Total paparan harian rata-rata mgkg bbhari adalah
7 6
13 .
2 64
70 6
59 .
5 6
− +
− E
x E
x
= 1.99E-5
HQ = 5
40 .
1 5
99 .
1 −
− E
E = 1.42
Berdasarkan kriteria kebahayaan risiko yang diberikan oleh Landis Ming 1999, yaitu sangat berisiko, hazard quotient HQ 1, risiko potensial
HQ = 1, dan risiko rendah HQ 1, maka pencemaran Hg di perairan Kali Surabaya sangat berisiko bagi individu dengan berat badan 70 kg dewasa dan 15
kg anak bila melakukan aktivitas berkontak dengan air dan dasar sungai mandi, berenang, mencuci dengan frekuensi 30 haritahun selama 1-2 jamhari, karena
nilai HQ di atas 1.
5.5 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran
Untuk mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dilakukan survei lapangan
menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan terstruktur. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sepanjang Kali
Surabaya pada sisi kiri-kanan zona 500 meter dari Kali Surabaya. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 200 orang dengan tingkat kesalahan sekitar 7.
Persepsi masyarakat yang dievaluasi mencakup: 1 Pemanfaatan penggunaan Kali Surabaya, 2 Pandangan responden terhadap masalah penurunan kualitas
Kali Surabaya, 3 Pandangan responden terhadap kelayakan air Kali Surabaya untuk peruntukan, dan 4 Pandangan responden terhadap pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air Kali Surabaya. Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran dapat berupa keterlibatan responden baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap upaya pengendalian pencemaran.
5.5.1 Karakteristik Responden
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar status responden dalam keluarga adalah kepala keluarga 62.0 dan proporsi terbesar kedua adalah
pasangan suami-istri 23.0. Karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 30 dan Lampiran 6.
a b
Gambar 30 a Proporsi status responden dalam keluarga b Proporsi tingkat pendidikan responden.
Pendidikan formal masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya sebagian besar adalah pendidikan menengah SMA 33 dan SMP 27 dan pendidikan
dasar 19, sementara masyarakat yang berpendidikan tinggi hanya 4. Pada data pada Lampiran 6, tampak bahwa pekerjaan responden sebagian
besar adalah pedagangwiraswasta 40.5 dan pegawai swastaBUMN 23.5. Pendapatan rata-rata responden per minggu antara Rp 150,000 – Rp 250,000
43.5 dan Rp 250,000 – Rp 350,000 21.0. Keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu rumah dengan responden berjumlah 3 – 4 orang 44.0 dan
berjumlah 5 – 6 orang 37.5. Mayoritas responden memiliki bangunan rumah permanentembok penuh 81.0. Jarak rumah responden terhadap Kali Surabaya
sebagian besar sekitar 20 meter dari Kali Surabaya 28.0 dan sekitar 50 meter dari Kali Surabaya 26.0.
5.5.2 Persepsi Masyarakat tentang Pengendalian Pencemaran
Persepsi pada hakekatnya merupakan pandangan individu terhadap suatu objek atau stimulus. Persepsi yang benar terhadap lingkungannya sangat
diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukkan sikap dan perilaku yang akan menentukan tindakan individu selanjutnya. Menurut Sasanti 2003,
Persepsi merupakan suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat bergantung
pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Menurut
Hartley 2006, persepsi individu terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh informasi, ketidakpastian atau ketidaklengkapan informasi dapat menyebabkan
persepsi yang tidak benar. Lebih lanjut Hartley 2006 menyatakan bahwa informasi berkaitan dengan ilmu pengetahun dan teknologi, pengetahuan lokal,
karakteristik daerah, tata nilai, kontek lokal dan informasi lain terkait faktor politik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Interpretasi individu terhadap kualitas,
pemanfaatan dan kelayakan sungai untuk peruntukan dapat mempengaruhi persepsi dan sikapnya terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air sungai. Hasil pengumpulan data melalui kuesioner menunjukkan bahwa masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya pada umumnya memiliki
persepsi yang tinggi terhadap pemanfaatan Kali Surabaya dan kelayakan air Kali Surabaya, namun persepsi masyarakat terhadap masalah kualitas air Kali
Surabaya umumnya masih sedang dan perlu ditingkatkan. Hasil analisis persepsi ditunjukkan pada Gambar 31.
Gambar 31 Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan, masalah kualitas air dan kelayakan air Kali Surabaya.
Gambar 31 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sekitar Kali Surabaya tentang pemanfaatan atau penggunaan Kali Surabaya sudah baik dan tinggi, di
mana 76.33 responden menyatakan penggunaan Kali Surabaya sebagai sumber air baku air minum PDAM, 15.52 menyatakan untuk pertanian dan perikanan
dan hanya 8.14 responden yang memiliki persepsi rendah yakni menyatakan Kali Surabaya pemanfaatannya untuk mandi, cuci, buang hajat dan untuk
menampung limbah pemukiman. Tingginya persepsi responden terhadap pemanfaatan sungai diharapkan dapat menjadi dasar yang mempengaruhi sikap
dan perilaku masyarakat untuk tidak mencemari sungai dan ikut melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas air Kali Surabaya, sehingga di masa yang akan
datang kualitas air Kali Surabaya akan memenuhi standar kualitas air untuk bahan baku air minum.
Persepsi masyarakat yang benar terhadap upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya merupakan faktor penting karena akan menentukan peran dan
partisipasi masyarakat selanjutnya. Hasil analisis data kuesioner menunjukkan bahwa secara umum, masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya memiliki
persepsi yang tinggi terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran air Kali Surabaya Gambar 32, namun hal tersebut tidak sejalan dengan kondisi Kali
Surabaya yang masih tetap tercemar berat. Hal ini diduga akibat kurangnya sarana dan prasarana seperti IPAL komunal, MCK umum, jarak dan tempat pembuangan
sementara TPS, dan lain-lain. Hasil penelitian JICA dan KLH tahun 2007 KLH 2008 menunjukkan bahwa 15 orang yang tinggal dalam jarak 100 m dengan
tempat penampungan sampah melakukan pembuangan sampah ke sungai, sementara sebanyak 70 orang yang tinggal dengan jarak antara 100 m hingga
200 m dengan TPS melakukan pembuangan sampah ke sungai. Menurut Harihanto 2001, ada tiga faktor yang menyebabkan perilaku individu tidak
sesuai dengan sikap dan tindakannya, yaitu: motivasi, pandangan mengenai perilaku panutan, dan pandangan mengenai konsekuensi dari perilaku tertentu
terhadap air sungai.
Gambar 32 Persentase persepsi masyarakat tentang pengendalian pencemaran.
5.5.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran