Model pengendalian pencemaran air pada Wilayah Kali Surabaya

(1)

PADA WILAYAH KALI SURABAYA

SUWARI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Model Pengendalian Pencemaran Air pada Wilayah Kali Surabaya” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2010

Suwari


(3)

the direction of ETTY RIANI as chairman, BAMBANG PRAMUDYA and ITA DJUWITA as advisory committee members.

The Surabaya River plays an important role as water supply of the Surabaya PDAM, irrigation, industry, transportation, and means of recreation. However, domestic, industrial, and agricultural waste that were discharged into the river stream polluted the Surabaya River and decreased the carrying capacity and assimilative capacity. Therefore, effort to monitor and control the Surabaya River water pollution need to be well organized and implemented. The aim of the research is to develop a model of water pollution control on Surabaya River region. The research was conducted in five steps, i.e. (1) determine the existing condition of physical and chemical parameters, (2) determine the load pollution and level of pollution, (3) determine the priority of reduction activities of loading pollution and technology control, (4) build dynamics model of water pollution control, and (5) formulate policies or scenarios of water pollution control of the Surabaya River. The research was carried out based on field survey, in situ and laboratory sample examination, questionnaire, and expert judgement. The loading pollution was determined by rapid assessment. The STORET method and pollution index were used to determine the water quality status and level of water pollution. Analytical hierarchy process (AHP) and comparative performance index (CPI) were used to determine the priority of reduction activities and technology control. Pollution control model developed in this study was built into three sub-models, namely: (1) ecology sub-model, (2) social sub-model, and (3) economy sub-model using powersim constructor 2.5 version. Pollution control scenarios were developed using prospective analysis. The results of water pollution parameters such as total suspended solid (TSS), dissolved oxygen

(DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), nitrite

(N-NO2

Keywords: pollution control, prospective analysis, surabaya river, system approach

), and the level of mercury (Hg) were higher than the allowable class 1 standard. The sources of Surabaya River pollution mainly are domestic and industrial waste with total load of BOD, COD, and TSS are 55.49, 132.58, and 210.13 ton/day, respectively. According to water quality status, the Surabaya River is categorized as heavy polluted and the loading pollution need to be decreased. Simple management and efficiency are mainly criteria for reduction activities of loading pollution with determining water class as top alternative following with illumination and calculated the carrying capacity toward water pollution load. The wastewater garden, filtration, screening, and biofilter are priority of technology control in sequence. By using prospective analysis, there were five important factors that affect the future of the Surabaya River water pollution control, i.e.: (1) population growth and community awareness, (2) community perception, (3) implementation of regulations, (4) commitment/local government support, and (5) system and institutional capacity. There are three development scenarios, that are pessimistic, moderate and optimistic. The moderate and optimistic scenario are the realistic scenarios that occur in the future for Surabaya River water pollution control in considering of ecology, social and economy aspects.


(4)

Dibimbing oleh ETTY RIANI, BAMBANG PRAMUDYA dan ITA DJUWITA. Kali Surabaya merupakan bagian hilir (downstream) dari sungai Brantas yang mengalir dari Dam Mlirip hingga pintu air Jagir. Keberadaan Kali Surabaya sangat penting bagi keberlangsungan perekonomian dan kelangsungan hidup bagi masyarakat, industri, pertanian, dan niaga di sekitar bantaran kali serta sumber air baku PDAM Kota Surabaya. Peningkatan pembuangan limbah domestik dan industri di sepanjang Kali Surabaya telah menyebabkan penurunan daya dukung dan daya tampung Kali Surabaya. Kondisi ini jika dibiarkan akan menimbulkan dampak ekologis, ekonomis, dan sosial bagi masyarakat dan membutuhkan biaya pemulihan yang lebih besar. Karenanya, upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya perlu dilakukan secara baik.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk membangun model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya. Penelitian dilakukan dalam lima tahap, yaitu (1) menentukan kondisi eksisting parameter fisik kimia perairan Kali Surabaya, (2) menentukan beban dan tingkat pencemaran, (3) menentukan prioritas kegiatan reduksi beban pencemaran dan teknologi pengendalian, (4) membangun model dinamis pengendalian pencemaran air, dan (5) merumuskan kebijakan atau skenario pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

Penelitian dilaksanakan dengan cara survei lapangan, pemeriksaan contoh secara langsung di lapangan dan di laboratorium, penyebaran angket, dan wawancara mendalam dengan pakar. Metode yang digunakan untuk menentukan beban pencemaran adalah rapid assessment. Status kualitas air dan tingkat pencemaran dianalisis dengan metode STORET dan indeks pencemaran, sedangkan prioritas kegiatan reduksi beban pencemaran dan teknologi pengendalian dianalisis dengan metode analytical hierarchy process (AHP) dan comparative performance index

(CPI). Model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya yang terdiri atas tiga sub-model, yaitu (1) sub-model ekologi, (2) sub-model ekonomi, dan (3) sub-model sosial, dibangun melalui pendekatan sistem menggunakan program powersim versi 2.5, sementara penyusunan skenario berupa rancangan kebijakan pengendalian pencemaran dikembangkan dengan menggunakan analisis prospektif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting parameter pencemaran air Kali Surabaya seperti total padatan terlarut (TSS), oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), nitrit (N-NO2), dan kadar merkuri (Hg) telah melampaui baku mutu air kelas 1 dan

memerlukan penurunan beban pencemaran, sedangkan suhu air, konduktivitas, pH, N-NO3, N-NH3, P-PO4, Pb, dan Cd menunjukkan hasil sebaliknya. Nilai TSS

rata-rata 65.01 mg/l dan nilai tertinggi dijumpai di Jembatan Jrebeng (74.67 mg/l), kadar DO di zona hulu lebih tinggi dibandingkan zona tengah dan hilir. Nilai DO tertinggi terdapat di Canggu (6.6 mg/l) dan terendah di Jembatan Sepanjang (2.5 mg/l) dengan nilai rata-rata 4.06 mg/l. Kadar BOD, COD, N-NO2 dan Hg, Kali Surabaya tidak

memenuhi baku mutu air kelas 1 pada semua stasiun pengamatan. Nilai rata-rata BOD 4.84 mg/l, tertinggi ditemukan di Tambangan Bambe (10.75 mg/l) dan terendah di Gunungsari (3.35 mg/l), COD tertinggi di Tambangan Bambe (28.89


(5)

Pencemar Kali Surabaya terutama bersumber dari limbah domestik dan industri. Total beban pencemaran BOD Kali Surabaya adalah 55.49 ton/hari, COD 132.58 ton/hari, dan TSS 210.13 ton/hari. Kontribusi limbah domestik, industri, dan pertanian terhadap beban BOD berturut-turut adalah 59.77, 40.05, dan 0.18%, terhadap beban COD 54.1, 45.74, dan 0.15%, dan kontribusi terhadap TSS adalah 80.37, 19.30, dan 0.33%. Sebanyak lima industri memerluka n prioritas pengendalian, yaitu PT Surya Agung Kertas, PT Surabaya Mekabox, PT Adiprima Suraprinta, PT Suparma, dan PT Miwon. Kelima industri tersebut menyumbang sekitar 63% beban BOD dan 64% beban COD sektor industri ke Kali Surabaya. Status mutu air Kali Surabaya berdasarkan nilai indeks STORET termasuk kelas D atau berada dalam kondisi tercemar berat dengan nilai indeks -80 hingga -104, sedangkan berdasarkan pollution index, tingkat pencemaran badan air Kali Surabaya berada dalam status tercemar ringan hingga sedang dengan nilai pollution index 2.03 – 5.59.

0.0092 mg/l atau 9.2 kali baku mutu.

Kajian proyeksi dampak pencemaran terhadap kesehatan penduduk diperoleh hasil bahwa keberadaan logam Hg, Pb, dan Cd dalam air minum PDAM Kota Surabaya tidak terdeteksi sehingga tidak berisiko terhadap kesehatan, namun kandungan Hg di Kali Surabaya yang mencapai rata-rata 0.0092 mg/l sangat berisiko bagi individu dengan berat badan 70 kg (dewasa) dan 15 kg (anak) bila melakukan aktivitas berkontak dengan air dan dasar sungai dengan frekuensi 30 hari/tahun selama 1-2 jam/hari, karena nilai HQ (hazard quotient) > 1.

Hasil analisis prioritas kegiatan reduksi beban pencemaran Kali Surabaya dengan AHP menunjukkan bahwa kemudahan manajemen dan efisiensi (eigen value

0.317 dan 0.305) sebagai kriteria utama, dengan prioritas utama alternatif adalah penetapan kelas air Kali Surabaya (eigen value 0.200), diikuti dengan penyuluhan, penetapan daya tampung beban pencemaran, pemantauan kualitas limbah dan sumber air, pembuatan UPL komunal, penataan ruang, pengetatan sistem perizinan pembuangan limbah, sistem penegakan hukum lingkungan, pajak limbah industri, dan terakhir relokasi industri. Hasil penilaian teknologi pengendalian pencemaran menggunakan metode CPI menunjukkan bahwa wastewater garden (nilai alternatif 111.50) merupakan alternatif terbaik diikuti dengan filtrasi, screening, biofilter, pengendapan, lumpur aktif, dan peringkat terakhir adalah disinfeksi.

Hasil pemodelan dinamik menunjukkan bahwa model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya yang dibangun memiliki kinerja yang baik dan mampu menggambarkan prilaku sistem nyata, dengan nilai validitas absolute mean error (AME) dan absolute variation error (AVE) < 10%. Hasil analisis prospektif terhadap faktor-faktor yang berpengaruh diperoleh lima faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor yang rendah, yaitu (1) pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat, (2) persepsi masyarakat, (3) implementasi peraturan pengendalian pencemaran, (4) komitmen/dukungan Pemda, dan (5) sistem dan kapasitas kelembagaan. Hasil kombinasi antara kondisi faktor menghasilkan tiga skenario pengendalian pencemaran air Kali Surabaya, yaitu (1) skenario pesimis, (2) skenario moderat, dan (3) skenario optimis.


(6)

kondisi eksisting, sedangkan skenario moderat dan optimis mampu menurunkan total beban pencemaran air Kali Surabaya masing-masing dengan nilai PTP 25.23 dan 36.21% di bawah kondisi eksisting. Skenario moderat dan skenario optimis merupakan skenario realistis yang terjadi di masa depan untuk pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi, namun perlu didukung beberapa kebijakan berupa (1) peningkatan persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, (2) revitalisasi program KB, (3) komitmen/ dukungan pemerintah baik fisik maupun non fisik terhadap pengendalian pencemaran, (4) penegakan hukum lingkungan secara tegas, adil, dan konsisten, (5) peningkatkan sistem dan kapasitas kelembagaan pengelola Kali Surabaya, dan (6) pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal domestik.


