dimurnikan, bertekstur lunak, dan dengan logam lain dapat membentuk campuran yang lebih baik daripada logam murninya. Logam timbal di bumi jumlahnya sangat sedikit, yaitu 0.0002 dari jumlah kerak bumi bila dibandingkan dengan jumlah kandungan logam lainnya yang ada di bumi Palar 2004. Logam Pb banyak digunakan dalam industri baterai, industri percetakan tinta, kabel, penyepuhan, pestisida, zat antiletup pada bensin, zat penyusun patri, dan sebagai formulasi penyambung pipa. Pencemaran timbal berasal dari sumber alami maupun limbah hasil aktivitas manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik di lingkungan air, udara, maupun tanah. 36

2.3 Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi