Strategi Pengendalian Pencemaran Kali Surabaya

kondisi pengelolaan saat ini di masa akan datang kondisi eksisting, yaitu pada akhir tahun simulasi 2030.

5.10 Strategi Pengendalian Pencemaran Kali Surabaya

Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting terhadap parameter fisik-kimia perairan Kali Surabaya menunjukkan, bahwa parameter DO, BOD, COD, N-NO 2 Semakin berkembangnya pemukiman penduduk di sekitar sempadan sungai akibat pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan , TSS, dan Hg telah melampaui ambang batas KMA kelas 1 sebagai sumber air baku air minum. Hal tersebut juga mengindikasikan, bahwa pencemaran bahan organik dari limbah industri dan domestik menjadi sumber pencemar utama yang perlu mendapat prioritas penanganan dalam upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya. Hasil analisis status kualitas perairan juga menunjukkan, bahwa Kali Surabaya berada dalam kondisi tercemar berat dan memerlukan upaya penurunan beban pencemaran. Karenanya, guna mereduksi beban pencemaran dan memulihkan kondisi Kali Surabaya perlu dirumuskan beberapa strategi kebijakan dalam upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya. Terdapat berbagai strategi pengendalian pencemaran air, namun yang terpenting adalah reduksi limbah dari sumbernya, cara pengumpulan, dan pembersihan limbah. Strategi pengendalian pencemaran Kali Surabaya disesuaikan dengan hasil skenario berdasarkan expert judgement dan disesuaikan dengan hasil simulasi model yang ada. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa permasalahan pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat dengan nilai interpretasi saat ini 30.85, persepsi masyarakat dengan nilai interpretasi saat ini 42.15, implementasi peraturan pengendalian pencemaran air dengan nilai interpretasi saat ini 43.2, komitmendukungan Pemda dengan nilai interpretasi saat ini 43.35, dan sistem dan kapasitas kelembagaan dengan nilai interpretasi saat ini 45.7 adalah yang paling dominan dalam pengendalian pencemaran Kali Surabaya. Oleh karena itu, strategi pengendalian yang diambil adalah dengan memprioritaskan skenario moderat dan optimis, karena skenario tersebut dapat menggambarkan keberlanjutan pengelolaan Kali Surabaya. Adapun strategi pengendalian pencemaran air Kali Surabaya berdasarkan prioritas pada masing- masing faktor pengungkit adalah sebagai berikut: 1 Pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat yang rendah akan meningkatkan jumlah masyarakat yang membuang limbah atau sampahnya ke sungai dan semakin meningkatkan beban pencemaran ke Kali Surabaya. Reduksi beban pencemaran Kali Surabaya yang terkait dengan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat dapat dilakukan dengan menekan laju pertumbuhan penduduk tidak melebihi 1.0 per tahun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengaktifkan kembali program keluarga berencana, melarang pemanfaatan bantaran Kali Surabaya sebagai lahan pemukiman baru, melakukan penataan kawasan pemukiman di sepanjang tepi Kali Surabaya dengan konsep relokasi pemukiman ilegal di kawasan tersebut dan pemanfaatan kawasan relokasi sebagai lokasi penempatan IPAL dan ruang terbuka hijau untuk mengembalikan kawasan sempadan sungai. Beban BOD Kali Surabaya 59.77 bersumber dari limbah domestik. Pengendalian pencemaran air yang menitikberatkan pada sistem pembersihan air limbah oleh tiap industri saja tidak memadai dan limbah domestik perlu ditangani secara seksama. Berdasarkan hal tersebut maka pembangunan sarana IPAL komunal untuk limbah domestik dan pembuatan saluran pengumpul dan instalasi air limbah gabungan cluster menjadi alternatif pengendalian. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menyikapi masalah pencemaran dan permasalahan lingkungan lainnya dapat dilakukan dengan meningkatkan peran dan fungsi lembaga kemasyarakatan setempat, meningkatkan kemitraan masyarakat dan industri, melakukan pendidikan dan penyuluhan lingkungan sejak usia dini, serta penerapan reward dan punishment. 2 Persepsi masyarakat Persepsi masyarakat merupakan faktor penting dalam upaya pengendalian pencemaran Kali Surabaya, karena adanya persepsi yang benar akan menentukan kesadaran, peran dan partisipasi masyarakat selanjutnya untuk tidak membuang limbah langsung ke sungai. Upaya peningkatan persepsi dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan pelatihan dan sosialisasi pada masyarakat terutama masyarakat di sekitar bantaran Kali Surabaya serta mengupayakan peningkatan fasilitas sanitasi. Selain itu, peningkatan persepsi masyarakat juga dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat. Pola pemberdayaan masyarakat yang diterapkan dapat mengadopsi model pemberdayaan masyarakat di kelurahan Jambangan Surabaya, yaitu kemitraan antara masyarakat kelurahan Jambangan dengan industri Yayasan Uli Peduli PT. Unilever yang melibatkan perguruan tinggi, sarjana pendamping, pemerintah kota, pengurus RT, dan tokoh masyarakat. Kegiatan swadaya yang dilakukan berupa pembudidayaan pohon mengkudu di pinggir kali, menanam tanaman hias, tanaman obat dan pohon pelindung di halaman rumah, pengelolaan sampah dengan menggunakan komposter skala rumah tangga dan komposter komunal untuk sampah organik. Dalam waktu dua tahun, masyarakat Jambangan Surabaya yang sebelumnya tidak peduli lingkungan, misalnya aktivitas MCK masih dilakukan di Kali Surabaya menjadi peduli lingkungan, yakni masyarakat sudah membiasakan diri menggunakan MCK ramah lingkungan yang disediakan walaupun harus membayar iuran Rp 3,000.00 per KK setiap bulannya. Saat ini di Kelurahan Jambangan telah terbentuk 499 orang kader lingkungan. Daerah yang tadinya kumuh dan kotor, kini menjadi rapi dan bersih berkat masyarakatnya dengan pola hidup yang berwawasan lingkungan. 3 Implementasi peraturan pengendalian pencemaran air Pengurangan beban pencemaran Kali Surabaya dari sumber-sumber pencemaran yang ada dapat dilakukan melalui implementasi peraturan pengendalian pencemaran oleh seluruh stakeholders terkait. Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil analisis prioritas kegiatan reduksi beban pencemaran, diketahui bahwa penetapan kelas air menjadi prioritas utama diikuti dengan kegiatan penyuluhan dan penetapan daya tampung beban pencemaran. Untuk itu, penetapan kelas air dan penetapan daya tampung beban pencemaran PDTBP Kali Surabaya perlu dibuat dalam bentuk peraturan daerah b. Penegakan hukum terhadap industri-industri yang terbukti nyata menimbulkan dampak pencemaran lingkungan Kali Surabaya. agar penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran dapat ditegakkan. c. Mewajibkan semua industri di sekitar Kali Surabaya memiliki instalasi pengolah air limbah IPAL atau IPLC. d. Mewajibkan industri yang membuang air limbahnya ke Kali Surabaya untuk memiliki UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. e. RTRW kota untuk bangunan dibuat berdasarkan kesesuaian lahan. 4 Komitmen Dukungan Pemda Kondisi kualitas air Kali Surabaya yang memprehatinkan membutuhkan komitmendukungan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan upaya pengendalian pencemaran air secara nyata dan konsisten. Bentuk komitmendukungan Pemda tersebut dapat berupa fasilitas fisik maupun non fisik, antara lain: a. Pengetatan sistem perijinan pembuangan limbah. Kegiatan ini termasuk faktor penting dalam mereduksi beban pencemaran dan berdasarkan hasil analisis AHP menempati peringkat ke tujuh. Karenanya, Pemerintah Daerah pengelola Kali Surabaya b. Komitmen dan dukungan Pemda dalam penegakan hukum. Komitmen dukungan Pemda dalam penegakan hukum merupakan salah satu aspek utama dalam peningkatan pentaatan di samping pemanfaatan instrumen- instrumen pengelolaan lainnya. Hal ini dapat dilakukan melalui sistem perlu mengupayakan pembatasan perijinan pembuangan limbah yang baru terutama pada daerah sekitar ruas sungai yang sudah tidak memiliki daya tampung lagi. Pada daerah ini, kegiatan komersial yang berpotensi menghasilkan limbah yang besar, misalnya industri, hotel, pemukiman dan rumah potong hewan tidak boleh diberi ijin lagi. pengawasan pembuangan limbah cair industri yang lebih ketat dan penegakan hukum. Pemerintah Daerah perlu melakukan pengawasan pembuangan air limbah industri ke badan airsaluran dengan cara pemasangan meter air untuk menghindari pembuangan air limbah yang berlebihan serta c. Meningkatkan daya tampung Kali Surabaya. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya pelestarian lingkungan tata air pada daerah memberi sanksi secara tegas kepada industri yang mencemari Kali Surabaya. Pemantauan limbah industri harus dilakukan terus menerus dengan melakukan inspeksi mendadak sidak dan mengintensifkan program Patroli Kali Surabaya dan program Stop Cemari Kali Surabaya. pengaliran sungai. Kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan perencanaan tata ruang dan tata guna lahan yang berwawasan lingkungan. Tingginya tingkat konversi lahan sempadan sungai menjadi lahan terbangun harus diimbangi dengan peningkatan pelestarian, konservasi dan pemulihan ekosistem sempadan sungai. Dalam hal ini, perlu komitmen yang kuat dari Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengikuti rencana yang telah ditetapkan. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 juga menetapkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah KabupatenKota sesuai kewenangan masing-masing, dalam rangka pengendalian pencemaran air pada sumber air berwenang menetapkan daya tampung beban pencemaran. d. Pengetatan baku mutu limbah cair untuk kegiatan komersial pada ruas sungai yang telah tercemar berat. Dalam hal ini, dukungan Pemerintah Daerah dapat berupa bantuan teknologi pengolahan limbah atau meningkatkan peran industri dalam mengatasi limbahnya. Industri dapat mempertimbangkan untuk mereduksi beban limbah melalui konsep produksi bersih atau meningkatkan kemampuan IPAL-nya atau pindah ke lokasi lain relokasi industri yang daya tampung badan airnya masih memungkinkan. e. Pengadaan sarana dan prasarana kerja operasional dan sistem informasi pengendalian pencemaran air, fasilitas pengolahan limbah cair IPAL komunal, MCK Umum, TPS, dan fasilitas sanitasi lainnya. f. Pemantauan dan evaluasi perubahan mutu air Kali Surabaya secara periodik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menetapkan kualitas parameter fisik, kimia, dan biologi pencemar air melalui monitoring atas konsentrasi pencemar. Hasil pemantauan dan evaluasi dapat memberikan informasi atau gambaran tentang kualitas air Kali Surabaya dan sumber pencemar dominan, yang dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan bagi pengelola Kali Surabaya dalam upaya pengendalian. g. Memiliki program kerja pengendalian pencemaran air jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. 5 Sistem dan Kapasitas Kelembagaan Salah satu kelemahan dalam pengelolaan Kali Surabaya adalah kurangnya koordinasi antar sektor dinas Perum Jasa Tirta I, BLH Kota, BLH Jawa Timur, Dinas Perindustrian Propinsi, dan Dinas PU Pengairan Propinsi dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pengendalian pencemaran dan pemantauan kualitas air Kali Surabaya. Akibatnya, aktivitas yang dilakukan sering bersifat parsial dan sektoral, sehingga sering terjadi tumpang tindih bahkan ada kalanya tidak saling mendukung. Sebagai contoh, tidak adanya koordinasi antara Dinas Perindustrian yang memberi ijin berdirinya industri dengan BLH selaku pemberi ijin pembuangan limbah cair, sehingga banyak indus tri berdiri tanpa memiliki IPAL. Selain itu, terjadi tumpang tindih penetapan titik pemantauan kualitas Kali Surabaya dan di beberapa sumber pencemar industri antara Perum Jasa Tirta I, BLH Kota dan Provinsi, dan PU Pengairan Provinsi. Karena itu, strategi kebijakan terkait sistem dan kapasitas kelembagaan adalah meningkatkan keterpaduan pengelolaan melalui peningkatan koordinasi antar sektor dinas yang terkait dengan pengelola Kali Surabaya, antara lain: a. Memperbaiki kualitas kinerja BLH Jawa Timur dan Instansi terkait dalam kegiatan pemantauan kualitas limbah industri dan sumber air. b. Pembentukan forum koordinatif yang melibatkan seluruh dinas terkait kegiatan pengelolaan Kali Surabaya untuk penyusunan kerangka kelembagaan, meliput i visi, misi, tujuan, sasaran, serta strategi pengelolaan, termasuk di dalamnya program implementasi kebijakan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. c. Memperjuangkan aspek legal kesepakatan pengelolaan Kali Surabaya yang telah ditetapkan untuk dijadikan undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan daerah yang bersifat mengikat. d. Pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan pihak industri. e. Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi pengendalian pencemaran air yang diintegrasikan dengan sistem informasi lingkungan Kali Surabaya dari aspek biofisik dan sosial ekonomi masyarakat untuk acuan dalam pengambilan keputusan pengelolaan Kali Surabaya.

5.11 Pembahasan Umum