(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumber:.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(8)

SUWARI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(9)

Ujian Tertutup

Dilaksanakan pada tanggal 18 November 2010, Waktu Ujian: jam 13.00 – selesai Penguji Luar Komisi : 1. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc

Staf Pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB

2. Dr. Ir. Machfud, MS

Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB

Ujian Terbuka

Dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2010, Waktu Ujian: jam 13.00 – selesai Penguji Luar Komisi : 1. Prof. Ir. Frans Umbu Datta, M.App.Sc, Ph.D

Rektor Universitas Nusa Cendana, Kupang 2. Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS Staf Pengajar Departemen Kimia Fakultas MIPA IPB


(10)

Nama : SUWARI

NRP : P062070081

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui: Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Etty Riani, M.S

Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N, M.Eng

Anggota Anggota

Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil

Mengetahui

Plh. Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya

Alam dan Lingkungan

Dr. drh. Hasim, DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S


(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2009 ini ialah pencemaran air, dengan judul Model Pengendalian Pencemaran Air pada Wilayah Kali Surabaya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Etty Riani, MS, selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan curahan waktu, nasehat, arahan, dan motivasi secara terus menerus dengan penuh dedikasi dari awal perencanaan penelitian sampai selesainya disertasi ini;

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N., M.Eng dan Dr. drh. Ita Djuwita, M.Phil, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, semangat, dan koreksi-koreksinya yang kritis dan tajam sehingga menambah kualitas disertasi ini;

3. Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S yang telah banyak memberikan bantuan dan pelayanannya selama menjadi ketua program studi dan bekal pengetahun tentang permasalahan lingkungan dan pembangunan, metode penelitian dan penulisan disertasi dengan konsep dan caranya yang khas;

4. Dr. drh. Hasim, DEA, selaku ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas segala bantuan dan pelayanannya;

5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPS;

6. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Doktor di Instutut Pertanian Bogor;

7. Rektor dan Dekan Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, atas izin pendidikan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Doktor di Institut Pertanian Bogor;

8. Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc dan Dr. Ir. Machfud, MS, sebagai penguji luar komisi pada acara ujian tertutup yang telah banyak memberikan saran perbaikan; 9. Prof. Ir. Frans Umbu Datta, M.App.Sc., Ph.D dan Prof. Dr. Ir. Latifah K.

Darusman, MS, sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka, yang telah memberikan kritik dan saran perbaikan disertasi ini;

10.Ir. Fahmi Hidayat, MT, Firman Sarifudin, S.Si, Inni Dian, S.Si, Imam Buchori, S.Si, ibu Rifda, pak Naryo, dan mas Viving semuanya dari Perum Jasa Tirta I yang telah banyak membantu penulis dalam survei lapangan, sampling air Kali Surabaya dan air limbah, analisis laboratorium, wawancara, pengisian kuesioner dan penyediaan data sekunder;

11.Ir. Mas Agus Mardyanto, Ph.D dan Dr. Ir. Ali Masduqi, MT dari Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, atas waktu yang diberikan untuk wawancara, pengisian kuesioner, dan diskusi serta masukan-masukannya yang sangat berarti dalam penulisan disertasi ini;


(12)

Manager Ecoton, atas waktu yang diberikan untuk wawancara, pengisian kuesioner, dan kesediaannya memandu penulis menelusuri lokasi-lokasi outlet pembuangan limbah sepanjang Kali Surabaya;

13.Ir. Togar Arifin Silaban, M.Eng selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya dan Ir. Supriyo selaku Kepala Bidang Pengendalian Lingkungan Kota Surabaya atas penyediaan data sekunder dan waktu yang diberikan untuk wawancara dan pengisian kuesioner;

14.Ir. Dewi J. Putriatni, M.Sc selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Jawa Timur dan Ir. Drajat Irawan, SE, MT selaku Kabid Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan atas bantuan penyediaan data sekunder dan waktu yang diberikan untuk wawancara dan pengisian kuesioner;

15.Ir. Gatot Suryantono, MT selaku Sekretaris Dinas PU Pengairan Jatim dan Ir. Bahmid Tohary, M.Eng selaku Kasub Dinas Penyusunan Program atas bantuan penyediaan data sekunder dan waktu yang diberikan untuk wawancara dan pengisian kuesioner;

16.Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, khususnya angkatan 2007 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama menempuh pendidikan.

17.Kedua orang tua dan mertua saya, ayuk, adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan Doktor di Institut Pertanian Bogor;

18.Istriku Rini Listari, S.Pd dan putra-putriku Riski Mahes, Lala Citra, dan Dimas Satria atas segala pengorbanan dan dorongan semangat yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap semoga disertasi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2010


(13)

sebagai anak kedua pasangan M. Masri dan Supingah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Kimia pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran dan menamatkannya pada tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2007. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana sejak 1994 sampai sekarang. Mata kuliah yang diasuh adalah kimia dasar, kimia analitik, pengelolaan laboratorium kimia, dan kimia instrumen.

Artikel ilmiah penulis berjudul “Penentuan Status Mutu Air Kali Surabaya dengan Metode STORET dan Indeks Pencemaran” telah diterbitkan dalam Majalah Ilmiah Widya ISSN: 0215-2800, tahun 27 Nomor 297 Juni 2010. Artikel lain berjudul “Profil Pencemaran Air Kali Surabaya dan Strategi Pengendaliannya” diterbitkan pada Buletin Penelitian dan Pengembangan Forum Alumni IAEUP Undana ISSN 1412-3703, Volume 11, Nomor 2, Juli 2010. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.


(14)

xiv DAFTAR TABEL ... xvii DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ………...

xix xxii I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Tujuan Penelitian ... 1.3 Kerangka Pemikiran ... 1.4 Perumusan Masalah ... 1.5 Manfaat Penelitian ... 1.6 Kebaruan (Novelty) ...

1 1 5 6 7 10 10 II TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Pencemaran Air Sungai ... 2.1.1. Sumber Pencemar Air Sungai ... 2.1.2. Bahan pencemar Air Sungai ... 2.2 Kualitas Air Sungai ... 2.2.1. Karakteristik Fisik ... 2.2.2. Karakteristik Kimia ... 2.3 Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi ... 2.4 Kondisi Sungai-sungai di Indonesia ... 2.5 Gambaran Umum Kali Surabaya ... 2.6 Bahan Kimia Toksik ………. 2.7 Dampak Pencemaran Air terhadap Ekosistem dan Kesehatan ... 2.8 Analisis Risiko Kesehatan ... 2.9 Metode Analisis Hirarki Proses ... 2.10 Metode Perbandingan Indeks Kinerja dan Perbandingan

Eksponensial ... 2.11 Model dan Pemodelan Sistem ... 2.12 Konsep Dasar Sistem Dinamik ………..…………...

2.13 Sistem Dinamik dalam Pengendalian Pencemaran Air ... III METODOLOGI PENELITIAN ...

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.2 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 3.3 Alat dan Bahan ... 3.4 Metode Pengumpulan Data ... 3.5 Rancangan Penelitian ...

3.5.1 Penentuan Kualitas Air…... ... 3.5.2 Beban Pencemaran dan Tingkat Pencemaran... 3.5.3 Proyeksi Risiko Dampak Pencemaran Hg, Cd, dan Pb

terhadap Kesehatan ...………... 3.5.4 Pemilihan Kegiatan Reduksi Beban Pencemaran yang

Efektif dan Efisien ...

11 11 13 21 24 24 26 36 37 39 46 48 56 59 61 63 64 66 69 69 70 71 72 73 73 73 74 74


(15)

xv 3.6.1 Analisis Fisika dan Kimia Kualitas Air ...

3.6.2 Analisis Status Kualitas Air ... 3.6.3 Analisis Beban Pencemaran dan Tingkat Pencemaran ... 3.6.4 Analisis Risiko Dampak Pencemaran terhadap Kesehatan .... 3.6.5 Pendekatan Sistem dalam Desain Model Pengendalian Pencemaran Air ... 3.6.6 Validasi Model ... 3.6.7 Analisis Pengembangan Skenario Pengendalian Pencemaran Air ... IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN ………... 4.1 Kondisi Geografis ………. 4.2 Kondisi Iklim ……… 4.3 Tata Guna Lahan ……….. 4.4 Kondisi Hidrolis dan Debit Air Kali Surabaya ……… 4.5 Kondisi Sosial Ekonomi ………... 4.5.1 Kependudukan ……… 4.5.2 Pendidikan ……….. 4.5.3 Kondisi Ekonomi ……… V HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 5.1 Kondisi Eksisting Perairan Kali Surabaya ……….. 5.1.1 Suhu Air ……….

5.1.2 Derajat Keasaman (pH) ……….. 5.1.3 Konduktivitas ………. 5.1.4 Total Padatan Tersuspensi (TSS) ……… 5.1.5 Kandungan Oksigen Terlarut (DO) ……… 5.1.6 Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) ……… 5.1.7 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) ... 5.1.8 Nitrat, Nitrit, dan Amonia.………... 5.1.9 Kadar Fosfat ... 5.1.10 Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium ………... 5.2 Beban Pencemaran dan Tingkat Pencemaran Kali Surabaya……… 5.2.1 Beban Pencemar dari Limbah Domestik ……… 5.2.2 Beban Pencemar dari Limbah Hotel ……….. 5.2.3 Beban Pencemar dari Limbah Industri ……….. 5.2.4 Beban Pencemar dari Limbah Pertanian ……… 5.2.5 Tingkat Pencemaran Kali Surabaya... 5.3 Analisis Status Kualitas Air Kali Surabaya ……….. 5.4 Dampak Pencemaran Air Kali Surabaya terhadap Ekosistem dan Kesehatan ……….. 5.4.1 Dampak terhadap Ekosistem ... 5.4.2 Dampak terhadap Kesehatan (Analisis Risiko)... 5.5 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian ………… 5.5.1 Karakteristik Responden ... 5.5.2 Persepsi Masyarakat tentang Pengendalian Pencemaran ...

76 76 77 79 82 87 88 91 91 91 93 94 95 95 97 98 101 101 103 105 107 108 111 113 115 119 120 124 124 127 128 130 133 134 136 136 139 142 142 143


(16)

xvi 5.8 Pemodelan Sistem Pengendalian Pencemaran Air Kali Surabaya…..

5.8.1 Sub-Model Lingkungan ……… 5.8.2 Sub-Model Ekonomi ……… 5.8.3 Sub-Model Sosial ………. 5.8.4 Kondisi Eksisting Model ………. 5.8.5 Validasi Model ………. 5.9 Penyusunan Skenario Pengendalian Pencemaran Air Kali Surabaya 5.9.1 Penyusunan Skenario ……… 5.9.2 Simulasi Skenario ... 5.9.3 Analisis Perbandingan Penerapan Antar Skenario ... 5.10 Strategi Pengendalian Pencemaran Kali Surabaya …………....….. 5.11 Pembahasan Umum ... VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 6.1 Kesimpulan ………. 6.2 Saran ………... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

163 164 170 172 177 185 190 196 199 209 211 216 221 221 223 225 240


(17)

xvii 1 Beberapa jenis pencemar dan sumbernya ...

2 Kegiatan dan jenis limbah yang dihasilkan ... 3 Industri yang membuang limbah organik ke Kali Surabaya ... 4 Nama industri dan jenis produknya ... 5 Komposisi beban pencemar limbah domestik ... 6 Kriteria kualitas air sungai berdasarkan kandungan DO ... 7 Status kualitas air berdasarkan nilai BOD5 ... 8 Data pengambilan rata-rata air Kali Surabaya untuk industri ... 9 Data Intake PDAM Surabaya ……….. 10 Rincian penggunaan air Kali Brantas ... 11 Klasifikasi toksisitas akut pada binatang ... 12 Klasifikasi toksisitas akut pada manusia ... 13 Peristiwa keracunan merkuri yang terbesar tahun 1960-an ... 14 Empat ketegori Pb dalam darah orang dewasa ... ... 15 Dosis-respon kuantitatif nonkarsinogen dan karsinogen beberapa

zat toksik... 16 Nilai skala perbandingan Saaty dalam AHP ... 17 Parameter kualitas air dan metode analisis serta alat yang digunakan... 18 Nilai default yang digunakan dalam model pemaparan ... 19 Analisis kebutuhan pada masing-masing pelaku sistem pengendalian pencemaran air kali surabaya ... 20 Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem pengendalian pencemaran Air Kali Surabaya ... 21 Pedoman penilaian analisis prospektif ... 22 Suhu, kelembaban, dan tekanan udara Kota Surabaya tahun 2008 ... 23 Penggunaan lahan Kota Surabaya ……….. 24 Kondisi hidrolis Kali Surabaya ... 25 Debit aliran Kali Surabaya ... 26 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan ... 27 Keadaan penduduk Kota Surabaya tahun 2003-2009 ………

14 15 17 18 19 28 29 40 43 45 48 48 54 55

58 61 73 82 84

89 89 92 93 94 95 96 97


(18)

xviii 30 Kadar BOD, COD dan TSS pada saluran limbah domestik dan anak

sungai ………. 31 Beban BOD, COD dan TSS pada saluran limbah domestik ……….. 32 Beban pencemaran Kali Surabaya bersumber dari limbah hotel ... 33 Kadar BOD, COD, TSS dan debit limbah industri di DPS Kali Surabaya. 34 Beban pencemaran bersumber dari limbah industri ………... 35 Debit dan parameter pencemar dua saluran limbah pertanian ... 36 Beban pencemaran dari limbah pertanian ... 37 Resume beban pencemaran Kali Surabaya ……… 38 Klasifikasi sumber pencemar Kali Surabaya dari limbah industri ... 39 Indeks pencemaran air Kali Surabaya pada enam titik pengamatan ... 40 Status mutu air Kali Surabaya berdasarkan indeks STORET ... 41 Konsentrasi Hg, Pb, Cd dalam sampel air minum PDAM ... 42 Total tingkat pemaparan Hg ... 43 Prioritas lokal dan prioritas global kegiatan reduksi beban pencemaran… 44 Matriks hasil penilaian alternatif teknologi pengendalian pencemaran air. 45 Matriks hasil transformasi melalui teknik perbandingan indeks kinerja .... 46 Data validasi dalam sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.. 47 Prospektif faktor-faktor kunci/penentu tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem pengelolaan Kali Surabaya ... 48 Interpretasi kondisi (state) faktor-faktor kunci/penentu ke dalam sistem... 49 Perbandingan antar skenario ...

126 127 128 129 130 130 130 131 132 133 134 140 141 149 158 159 191

197 199 209


(19)

xix 1 Kerangka pemikiran penelitian ...

2 Komponen penyusun limbah domestik ………... 3 Gambaran perjalanan bahan pencemar limbah sampai ke manusia……… 4 Tahapan dalam analisis risiko kesehatan ... 5 Diagram alir model sistem dinamik menggunakan program powersim... 6 Lokasi penelitian ... 7 Lokasi sampling kualitas air Kali Surabaya ... 8 Diagram lingkar sebab akibat sistem pengendalian Pencemaran air ... 9 Diagram input-output sistem pengendalian pencemaran Kali Surabaya... 10 Diagram pengaruh dan ketergantungan sistem ... 11 Pola perubahan debit aliran Kali Surabaya (Dam Gunungsari) dan debit rata-rata tahunan di Dam Gunungsari ... 12 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 13 Profil suhu perairan Kali Surabaya ... 14 Profil suhu berdasarkan jarak upstream (km) ... 15 Profil kualitas air Kali Surabaya (parameter pH)……… 16 Profil kualitas air (pH) Kali Surabaya berdasarkan jarak upstream……… 17 Profil konduktivitas Kali Surabaya... 18 Profil kualitas air Kali Surabaya (parameter DHL) berdasarkan jarak upstream.... 19 Sebaran nilai TSS Kali Surabaya... 20 Kualitas air Kali Surabaya berdasarkan parameter DO... 21 Profil kualitas air Kali Surabaya (parameter DO) berdasarkan jarak upstream ... 22 Kualitas air Kali Surabaya berdasarkan parameter BOD5 ...

23 Kualitas Kali Surabaya (parameter COD) ... 24 Sebaran nilai rata-rata N-NO3 Kali Surabaya ...

25 Sebaran kadar N-NO2 Kali Surabaya ……….

26 Profil kualitas Kali Surabaya (paramater N-NH3)...

27 Sebaran kadar P-PO4

8 20 52 57 65 69 70 86 87 90 95 98 102 102 104 104 106 106 108 110 111 112 114 116 117 118 119 122 perairan Kali Surabaya ... 28 Rerata kadar Hg, Pb, dan Cd di beberapa lokasi Kali Surabaya .………...


(20)

xx 30 Proporsi status responden dalam keluarga dan tingkat pendidikan ……...

31 Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan, masalah kualitas air dan kelayakan air Kali Surabaya ………... 32 Persentase persepsi masyarakat tentang pengendalian pencemaran……... 33 Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran……… 34 Perbandingan prioritas kriteria kegiatan reduksi beban pencemaran ……. 35 Struktur AHP pemilihan kegiatan reduksi baban pencemaran Kali Surabaya... 36 Diagram sub-model lingkungan pengendalian pencemaran Kali Surabaya 37 Diagram stock flow sub model lingkungan pengendalian pencemaran air Kali Surabaya (a) beban pencemaran dari sumber pencemaran dan (b) beban pencemaran Kali Surabaya... 38 Diagram sub model ekonomi pengendalian pencemaran Kali Surabaya... 39 Stock flow diagram sub-model ekonomi... 40 Diagram sub-model sosial pengendalian pencemaran Kali Surabaya ...

41 Stock flow diagram sub-model sosial dalam pengendalian pencemaran

air Kali Surabaya ...

42 Stock flow diagram model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya...

43 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan beban BOD, COD, dan TSS dari sumber pencemaran ... 44 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan N-NO3 dan P-PO4 beban

sumber pencemaran ... 45 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan BOD, COD dan TSS di Kali Surabaya ... 46 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan: (a) beban N-NO3

(b) beban P-PO4

143

144 145 146 149

151 164

166 171 171 173

174 176

177

178

179

180

181

181 182

183

184 di Kali

Surabaya ...

47 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan persentase tiap parameter pencemar ……… 48 Simulasi sub-model lingkungan berdasarkan persentase beban

pencemaran total ... 49 Simulasi sub-model ekonomi berdasarkan nilai PDRB ... 50 Simulasi sub-model sosial berdasarkan perkembangan populasi

penduduk ... 51 Simulasi sub-model sosial berdasarkan perkembangan jumlah


(21)

xxi 52 Simulasi sub-model teknis pemanfaatan ruang berdasarkan luasan

lahan pemukiman dan lahan pertanian……… 53 Grafik perbandingan beban pencemaran BOD dan COD dengan data empiris dan hasil simulasi ……….. 54 Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pada sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya………. 55 Prediksi beban pencemaran BOD Kali Surabaya hasil simulasi

skenario sampai tahun 2030 ………... 56 Prediksi beban pencemaran TSS Kali Surabaya hasil simulasi

skenario sampai tahun 2030 ………... 57 Prediksi beban pencemaran COD Kali Surabaya hasil simulasi

skenario sampai tahun 2030 ………... 58 Prediksi beban pencemaran N-NO3 Kali Surabaya hasil simulasi

skenario sampai tahun 2030 ………... 59 Prediksi beban pencemaran P-PO4

185

189

193

198

201

202

203

205

206

207

208

209 Kali Surabaya hasil simulasi

skenario sampai tahun 2030……… 60 Prediksi persentase beban pencemaran dibandingkan kapasitas asimilasi hasil simulasi skenario optimis sampai tahun 2030……… 61 Prediksi persentase beban pencemaran dibandingkan kapasitas asimilasi hasil simulasi skenario moderat sampai tahun 2030………...…… 62 Prediksi persentase beban pencemaran dibandingkan kapasitas asimilasi hasil simulasi skenario pesimis sampai tahun 2030 ………... 63 Prediksi persentase beban pencemaran total dibandingkan kapasitas asimilasi hasil simulasi skenario sampai tahun 2030………..


(22)

xxii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Data penduduk pada radius 500 m dan volume limbah domestik ...

2 Perhitungan beban limbah domestik (penduduk zona 500 m) ... 3 Daftar industri di DPS Kali Surabaya ... 4 Kadar BOD, COD, TSS dan debit limbah industri di DPS Kali Surabaya.. 5 Beban pencemaran bersumber dari limbah industri ……… 6 Karakteristik responden penelitian ………. 7 Data kualitas air Kali Surabaya periode Agustus – Desember 2009 ……... 8 Konsentrasi logam berat Hg. Pb dan Cd di Kali Surabaya ... 9 Perhitungan indeks pencemaran ……….. 10 Analisis status mutu air dengan indeks STORET………... 11 Data debit rata-rata bulanan air Kali Surabaya ...………... 12 Data debit rata-rata dan kualitas air Kali Surabaya tahun 2003 – 2009….. 13 Beban pencemaran Kali Surabaya (titik pantau Jembatan Perning) …….. 14 Beban pencemaran Kali Surabaya (titik pantau Dam Gunungsari) .…... 15 Beban pencemaran Kali Surabaya (titik pantau Dam Jagir) ……... 16 Daya dukung Kali Surabaya di Dam Jagir tahun 2003-2009 ………. 17 Daya dukung Kali Surabaya di Dam Gunungsari tahun 2004-2009 …….. 18 Daya dukung Kali Surabaya di Jembatan Perning tahun 2004-2009 …… 19 Matriks penilaian pengaruh antar faktor dalam sistem pengendalian pencemaran Kali Surabaya ... 20 Hasil simulasi beban pencemaran BOD, COD, dan TSS dari sumber pencemaran ………. 21 Hasil simulasi beban pencemaran NNO3 dan PPO4 sumber pencemaran..

22 Hasil simulasi beban pencemaran dan kapasitas asimilasi parameter BOD di Kali Surabaya ………... 23 Hasil simulasi beban pencemaran dan kapasitas asimilasi parameter COD di Kali Surabaya ... 24 Hasil simulasi beban pencemaran dan kapasitas asimilasi parameter TSS di Kali Surabaya ... 25 Hasil simulasi beban pencemaran dan kapasitas asimilasi parameter N-NO3

241 243 246 247 248 249 251 255 257 260 263 264 266 267 268 269 270 271

272

273 274

275

276

277

278 di Kali Surabaya ...


(23)

xxiii 26 Hasil simulasi beban pencemaran dan kapasitas asimilasi parameter

P-PO4 serta persentase total beban pencemaran terhadap kapasitas

asimilasi di Kali Surabaya ……….. 27 Hasil simulasi kontribusi tiap sektor terhadap PDRB ... 28 Hasil simulasi jumlah penduduk dan penduduk pembuang limbah……… 29 Hasil simulasi perubahan luas lahan permukiman dan pertanian ……….. 30 Perbandingan simulasi model tiap skenario untuk parameter BODK... 31 Perbandingan simulasi model tiap skenario untuk parameter CODK... 32 Perbandingan simulasi model tiap skenario untuk parameter PPO4K... 33 Perbandingan simulasi model tiap skenario untuk parameter TSSK... 34 Perbandingan simulasi model tiap skenario untuk parameter NNO3K... 35 Persen BOD melampaui kapasitas ssimilasi ... 36 Persen TSS melampaui kapasitas asimilasi ... 37 Persen COD melampaui kapasitas asimilasi………... 38 Persen N-NO3 melampaui kapasitas asimilasi………

39 Persen P-PO4

279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 melampaui kapasitas

asimilasi………..


(24)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pencemaran air telah menjadi permasalahan krusial di banyak negara dan mendapat perhatian peneliti di seluruh dunia (Huang & Morimoto 2002). Kelangkaan dan kesulitan mendapatkan air bersih dan layak pakai menjadi permasalahan yang mulai muncul di banyak tempat dan semakin menggejala dari tahun ke tahun, tak terkecuali di Indonesia. Wilayah Indonesia memiliki 6% dari persediaan air dunia atau sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (KLH 2005a), namun kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial sementara ketersediaan air bersih terus berkurang dengan cepat akibat kerusakan alam dan pencemaran yang diperkirakan sebesar 15–35% per kapita per tahun (KLH 2009). Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya kemampuan mengakses dan memprediksi ketersediaan air, kualitas air, serta penggunaan dan keseimbangan air (Simonovic 2002).

Kali Surabaya yang merupakan hilir dari Sungai Brantas termasuk dalam sungai strategis Nasional. Pencemaran Kali Surabaya menjadi salah satu contoh kasus permasalahan pencemaran air yang mendapat perhatian banyak pihak dan menjadi isu nasional. Air Kali Surabaya mempunya i multifungsi yang sangat vital dalam menunjang pembangunan daerah yaitu sebagai sumber baku air minum, industri, pertanian dan sarana rekreasi air serta berperan dalam mendukung kehidupan biota perairan, sementara kualitasnya cenderung mengalami penurunan. Kualitas air sungai sangat bergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan manusia di sekitar daerah aliran sungai. Berkembangnya kegiatan penduduk di sekitar Kali Surabaya yang memanfaatkan bantaran sungai untuk pemukiman, kegiatan industri rumah tangga, dan industrialisasi merupakan sumber pencemaran Kali Surabaya, baik yang melepaskan zat pencemar melalui titik pembuangan (point

sources) maupun sumber pencemar yang dengan letak sumber tidak jelas (

non-point sources) mencemari sungai pada lokasi yang tersebar. Jenis limbah yang

dihasilkan berpotensi tidak hanya menyebabkan peningkatan nilai TSS (total

suspended solid), BOD (biological oxygen demand), dan COD (chemical oxygen

demand), namun yang lebih berbahaya adalah akumulasi logam berat. United

State Environmental Protection Agency (USEPA) mendata ada 13 elemen logam


(25)

berat merkuri bersama timbal dan kadmium dikenal sebagai the big three heavy

metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia

dikarenakan tingkat keracunannya yang sangat tinggi walaupun pada konsentrasi rendah (Rezazee et al. 2005).

Beberapa studi tentang pencemaran Kali Surabaya telah dilaporkan. Hasil riset yang dilakukan oleh Ecoton dan National Institute Minamata Disease (2002), menunjukkan badan air, lumpur, kerang, ikan dan ekosistem di dalam Kali Surabaya telah terkontaminasi merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu) dan besi (Fe) dengan kadar yang telah melebihi ambang batas, bahkan kadar Hg dalam air telah mencapai 100 kali lipat dari baku mutu. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa pada rambut orang yang tinggal dan mengkonsumsi ikan dari Kali Surabaya, positif terkontaminasi merkuri rata-rata 0.6 mg/l (Arisandi 2002). Hasil serupa dilaporkan Ismanto et al. (2006), bahwa konsentrasi merkuri di Sungai Brantas pada tahun 1991-2005 mencapai 0.49 mg/l.

Hasil studi Purwatiningsih (2005) yang dilakukan di sepanjang Kali Surabaya pada 8 lokasi sampling menunjukkan bahwa tingkat BOD dan DO

(dissolved oxygen) di daerah studi tidak memenuhi baku mutu, kualitas struktur

sungai 62.5% termasuk kategori sedang dan 37.5% termasuk kategori buruk. Sementara hasil riset Koemantoro (2007) menunjukkan bahwa beban pencemar BOD di titik lokasi intake PDAM Karang Pilang Surabaya mencapai 10.45 mg/l, kondisi ini jauh melebihi batas standar peruntukan badan air kelas 1 yaitu 2 mg/l. Kondisi ini jika tidak segera diambil tindakan pengendalian akan menimbulkan dampak ekologis, ekonomis dan sosial budaya, seperti kerusakan keseimbangan ekologi di aliran sungai, bertambahnya biaya pengolahan air oleh Perusahaan Air Minum, menurunnya nilai estetika, dan risiko kesehatan penduduk.

Kandungan logam berat terutama Hg, Cd, dan Pb dalam air Kali Surabaya dikhawatirkan akan mengkontaminasi air PDAM yang dikonsumsi oleh 95% warga Surabaya, mengingat proses pengolahan air PDAM dengan menggunakan tawas biasanya tidak mampu menghilangkan logam berat yang terlarut dalam air. Karenanya, analisis proyeksi risiko kesehatan penduduk akibat paparan logam berat penting dilakukan untuk mengetahui status kesehatan masyarakat dan manajemen risiko.

Menurut Razif dan Yuniarto (2004), sumber pencemaran sungai di Surabaya didominasi oleh beberapa faktor pencemar, yaitu: industri pangan, industri kimia,


(26)

industri logam, industri kertas, dan penduduk. Hal serupa dikemukakan Novita dan Indarto (2006) yang menyatakan bahwa persentase terbesar sumber pencemar Kali Surabaya berasal dari limbah cair industri, dalam hal ini dari 70 buah industri yang berlokasi di daerah aliran Kali Surabaya sekitar 40 buah di antaranya dianggap potensial sebagai sumber pencemar, baik pencemar organik maupun anorganik. Industri pangan, penyamakan kulit, industri kertas, pemotongan hewan dan industri tekstil merupakan sumber pencemar organik, sedangkan sumber pencemar anorganik di Kali Surabaya adalah industri pelapisan logam, industri kimia, dan industri keramik (Novita 2000). Menurut Arisandi (2004) dan Rezazee

et al. (2005), pencemaran logam berat seperti merkuri, timbal, kadmium, dan

kromium berasal dari industri (elektroplating, detergen, cat, keramik, kertas) dan aktivitas pertanian dan dikategorikan sebagai limbah anorganik.

Meningkatnya beban pencemaran juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat membuang limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah padatnya langsung ke perairan. Dampak negatif yang ditimbulkan di antaranya: (a) memicu tingginya suhu badan air, sehingga menggurangi oksigen terlarut dalam air yang dibutuhkan makluk hidup air, (b) meningkatkan proses sedimentasi di dasar sungai karena tingginya run-off air hujan yang membawa partikel sedimen, dan (c) meningkatkan beban limbah organik bagi badan air (Arisandi 2004). Adanya masukan bahan pencemar sampai pada batas tertentu tidak menurunkan kualitas air sungai, namun apabila beban masukan bahan pencemar tersebut melebihi kemampuan sungai untuk membersihkan diri sendiri

(self purification), akan menimbulkan permasalahan yang serius yaitu

pencemaran perairan.

Berdasarkan hasil pemantauan Kali Surabaya oleh Ecoton (1998) yang dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau diketahui bahwa, sumber pencemaran terbesar adalah Kali Tengah yang merupakan tempat pembuangan limbah lebih dari 40 industri yang beroperasi di sepanjang bantaran Kali Tengah, yang memicu turunnya kualitas air Kali Surabaya. Pada musim kemarau, di mana debit air terbatas, bendungan di hulu hanya mampu menyediakan debit rata-rata 20 m3/detik selama 3 bulan pertahun (Novita & Indarto 2006), bahkan debit terendah dapat mencapai 4 m3/detik selama 1 bulan. Kondisi ini menyebabkan semakin menurunnya kapasitas purifikasi dan pengenceran Kali Surabaya (Masduqi 2006).


(27)

Berdasarkan indikator kualitas air, khususnya BOD, COD, dan TSS, Kali Surabaya berada dalam kondisi tercemar. Data hasil Studi Brantas River Pollution

control-SUDP tahun 1998 menunjukkan bahwa, beban limbah industri dan

domestik Kali Surabaya terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 1989 beban BOD dari limbah domestik dan industri masing-masing 38.4 dan 81.6 ton/hari, pada tahun 1998 meningkat menjadi 125 dan 205 ton/hari. Kualitas limbahnya pun jauh di atas baku mutu. Kandungan BOD, COD, dan TSS limbah yang terbuang di Kali Surabaya masing-masing mencapai 575, 1431, dan 674 mg/l. Padahal baku mutu untuk BOD hanya 50-150 mg/l, COD 100-300 mg/l dan

TSS 20-300 mg/l

Perum Jasa Tirta I (PJT-I), terhadap kualitas air Kali Surabaya pada tahun 2005 untuk nilai COD mencapai 26.5 mg/l dan BOD 9.6 mg/l dan hasil pantauan periode Oktober-Desember 2007 (posisi Karangpilang), nilai COD 41.5 mg/l dan BOD 15.0 mg/l. Hal ini berarti kualitas Kali Surabaya sudah berada pada kondisi yang mengkawatirkan karena nilai COD dan BOD telah melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Menurut prediksi PJT-1 jika tidak ada upaya pengendalian pada tahun 2020, beban limbah domestik Kali Surabaya akan mencapai 257 m3/detik dan beban limbah industri 308 m3

Upaya penurunan beban pencemaran yang masuk ke sungai telah dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun 1979 terutama untuk mengatasi kasus-kasus pencemaran yang terjadi secara rutin. Bahkan sejak tahun 1989, telah dicanangkan Program Kali Bersih (PROKASIH) dan Superkasih dengan fokus pada pengendalian pencemaran air dari kegiatan industri dan jasa. Pada tahun 1995 dicanangkan Program PROPER dengan fokus perbaikan sistem internal terhadap baku mutu air limbah dan pada tahun 2007 juga dicanangkan program pengawasan pengendalian pencemaran air untuk hotel melalui penghargaan Berlian (KLH 2008), namun hingga saat ini kualitas air Kali Surabaya belum menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan tingkat pencemaran makin tinggi. Hal ini diakibatkan antara lain karena kurangnya koordinasi antar instansi/sektor dan lemahnya penegakan hukum dalam pengelolaan Kali Surabaya (Purwatiningsih 2005). Selain itu, penyebab lain adalah semakin banyaknya kegiatan industri yang terdapat di Kali Surabaya, kurangnya kepedulian masyarakat dalam menjaga kualitas badan air, dan b

/detik (PJT I 2007).

elum tertanganinya pengendalian limbah industri dan domestik secara efektif. Karenanya, diperlukan


(28)

upaya pengendalian pencemaran air yang komprehensif dan sistematik melalui penggunaan model dinamik berdasarkan kondisi eksisting karakteristik fisik kimia.

Sistem di dalam sungai merupakan suatu sistem kompleks yang mempunyai variabel-variabel yang bersifat dinamik dan tidak pasti (Qin et al. 2007; Maharani

et al. 2008). Variabel-variabel dalam sistem dinamik mencakup variabel level,

variabel rate, dan variabel auxiliary (Zhang et al. 2009). Menurut Qin et al. (2007), laju deoksigensi dan reoksigenasi pada sistem sungai merupakan karakteristik yang dinamik dan tidak pasti karena unsur-unsur di dalamnya mengalami gejala tanspor dan transformasi. Input yang masuk ke dalam sungai pun bervariasi terhadap waktu, baik kualitas maupun kuantitasnya. Model pendekatan klasik tidak mampu memprediksi ketersediaan dan penggunaan sumber daya air yang sangat penting bagi perencanaan dan pengelolaan secara berkelanjutan akibat dinamika spasial variabel utama (Nandalal & Semasinghe 2006). Kompleksnya permasalahan dan banyaknya variabel yang berpengaruh dalam suatu sistem dapat digambarkan secara sederhana dan sistematis melalui sebuah model yang mencerminkan hubungan antara variabel-variabel yang berpengaruh dalam sistem tersebut. Karenanya

1. Menganalisis kualitas perairan Kali Surabaya berdasarkan parameter kualitas air: suhu, pH, konduktivitas, DO, COD, BOD, TSS, N-NH

, perlu dilakukan penelitian tentang pencemaran air yang terjadi di Kali Surabaya menggunakan pendekatan sistem dinamik dengan melibatkan berbagai faktor yang berpengaruh, sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu model pencemaran air dan strategi pengendalian pencemaran secara holistik.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan Kali Surabaya secara berkelanjutan. Tujuan khusus penelitian ini adalah:

3,

N-NO2, N-NO3, P-PO4

2. Menentukan beban pencemaran dan tingkat pencemaran Kali Surabaya; , dan konsentrasi Hg, Pb, dan Cd;

3. Mengkaji proyeksi risiko dampak pencemaran terhadap kesehatan penduduk;


(29)

4. Membangun model sistem pengendalian pencemaran Kali Surabaya yang berkelanjutan;

5. Menyusun skenario pengendalian pencemaran Kali Surabaya yang berkelanjutan.

1.3 Kerangka Pemikiran

Kali Surabaya memiliki peran strategis dalam menunjang pembangunan kota Surabaya, karena menopang kebutuhan air minum warga Surabaya dan bahan baku bagi ratusan industri di wilayah Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto. Fungsi strategis ini menjadi alasan pentingnya menjaga air Kali Surabaya dari pencemaran.

Pada daerah aliran Kali Surabaya terdapat komponen lingkungan yang saling berkaitan dan dapat menghasilkan kejadian yang tidak dikehendaki. Komponen lingkungan tersebut adalah lingkungan pemukiman, lingkungan industri, lingkungan pariwisata, dan lingkungan sosial ekonomi masyarakat berupa rumah sakit dan sarana sosial lainnya. Permasalahan pencemaran air merupakan hasil interaksi dan pengaruh kolektif berbagai komponen lingkungan berupa suatu sistem pencemaran limbah cair menyangkut sumber, karakteristik, akumulasi, proses penanganan, pembuangan, dan tanspormasi limbah ke aliran sungai. Pertumbuhan penduduk, laju urbanisasi, dan industrialisasi menyebabkan peningkatan kebutuhan dan tekanan terhadap sumberdaya air secara cepat dan memicu terjadinya pencemaran air Kali Surabaya. Menurut Masduqi dan Apriliani (2008), pencemaran berat yang terjadi di Kali Surabaya disebabkan oleh limbah industri dan limbah domestik di daerah padat penduduk.

Kali Surabaya sebagai suatu sistem menerima beban pencemaran organik dan anorganik dari berbagai sumber pencemar baik point sources maupun non

point sources yang menyebabkan penurunan kualitas air. Dampak negatif

pencemaran air akan mengganggu kehidupan ekologis biota air, penurunan nilai ekonomi air sebagai sumber baku air minum, dan risiko kesehatan masyarakat. Perilaku sistem sungai yang rumit, berubah cepat dan mengandung ketidakpastian menyebabkan pengendalian pencemaran air Kali Surabaya tidak mungkin dikaji atau dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifik saja, namun membutuhkan pendekatan sistem dan pemodelan. Pendekatan sistem diperlukan dalam rangka


(30)

pembatasan ruang lingkup dan meminimasi pengaruh serta output yang tidak dikehendaki, agar pengendalian pencemaran berlangsung secara berkelanjutan.

Desain sistem berdasarkan pendekatan model dinamik untuk pengendalian pencemaran air sungai diperlukan untuk memahami perilaku dan melakukan simulasi terhadap sistem secara sederhana, sehingga kemungkinan alternatif pengendalian dan strategi pengelolaan menjadi lebih efektif dan terpadu. Model pengendalian pencemaran yang dibangun didasarkan pada beban limbah dan karakteristik pencemaran, terutama karakteristik efluen dan kimia pencemar, serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam rangka pencapaian tujuan.

Model dinamik menawarkan berbagai cara untuk menggambarkan sistem yang dikembangkan, menganalisis perilaku sistem, dan menghubungkan perilaku yang diamati dengan struktur sistem dengan suatu bentuk desain sistem dan pemodelan (Skartveit et al. 2003). Pemodelan sistem dinamik merupakan kajian rekayasa sistem yang dapat digunakan untuk menganalisis mekanisme, pola dan kecenderungan sistem. Rekayasa sistem ini berdasarkan analisis terhadap struktur dan perilaku sistem sungai yang rumit, berubah cepat, dan mengandung ketidakpastian dengan suatu bentuk desain sistem dan pemodelan (Muhammadi et al. 2001; Skartveit et al. 2003). Pendekatan model sistem dinamik didasari oleh prinsip umpan balik antar komponen yang terlibat dalam sistem yang dikaji. Skema kerangka pemikiran penelitian diilustrasikan pada Gambar 1.

1.4 Perumusan Masalah

Permasalahan pencemaran air Kali Surabaya semakin berat, sementara upaya pengendaliannya belum terprogramkan secara baik. Kualitas air Kali Surabaya sebagai sumber air minum PDAM Kota Surabaya semakin menurun akibat masuknya beban pencemar baik organik maupun anorganik yang berasal dari berbagai sumber pencemar terutama limbah industri dan limbah domestik.

Industri kertas, industri pangan, industri karet, perusahaan tahu, dan pemotongan hewan yang berada di sepanjang Kali Surabaya merupakan sumber pencemar organik, sedangkan beragam limbah cair yang berasal dari industri kimia, industri cat dan pewarna, industri baterai, industri peralatan listrik, industri korek api, industri produk-produk logam dan pelapisan logam, dan industri keramik menjadi sumber pencemar anorganik termasuk logam-logam berat. Selain itu, penurunan kualitas air Kali Surabaya juga disebabkan oleh limbah


(31)

domestik yang banyak menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Kondisi ini menjadi suatu permasalahan yang sangat serius karena dapat berdampak pada lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Keterangan:

KBP = Konsentrasi bahan pencemar KBM = Konsentrasi baku mutu

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Banyaknya industri yang membuang limbahnya ke Kali Surabaya dan variasi kualitas limbah industri yang kompleks menyebabkan penanganan limbah industri memerlukan perhatian yang cukup besar. Jarak antara industri yang berdekatan juga menyebabkan kemampuan air untuk melakukan purifikasi

Kebijakan pengelolaan

Bantaran Kali Surabaya

Pemukiman penduduk

Industri

Limbah

Beban pencemaran

Ekologi Ekonomi Sosial Pemodelan sistem Pengendalian

Pencemaran

Model Pengendalian Pencemaran

Skenario pengendalian pencemaran

Strategi pengendalian

pencemaran Rekomendasi

Kali Surabaya

Kali Surabaya tercemar Baku Mutu

KBP>KBM

Debit air

Risiko kesehatan 1.Biaya pengolahan

2.Biaya kesehatan 3.Biaya reduksi

beban pencemar Kerusakan

ekosistem akuatik

Butuh penyelesaian yang komprehensif

Kondisi eksisting: Fisik-kimia- ekonomi-sosbud


(32)

menjadi rendah. Limbah industri umumnya berupa bahan sintetik, logam berat, dan limbah B3 yang sulit untuk diurai oleh proses biologi (nondegradable) sehingga berbahaya terhadap kesehatan manusia. Beberapa unsur logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) dari limbah cair industri memiliki sifat toksik dan destruktif terhadap organ penting manusia. Limbah domestik umumnya tersusun atas limbah organik, meskipun dapat terurai menjadi zat-zat yang tidak berbahaya dan dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah, proses kimia dan fisika, namun dapat mengakibatkan deplesi oksigen terlarut dan mengancam kehidupan biota air.

Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai tingkat mutu air yang diinginkan, diperlukan upaya pengendalian. Tanpa upaya pengendalian pencemaran akan terus berlangsung dan dampaknya akan semakin luas, baik dampak terhadap kelangsungan fungsi sungai maupun dampak terhadap kesehatan masyarakat. Pentingnya pengendalian kualitas air merupakan implikasi dari tekanan pencemaran terhadap badan sungai yang semakin meningkat, baik limbah domestik maupun limbah industri dan bertambahnya pemanfaatan air sungai serta tuntutan akan kebutuhan kualitas air yang memadai dari tahun ke tahun.

Kualitas air sungai ditentukan oleh debit air dan debit limbah yang dibuang ke dalam badan air sungai tersebut. Oleh karena itu, upaya pengendalian dapat dilakukan dengan menetapkan besaran limbah yang boleh dibuang ke badan air sungai itu disesuaikan dengan debit air sungai yang ada. Untuk itu, suatu konsep dan strategi pengendalian pencemaran air perlu dikaji secara komprehensif untuk menunjukkan keterkaitan antara beban pencemaran dengan dampak yang ditimbulkan melalui penggunaan model dinamik. Beberapa pertanyaan penelitian terkait model pengendalian pencemaran air yang akan dibangun adalah:

1. Bagaimana kualitas air Kali Surabaya berdasarkan parameter kualitas air: suhu, pH, konduktivitas, DO, COD, BOD, TSS, N-NH3 (amonia), N-NO2,

N-NO3, P-PO4

2. Berapa beban dan tingkat pencemaran air Kali Surabaya? dan konsentrasi Hg, Pb, dan Cd?

3. Bagaimana risiko dampak pencemaran terhadap kesehatan penduduk?

4. Bagaimana mendesain model sistem pengendalian pencemaran air Kali Surabaya yang berkelanjutan?


(33)

5. Bagaimana skenario strategi pengendalian pencemaran Kali Surabaya yang berkelanjutan?

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menunjang pembangunan, terutama sebagai:

1. Sumber informasi ilmiah mengenai kualitas air, beban dan tingkat pencemaran serta proyeksi risiko dampak akibat pencemaran terhadap kesehatan masyarakat;

2. Sumber informasi ilmiah bagi masyarakat dan pemerintah untuk lebih memahami status kesehatan masyarakat yang aktual dan potensial bagi keperluan manajemen risiko;

3. Sumber informasi ilmiah dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengendalian pencemaran air di Kali Surabaya;

4. Alat bantu pengambilan keputusan bagi pemerintah daerah dalam upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya terutama dalam penyiapan perencanaan sistem pengawasan pencemaran.

1.6 Kebaruan (Novelty)

Penelitian ini berusaha menggambarkan kondisi eksisting Kali Surabaya menggunakan parameter fisik-kimia secara lebih lengkap. Selain itu, penelitian-penelitian yang pernah dilakukan umumnya masih bersifat parsial baik dari kajian sumber pencemar, parameter yang diteliti maupun zona penelitian dan belum mengkaji secara komprehensif mengenai model pengendalian dan strategi pengendalian pencemaran air Kali Surabaya.

Kebaruan penelitian ini terletak pada kajian pencemaran air sungai yang komprehensif melibatkan stakeholders dalam sistem pengendalian pencemaran dan penggambaran kondisi eksisting menggunakan parameter fisik-kimia time

series lebih lengkap. Kebaruan dari segi metode, penelitian ini mengaplikasikan

pendekatan sistem dinamik yang didukung dengan metode lain yang komprehensif. Kebaruan dari segi luaran terletak pada temuan tentang proporsi dan kontribusi sumber pencemar utama terhadap total beban pencemaran BOD, COD, dan TSS, model sistem dinamis pengendalian pencemaran Kali Surabaya yang dihasilkan, dan strategi kebijakan pengendalian yang direkomendasikan.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air Sungai

Air adalah molekul yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia untuk dan demi peradapan manusia. Dari air bermula kehidupan dan karena air peradapan tumbuh dan berkembang. Air mempertahankan suhu tubuh, mendistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh, melembabkan persendian, dan membantu pencernaan makanan. Air juga merupakan unsur alam terpenting kedua bagi kehidupan makhluk hidup setelah oksigen, maka air harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, mudah didapatkan dan memenuhui persyaratan untuk dikonsumsi.

Manusia mendapatkan air dari sumber-sumber air, baik yang ada dipermukaan tanah maupun air yang ada dalam tanah. Meskipun jumlah air di bumi relatif tetap sebesar ± 1.4 miliar km3, namun 97.1% berada di laut yang merupakan air yang mengandung kadar garam cukup tinggi, sekitar 2.15% tersimpan dalam bentuk es dan yang mempunyai potensi untuk dipergunakan manusia secara langsung maupun tidak langsung hanya 0.617%, dan 0.017 terdapat di sungai dan danau dan 0.600 berupa air tanah (Pramono 1999; PJT-I 2005). Menurut Machbub (1999), indeks ketersediaan air rata-rata (Average

Water Availability Index, WAI) dunia adalah 7.6 (1000 m3/kapita/tahun),

sementara di Asia hanya 4.0. WAI Indonesia adalah 16.8 lebih tinggi dari nilai rata-rata WAI Asia, namun penyebarannya tidak merata. Pulau Jawa yang luasnya mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya mempunyai 4.5% dari total potensi air tawar nasional, namun pulau ini dihuni oleh sekitar 65% total penduduk Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya tersedia 1750 m3 per kapita per tahun, masih di bawah standar kecukupan yaitu 2000 m3 per kapita per tahun. Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020 diperkirakan hanya akan tersedia sebesar 1200 m3

Secara alamiah sumber-sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan mempunyai daya generasi, namun akibat peningkatan beban pencemaran oleh berbagai sumber akibat pertumbuhan penduduk, industri, peternakan dan pertanian serta kegiatan lainnya telah menyebabkan pencemaran


(35)

sumber-sumber air (Cheng et al. 2003; KLH 2005a). Untuk menentukan tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi tercemar atau kondisi baik suatu sumber air dalam waktu tertentu dilakukan dengan membandingkan baku mutu air yang ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1990, sumber air menurut kegunaan/peruntukannya digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Golongan A, yaitu air yang digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;

2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga;

3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan; dan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, mutu air diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Air secara sangat cepat menjadi sumber daya yang makin langka dan tidak ada sumber penggantinya karena dari jumlah air yang mungkin dapat dimanfaatkan manusia, ternyata masih menghadapi beberapa permasalahan mendasar yaitu: (1) adanya variasi musim dan ketimpangan spasial ketersediaan air; serta (2) terbatasnya jumlah air segar di planet bumi yang dapat dieksplorasi


(36)

dan dikonsumsi; sedangkan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah menyebabkan konsumsi air segar meningkat secara drastis. Pemakaian air global meningkat lima kali lipat pada abad yang lalu ketika penduduk dunia meningkat dari satu setengah sampai enam miliar orang, dan ketersediaan air perkapita diperkirakan akan menurun dengan sepertiganya pada beberapa dekade mendatang ketika penduduk dunia mencapai hampir sembilan miliar orang di tahun 2025.

Indonesia termasuk sepuluh negara kaya air, namun krisis air diperkirakan akan terjadi juga akibat kesalahan pengelolaan air yang tercermin dari tingkat pencemaran air yang tinggi, pemakaian air yang tidak efisien, fluktuasi debit air sungai yang sangat besar, kelembagaan yang masih lemah dan penerapan peraturan perundang-undangan yang tidak memadai. Pencemaran air berhubungan dengan masalah limbah yang tergantung pada sifat-sifat kontaminan yang memerlukan oksigen, memacu pertumbuhan algae, penyakit dan zat toksik. Pencemaran terhadap sumber daya air dapat terjadi secara langsung dari saluran pembuangan (sewer) atau buangan industri dan secara tidak langsung melalui pencemaran air dan limpasan dari daerah pertanian dan perkotaan (non-point

sources. Menurut Effendi (2003), bahan pencemar memasuki sungai dapat

melalui atmosfer, tanah, limpasan pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri, dan lain-lain.

2.1.1 Sumber Pencemaran Air Sungai

Sumber pencemaran yang masuk ke badan perairan, dibedakan atas pencemaran yang disebabkan oleh alam (misal letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir) dan pencemaran karena kegiatan manusia. Sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan dapat berasal dari buangan yang diklasifikasikan sebagai: (1) point source discharges (sumber titik) dan (2) non

point source (sumber menyebar). Sumber titik atau sumber pencemaran yang

dapat diketahui secara pasti dapat merupakan suatu lokasi tertentu seperti dari air buangan industri maupun domestik serta saluran drainase. Pencemar bersifat lokal dan efek yang diakibatkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spasial kua litas air. Sumber pencemar yang berasal dari sumber menyebar berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar masuk ke perairan melalui


(37)

run off (limpasan) dari permukaan tanah wilayah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, atau limpasan dari daerah permukiman dan perkotaan.

Pencemaran air sungai dapat berasal dari berbagai sumber pencemar antara lain dari limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertanian dan lain-lain. Limbah-limbah dimaksud dapat berupa zat, energi, dan atau komponen lain yang dikeluarkan atau dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non-industri. Menurut Effendi (2003), pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat, sedangkan menurut Simonovic (2006) sumber pencemar air di dunia yang paling dominan adalah limbah manusia, limbah industri dan bahan kimia, dan limbah pertanian (pestisida dan pupuk). Bentuk-bentuk bahan pencemar tersebut mencakup bahan organik industri, bahan asiditas, logam berat, amonia, nitrat, dan fosfat dan residu pestisida dari pertanian. Davis dan Cornwell (1991) dalam Effendi (2003) mengemukakan beberapa jenis pencemar dan sumbernya dalam Tabel 1.

Tabel 1 Beberapa jenis pencemar dan sumbernya

Jenis Pencemar

Point Source Non Point Source

Limbah Domestik Limbah Industri Limpasan Daerah Pertanian Limpasan Daerah Perkotaan

1. Limbah yang dapat

menurunkan kadar oksigen 2. Nutrien

3. Patogen 4. Sedimen 5. Garam-garam 6. Logam yang toksik 7. Bahan organik yang toksik 8. Pencemaran panas

    - - - -              -  -       - -

1) Limbah Industri

Kegiatan industri memiliki potensi sangat besar untuk menimbulkan terjadinya pencemaran air. Limbah industri adalah bahan buangan sebagai hasil sampingan dari proses produksi industri yang dapat berbentuk benda padat, cair maupun gas yang dapat menimbulkan pencemaran. Data dari Departemen Perindustrian (2007) dalam KLH (2008a) menunjukkan bahwa air limbah industri dibuang/terbuang ke sumber-sumber air di sejumlah daerah di Indonesia terutama di pulau Jawa. Diperkirakan 250 ribu ton limbah industri dilepaskan ke sumber-sumber air pada tahun 1990, dan pada tahun 2010 diproyeksikan meningkat


(38)

menjadi 1.2 juta ton per tahun (KLH 2008a). Tabel 2 menyajikan limbah yang dihasilkan oleh jenis kegiatan industri.

Tabel 2 Kegiatan dan jenis limbah yang dihasilkan No Jenis Kegiatan Limbah yang Dihasilkan

1 Industri pangan Limbah organik, suspended solid, minyak dan lemak, logam berat, sianida, klorida, amoniak, nitrat, fosfor, dan fenol 2 Industri minuman Limbah organik, suspended solid, settleable solid, TDS,

minyak dan lemak, warna, jumlah coli, bahan beracun, suhu, kekeruhan dan buih

3 Industri makanan Limbah organik, minyak dan lemak, logam berat, nitrat, fosfor, dan fenol

4 Industri percetakan Limbah organik, total solid, suspended solid, TDS, minyak dan lemak, logam berat, sulfit, amoniak, nitrat, fosfor,warna, jumlah coli, coli faces, bahan beracun, suhu, kekeruhan, klorinated benezoid.

5 Perkayuan & motor Limbah organik, logam berat, dan bahan beracun

6 Industri pakaian jadi Limbah organik, suspended solid, TDS, minyak dan lemak, logam berat, warna, bahan beracun, suhu, klorinated benezoid, dan sulfida

7 Industri plastik Limbah organik, total solid, settleable solid, TDS, minyak dan lemak, seng, sianida, sulfat, amoniak, fosfor, urea anorganik, bahan beracun, fenol, dan sulfida

8 Industri kulit Total padatan, penggaraman, sulfida, kromium, endapan kapur, dan limbah organik

9 Industri besi dan logam

Limbah organik, suspended solid, minyak dan lemak, logam berat, bahan beracun, sianida, pH, klorida, sulfat, amoniak, dan fenol

10 Aneka industri Limbah organik, suspended solid, settleable solid, TDS, minyak dan lemak, warna, jumlah coli, bahan beracun, suhu, kekeruhan, dan amoniak

11 Pertanian Pestisida, bahan beracun, dan logam berat

12 Perhotelan Deterjen, zat padat, bahan organik, nitrogen, fosfor, warna, jumlah coli, bahan beracun, dan kekeruhan

13 Rekreasi Limbah organik, kekeruhan, dan warna

14 Kesehatan Bahan beracun, logam berat, limbah organik, jumlah coli 15 Perdagangan Limbah organik, suspended solid, settleable solid, TDS,

minyak dan lemak, amoniak, urea, fosfor, warna, jumlah coli, bahan beracun, dan kekeruhan

16 Pemukiman Deterjen, zat padat, limbah organik, nitrogen, fosfor, kalsium, klorida, dan sulfat

17 Perhubungan darat Logam berat, bahan beracun, dan limbah organik 18 Perikanan darat Limbah organik

19 Peternakan Limbah organik, suspended solid, klorida, nitrat, fosfor, warna, bahan beracun, suhu, dan kekeruhan

20 Perkebunan Limbah organik, suspended solid, TDS, minyak dan lemak, kromium, kalsium, klorida, sulfat, amoniak, natrium, nitrat, fosfor, urea anorganik, coli faces, suhu.


(39)

Limbah industri dapat berupa bahan sintetik, logam, dan bahan beracun berbahaya yang sulit diurai oleh proses biologi. Pada umumnya air limbah industri mengandung air, pelarut organik, minyak, padatan terlarut, dan senyawa kimia terlarut. Kandungan kimia limbah dapat berupa bahan organik atau anorganik, dari air kotor yang tidak berbahaya hingga mengandung logam beracun dan endapan organik. Limbah industri juga dapat mengandung logam dan cairan asam yang berbahaya, misalnya limbah yang dihasilkan industri pelapisan logam yang mengandung tembaga dan nikel serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat. Limbah tersebut bersifat korosif dan dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Selain itu, limbah industri yang lebih berbahaya adalah yang mengandung logam berat seperti merkuri (Hg), kromium (Cr), timbal (Pb), kadmium (Cd), dan arsen (As). Logam berat tersebut bersifat menetap dan mudah mengalami biomagnifikasi (Arisandi 2004). Apabila logam berat mencemari air yang selanjutnya terkonsumsi oleh organisme, seperti ikan dan biota perairan lainnya, maka akan mengumpul dalam waktu yang lama yang bersifat sebagai racun yang akumulatif.

Di Jawa Timur, jumlah industri yang secara langsung mempengaruhi sungai Brantas dan anak sungai utama termasuk Kali Surabaya adalah 483 industri dengan total beban BOD mencapai 125 ton/hari (Harnanto & Hidayat 2003; Masduqi & Apriliani 2008). Industri-industri tersebut dibagi menjadi 8 kelompok berdasarkan pencemar utama yang dihasilkan, yaitu: (1) industri pulp dan kertas; (2) pabrik gula; (3) industri kimia; (4) industri pertanian dan derivatifnya; (5) industri tekstil; (6) industri minyak dan deterjen; (7) industri makanan; dan (8) industri cat dan metalurgi.

Menurut Machbub et al. (1988), industri yang membuang limbah anorganik berupa logam terlarut adalah industri pipa, industri keramik, dan industri sepeda. Sedangkan industri yang membuang bahan pencemar organik dalam jumlah besar ke Kali Surabaya adalah industri kulit, industri bumbu masak/MSG, industri kertas, industri gula, dan industri minuman dengan beban BOD dan COD seperti disajikan pada Tabel 3.


(40)

Tabel 3 Industri yang membuang limbah organik ke Kali Surabaya

No. Jenis Industri Beban Pencemar (kg/hari)

BOD COD

1. 2. 3. 4. 5.

Industri kulit

Industri bumbu masak/MSG Industri kertas

Industri gula Industri minuman

150.4 478.7 277.5 4,321.0

865.7

250.5 768.9 17,268.0

6,417.4 1,286.9 Sumber: Machbub et al. (1988).

Menurut Novita (2000), industri utama yang diperkirakan menyumbang beban polusi terbesar selama ini ke Kali Surabaya adalah industri kertas, yaitu PT. Surya Agung Kertas, PT. Surabaya Mekabox, PT. Suparma, dan PT. Adiprima Suraprinta. PT. Miwon yang memproduksi MSG, penyedap makanan juga diperkirakan menyumbang beban polusi cukup besar. Industri dan jenis produk yang dihasilkan dari 41 industri dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan survei daya dukung Kali Surabaya terhadap beban pencemaran yang dilakukan Terangna et al. (1992), diketahui bahwa kandungan kromium 0-1.29 mg/l, tembaga 0-1.86 mg/l, seng 0.06-15.69 mg/l dan timbal sebesar 0-1.38 mg/l. Menurut Danazumi & Bhici (2010), sumber point sources polutan logam berat yang utama adalah air limbah dari industri logam, pertambangan, pengalengan, farmasi, pertisida, kimia organik, karet dan plastik, dan produk kayu, sedangkan menurut Wijayanto (2005) industri-industri yang memberikan efluen Hg dan logam berat lainnya adalah industri yang memproses klorin, produksi soda kaustik, metalurgi dan elektroplating, industri kimia, industri tinta, industri kertas, penyamakan kulit, industri tekstil dan perusahaan farmasi.

2) Limbah Domestik / Kegiatan Pemukiman

Limbah domestik (sewage) adalah bahan buangan sebagai hasil sampingan non-industri, melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, restoran, tempat hiburan, pasar, dan lain-lain yang dapat menimbulkan pencemaran. Limbah domestik dapat berupa sampah organik dan sampah anorganik serta larutan yang kompleks terdiri dari air (biasanya di atas 99%) dan padatan berupa zat organik serta anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau didegradasi oleh bakteri atau melalui proses kimia dan fisika. Contohnya sisa nasi,


(41)

sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sampah anorganik seperti plastik, kaca, logam, karet, kertas, dan kulit, tidak dapat diuraikan oleh bakteri.

Tabel 4 Nama industri dan jenis produknya

No Nama Industri Produk Limbah Dominan

Jarak dari D.Gnsari

(km) 1. Pers. Tahu Kedurus Tahu BO, PS, PT 2.30 2. Pers. Tahu Gunungsari Tahu BO, PS, PT 2.31 3. Pers. Tahu Halim Jaya Tahu BO, PS, PT 2.34 4. PT Rejeki Baru Capoc seed oil BO, PS, minyak 2.51 5. Pabrik Karet Asean Ring Rubber BO, Zn 2.53 6. PD. Pemotongan Hewan KMS Sapi Potong BO, PS, PT, PD 3.23 7. UD Jawa Jaya Coconut Oil BO, PS, PT 3.36 8. PT Bintang Apollo Spinning Mill BO, PS, PT, Cr 3.35 9. PT Sumber Sarih Coconut Oil BO, PS, minyak 3.64 10. PT Gawerejo Tshirt & Singlet BO, PS, PT, Cr 3.70 11. Pabrik Karet Sriwijaya Rubber bands BO, Zn 3.79 12. Pabrik Mie TLH Vermicelli PS, PT 3.84 13. FA Cemara Agung Coconut Oil BO, PS, minyak 3.94 14. PT. Pakabaya Jaya Korek Api BO, PS, PT, Cd 5.34 15. PT. Jayabaya Raya Domestic Detergent BO, PS, PT 5.49 16. Pers. Tahu Purnomo Tahu BO, PS, PT 5.64 17. CV. Bangun Tiles PD, PS, Pb, Zn, Cd 5.70 18. Pers. Tegel Jombang Tiles PD, PS, Pb, Zn, Cd 5.72 19. Pers. Tahu H. So'ud Tahu BO, PS, PT 6.22 20. UD Sumber Agung Plastic wares PS, PT 6.79 21. Pers. Susu Farida Fresh Milk BO, PS, PT 6.80 22. CV. Sumber Baru Confection BO, PS, PT, Cr 7.05 23. PT IKI Mutiara Ceramic/Glazed Tiles PD, PS, Pb, Zn, Cd 7.05 24. PT Asia Victory (SRB 251) Glazed Ceramic Tiles PD, PS, Pb, Zn, Cd 7.40 25. PT Sarimas Permai Coconut Oil BO, PS, PT 7.70 27. PT Suparma (SRB 054) Paper mill BO, PS, PT, Hg 8.80 28. PT Spindo (SRB 250) Galvanized water pipe PS, PT 9.00 29. PT Kedawung Setia Enamel Hg, Cd, Cr, Pb, Cu 9.10 30. PT Surabaya Wire Steel Wire PS, Hg, Cr, Pb, Cu 9.30 31. PT Surabaya Mekabox Paper mill BO, PS, PT, Hg 10.60 32. PT Priscolin Minyak goreng BO, PS, minyak 10.65 33. PT Wijaya Indah Makmur

Bycycle Industry

Bycycle PS, PT, Cr, Pb, Cu 12.10 34. PT Sinar Surya Sosro Kencono Bottle & Cardboard tea BO, PS, PT 13.05 35. PT Timur Megah Steel Mur baut PS, Hg, Cr, Pb, Cu 14.50 36. PT Haka Surabaya Leather Kulit BO, PS, PT, Cr 15.95 37. PT Miwon Indonesia MSG BO, PS, PT 16.60 38. PT Surya Agung Kertas Paper mill BO, PS, PT, Hg 17.20 39. PT. Hueychyi Tekstil BO, PS, PT, Cr 17.60 40. PT. Sidomulyo Ternak Babi BO, PT, PS, PD 21.05 41. Pers. Tahu Sidomakmur Tahu BO, PS, PT 21.15 Sumber: diolah dari Fardiaz (1992), Novita (2000), Ahalya et al. (2004), Arisandi (2004), Rezazee et al. (2005), Wijayanto (2005), Ginting (2007), Widowati (2008).

Ket: BO = bahan organik; PS = padatan tersuspensi; PT = padatan terlarut; PD = padatan terendap.


(42)

Sampah organik yang dibuang ke sungai dapat mengakibatkan deplesi jumlah oksigen terlarut dalam air sungai, karena sebagian besar oksigen akan digunakan bakteri untuk menguraikan bahan organik menjadi partikel yang lebih sederhana yaitu karbondioksida, air, dan gas lainnya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.

Berkaitan dengan pencemaran air dari kegiatan domestik, data statistik lingkungan hidup 2006/2007 (KLH 2008a) menunjukkan banyak penduduk (rumah tangga) masih memadati bantaran sungai. Di Indonesia rumah tangga yang bertempat tinggal di sepanjang bantaran sungai pada tahun 2005 tercatat sebanyak 118,891 rumah tangga dengan jumlah terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Data statistik tersebut juga menyebutkan bahwa sekitar 7.66 persen rumah tangga di Indonesia pada tahun 2004 masih membuang sampahnya ke sungai. Menurut Salim (2002), beban pencemaran domestik untuk setiap orang berbeda-beda. Setiap orang di Indonesia diperkirakan akan mengeluarkan BOD sebesar 25 g/orang/hari dan COD sebesar 57 g/orang/hari, sedangkan untuk parameter nitrogen dan fosfor serta parameter lain dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi beban pencemar limbah domestik

Parameter Unit Beban Pencemaran

BOD COD Nitrogen: - N-NH - N-NO 3 - N-NO 2 - N-organik 3 - N-total Fosfor: - ortho-fosfat - Total P

- Deterjen (MBAS) - Fenol

- Coli Fecal

g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari g/orang/hari 25 57 1.83 0.006 0.97 8.3 11.1 - 1.1 0.63 0.006 14 x 1012 Sumber: Salim (2002).

Komponen limbah domestik dapat mencakup mikroorganisme, zat padat, dan bahan organik maupun anorganik. Komposisi bahan organik dalam limbah


(43)

domestik menurut Tebbut (1992) dalam Effendi (2003) dan Sugiharto (2005) ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Komponen penyusun limbah domestik.

Limbah domestik menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroba terutama golongan bakteri, serta beberapa virus dan protozoa. Kebanyakan mikroba tidak berbahaya dan dapat dihilangkan dengan proses biologi yang mengubah zat organik menjadi produk akhir yang stabil, namun beberapa limbah domestik dapat mengandung organisme patogen. Jumlah zat padat dalam limbah cair adalah residu limbah cair setelah bagian cairnya diuapkan dan sisanya dikeringkan hingga mencapai berat yang konstan. Kandungan bahan organik dan anorganik limbah domestik dapat berupa: (1) nitrogen dan fosfat dalam limbah dari aktivitas manusia dan fosfat dari deterjen, (2) klorida dan sulfat, yang berasal dari air dan limbah yang berasal dari manusia; (3) karbonat dan bikarbonat, biasanya terdapat dalam bentuk garam kalsium dan magnesium; dan (4) zat toksik seperti sianida dan logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd), krom (Cr), tembaga (Cu), merkuri (Hg), dan timbal (Pb).

Limbah domestik merupakan salah satu sumber bahan organik, nutrien dan mikroorganisme yang mencemari air kali surabaya. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan arus urbanisasi menyebabkan terkonsentrasinya pemukiman pada daerah perkotaan seperti surabaya dengan kepadatan penduduk pada tahun 2000 mencapai 8,149.9 orang/km2 (Bapedal 2006). Jumlah beban limbah domestik pada daerah padat penduduk dapat melebihi kapasitas asimilasi sungai terutama pada musim kemarau.

Limbah domestik

Air (99.9%) Padatan (0.1%)

Organik (70%) Anorganik (30%)

Protein (65%)

Karbohidrat (25%)

Lemak


(44)

Pada tahun 2002, jumlah penduduk yang tinggal di DAS brantas mencapai 15.5 juta. Populasi penduduk yang menempati daerah perkotaan sekitar 25 persen dari keseluruhan populasi penduduk DAS brantas, akibatnya beban pencemaran akibat limbah domestik dapat diestimasi dengan mengalikan beban pencemaran akibat limbah domestik per kapita dengan populasi penduduk di daerah tersebut, di mana untuk daerah perkotaan beban BOD adalah 46 gram BOD/orang/hari, sedangkan untuk daerah perdesaan 35 gram BOD/orang/hari. Total beban limbah domestik yang dihasilkan pada tahun 2002 sekitar 515 ton BOD/hari (Harnanto & Hidayat 2003).

3) Limbah Lainnya

Sumber pencemar air sungai lain di luar limbah industri dan domestik adalah kegiatan pertanian dan timbulan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Kegiatan pertanian memberikan kontribusi terhadap pencemaran air (non point sources). Limbah pertanian yang paling utama adalah pupuk kimia dan pestisida. Pupuk kimia dan pestisida digunakan petani untuk perawatan tanaman, namun pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan enceng gondok penyebab timbulnya eutrofikasi. Pestisida biasa digunakan untuk membunuh hama. Limbah pestisida mempunyai aktivitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air ke luar dari daerah pertanian dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang dan biota air lainnya.

Timbulan sampah di TPA akan menghasilkan lindi yang umumnya mengandung beberapa logam berat. Lindi sampah ini dapat masuk ke dalam tanah atau ikut terbawa dalam aliran sungai sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran air sungai (Setyaningrum 2006).

2.1.2 Bahan Pencemar Air Sungai

Menurut Effendi (2003), bahan pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Bahan pencemar yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai pencemar yang dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:


(1)

Lampiran 35 Persen BOD melampaui kapasitas asimilasi

Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

PBOD PBOD PBOD PBOD

2453.67 2453.67 2453.67 2453.67

2625.92 2625.92 2625.92 2625.92

3480.98 3480.98 3480.98 3480.98

3283.12 3283.12 3283.12 3283.12

3428.95 3428.95 3428.95 3428.95

3038.17 3038.17 3038.17 3038.17

2435.35 2435.35 2435.35 2435.35

2356.84 2356.84 2356.84 2356.84

2281.25 2281.25 2281.25 2281.25

2208.48 2183.31 2191.91 2264.20

2138.43 2089.76 2106.33 2248.14

2070.97 2000.41 2024.34 2233.06

2006.01 1915.06 1945.78 2218.96

1943.46 1833.53 1870.52 2205.83

1883.22 1755.64 1798.40 2193.67

1825.21 1681.23 1729.28 2182.48

1769.33 1610.13 1663.05 2172.25

1715.50 1542.20 1599.56 2162.99

1663.65 1477.29 1538.72 2154.70

1613.70 1415.26 1480.39 2147.38

1565.58 1355.98 1424.48 2141.04

1519.21 1299.32 1370.87 2135.68

1474.54 1245.17 1319.47 2131.31

1431.49 1193.40 1270.19 2127.93

1390.00 1143.92 1222.93 2125.56

1350.03 1096.61 1177.61 2124.21

1311.50 1051.39 1134.14 2123.90


(2)

Lampiran 36 Persen TSS melampaui kapasitas asimilasi

Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

PTSS PTSS PTSS PTSS

737.84 737.84 737.84 737.84

1264.18 1264.18 1264.18 1264.18

2282.39 2282.39 2282.39 2282.39

3732.61 3732.61 3732.61 3732.61

2555.89 2555.89 2555.89 2555.89

2647.20 2647.20 2647.20 2647.20

1963.07 1963.07 1963.07 1963.07

1962.78 1962.78 1962.78 1962.78

1963.90 1963.90 1963.90 1963.90

1966.45 1914.40 1932.39 2076.75

1970.46 1866.90 1902.38 2199.16

1975.96 1821.32 1873.82 2332.09

1982.98 1777.58 1846.68 2476.61

1991.56 1735.63 1820.92 2633.91

2001.74 1695.38 1796.51 2805.35

2013.56 1656.78 1773.41 2992.41

2027.09 1619.76 1751.61 3196.79

2042.37 1584.28 1731.06 3420.38

2059.47 1550.27 1711.76 3665.31

2078.46 1517.69 1693.67 3933.98

2099.41 1486.48 1676.78 4229.09

2122.40 1456.59 1661.07 4553.72

2147.51 1427.99 1646.52 4911.31

2174.85 1400.62 1633.12 5305.80

2204.52 1374.46 1620.85 5741.64

2236.63 1349.45 1609.72 6223.89

2271.31 1325.57 1599.70 6758.30


(3)

Lampiran 37 Persen COD melampaui kapasitas asimilasi

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

PCOD PCOD PCOD PCOD

2458.13 2458.13 2458.13 2458.13

2220.73 2220.73 2220.73 2220.73

2456.94 2456.94 2456.94 2456.94

2198.95 2198.95 2198.95 2198.95

2083.38 2083.38 2083.38 2083.38

2036.68 2036.68 2036.68 2036.68

1273.09 1273.09 1273.09 1273.09

1167.61 1167.61 1167.61 1167.61

1070.61 1070.61 1070.61 1070.61

981.42 954.72 968.07 996.38

899.44 850.97 875.04 927.19

824.09 758.13 790.66 862.69

754.87 675.08 714.15 802.56

691.27 600.83 644.80 746.53

632.87 534.47 581.96 694.32

579.24 475.20 525.04 645.66

530.01 422.28 473.49 600.34

484.83 375.05 426.84 558.11

443.38 332.93 384.62 518.78

405.35 295.38 346.44 482.15

370.48 261.91 311.92 448.04

338.51 232.11 280.71 416.28

309.20 205.58 252.52 386.71

282.35 181.98 227.06 359.19

257.75 160.99 204.08 333.57

235.22 142.34 183.34 309.73

214.59 125.77 164.63 287.54


(4)

Lampiran 38 Persen N-NO

3

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

PNNO3 PNNO3 PNNO3 PNNO3

4910.91 4910.91 4910.91 4910.91

4067.10 4067.10 4067.10 4067.10

3802.77 3802.77 3802.77 3802.77

2397.88 2397.88 2397.88 2397.88

1237.09 1237.09 1237.09 1237.09

953.95 953.95 953.95 953.95

545.64 545.64 545.64 545.64

442.44 442.44 442.44 442.44

363.70 363.70 363.70 363.70

302.94 266.50 284.72 323.33

255.46 200.51 227.16 289.12

217.95 154.60 184.47 259.95

187.96 121.92 152.28 234.93

163.75 98.16 127.64 213.35

144.00 80.56 108.50 194.63

127.73 67.28 93.43 178.29

114.21 57.10 81.41 163.96

102.87 49.16 71.71 151.32

93.27 42.89 63.79 140.10

85.07 37.86 57.25 130.10

78.02 33.77 51.79 121.14

71.90 30.41 47.18 113.06

66.54 27.61 43.25 105.75

61.82 25.25 39.86 99.09

57.61 23.24 36.92 93.00

53.84 21.50 34.33 87.40

50.44 19.98 32.04 82.24

47.35 18.64 29.98 77.47


(5)

Lampiran 39 Persen P-PO

4

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

PPPO4 PPPO4 PPPO4 PPPO4

105.04 105.04 105.04 105.04

72.57 72.57 72.57 72.57

45.06 45.06 45.06 45.06

100.52 100.52 100.52 100.52

22.31 22.31 22.31 22.31

18.53 18.53 18.53 18.53

11.25 11.25 11.25 11.25

9.54 9.54 9.54 9.54

8.16 8.16 8.16 8.16

7.05 6.45 6.75 7.38

6.14 5.20 5.66 6.70

5.39 4.25 4.80 6.11

4.77 3.54 4.12 5.59

4.25 2.98 3.57 5.14

3.82 2.55 3.13 4.73

3.45 2.21 2.77 4.37

3.13 1.93 2.47 4.05

2.86 1.71 2.22 3.76

2.62 1.52 2.01 3.50

2.41 1.37 1.83 3.27

2.23 1.24 1.67 3.06

2.07 1.13 1.54 2.86

1.93 1.04 1.42 2.68

1.80 0.961 1.32 2.52

1.68 0.89 1.23 2.37

1.58 0.829 1.15 2.23

1.48 0.774 1.08 2.10

1.39 0.724 1.01 1.98


(6)

Lampiran 40 Persen total rata-rata melampaui kapasitas asimilasi

Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

PTP PTP PTP PTP

2133.12 2133.12 2133.12 2133.12

2050.10 2050.10 2050.10 2050.10

2413.63 2413.63 2413.63 2413.63

2342.62 2342.62 2342.62 2342.62

1865.53 1865.53 1865.53 1865.53

1738.91 1738.91 1738.91 1738.91

1245.68 1245.68 1245.68 1245.68

1187.84 1187.84 1187.84 1187.84

1137.52 1137.52 1137.52 1137.52

1093.27 1065.08 1076.77 1133.61

1053.99 1002.67 1023.31 1134.06

1018.87 947.74 975.62 1138.78

987.32 898.63 932.60 1147.73

958.86 854.23 893.49 1160.95

933.13 813.72 857.70 1178.54

909.84 776.54 824.79 1200.64

888.75 742.24 794.40 1227.48

869.69 710.48 766.28 1259.31

852.48 680.98 740.18 1296.48

837.00 653.51 715.91 1339.38

823.14 627.88 693.33 1388.47

810.82 603.91 672.27 1444.32

799.94 581.48 652.64 1507.55

790.46 560.44 634.31 1578.91

782.31 540.70 617.20 1659.23

775.46 522.15 601.23 1749.49

769.86 504.70 586.32 1850.82