Geologi Tanah Kondisi Fisik

46 47 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan lahan Data penggunaan lahan diperoleh dari interpretasi citra ALOS tahun 2010. Ketelitian hasil interpretasi ditunjukkan dengan nilai Overall accuracy OA dan Koefisien Kappa. Nilai OA hasil perhitungan adalah sebesar 89,14 sedangkan nilai Koefisien Kappa sebesar 0,87. Nilai OA dan KA tersebut menunjukkan bahwa ketelitian hasil interpretasi secara keseluruhan adalah termasuk ke dalam kategori baik, karena nilainya di atas 85, sehingga layak digunakan untuk analisis lebih lanjut. Data dan perhitungan OA dan KA disajikan pada Lampiran 7. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa terdapat 11 bentuk penggunaan lahan yang terdapat di sub DAS Cisadane Hulu yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam penggunaan lahan bervegetasi dan tidak bervegetasi. Kelompok penggunaan lahan bervegetasi meliputi hutan, kebun, ladang, padang rumputlapangan olah raga, perkebunan, sawah irigasi dan semakbelukar, sedangkan untuk kelompok tidak bervegetasi terdiri dari lahan terbuka, permukiman jarang dan padat, dan tubuh air danau, setu, sungai, dan sebagainya. Bentuk-bentuk penggunaan lahan beserta luasnya ditunjukkan pada Tabel 8. Penggunaan lahan paling luas di sub DAS Cisadane Hulu adalah sawah irigasi yakni sebesar 23.463 ha atau sekitar 27,45 dari luas keseluruhan sub DAS ini. Sawah irigasi tersebar pada bagian hilir, tengah dan sebagian kecil di bagian hulu sub DAS Cisadane Hulu, dan umumnya berada pada daerah dengan kelas lereng datar hingga curam. Penggunaan lahan ini umumnya berada pada satuan bentuk lahan dataran banjir yang ditandai lokasinya berlereng datar-landai dan berada di sekitar alur sungai. Penggunaan lahan hutan menempati 15.635 ha atau sekitar 18,29 dari daerah kajian, dan merupakan penggunaan lahan terluas ke-2. Penggunaan lahan ini sebagian besar berada di bagian hulu DAS terutama pada kelas lereng agak curam hingga sangat curam. Keberadaan hutan ini semakin terancam oleh tekanan 48 penduduk yang terus meningkat meskipun secara hukum hutan tersebut berada di kawasan konservasi berupa Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Hal ini terlihat dari adanya bentuk-bentuk penggunaan lahan budidaya atau semakbelukar yang berada di dalam kawasan konservasi. Areal hutan yang luasnya kurang dari 30 luas sub DAS, mengindikasikan kurang optimalnya hutan yang ada dalam upaya menjaga keseimbangan ekologi menurut undang-undang tata ruang. Tabel 8 Penggunaan Lahan dan luasannya di sub DAS Cisadane Hulu Penggunaan Lahan Luas ha Bervegetasi Sawah Irigasi 23.463 27,45 Hutan 15.635 18,29 SemakBelukar 14.873 17,40 Perkebunan campuran 10.880 12,73 Ladang 6.694 7,83 Perkebunan teh 1.462 1,71 Padang rumputLap olah raga 249 0,29 Perkebunan kelapa sawit 164 0,19 Tidak Bervegetasi Permukiman - Jarang - Padat 9.938 1.239 11,63 1.45 Tubuh air 717 0,84 Lahan terbuka 165 0,19 Jumlah 85.479 100,00 Sumber : hasil interpretasi citra ALOS Semakbelukar di sub DAS Cisadane Hulu umumnya berupa bekas hutan yang ditebang, hal ini terlihat dari polanya yang terletak di sekitar hutan atau di lahan-lahan perbukitan bekas hutan yang masih berada di dalam kawasan lindung atau kawasan hutan produksi. Luasnya mencapai 14.873 ha atau sekitar 17,40 dari seluruh wilayah. Umumnya berada pada lereng landai hingga sangat curam, sehingga memang relatif sulit untuk lahan budidaya. 48 Gambar 9 Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Cisadane Hulu. 48 49 50 Penggunaan lahan permukiman yang terdapat di sub DAS Cisadane Hulu adalah seluas 9.938 ha merupakan permukiman jarang, dan 1.239 ha merupakan permukiman padat. Penggunaan lahan permukiman umumnya terdapat di bagian hilir, tengah dan sebagian kecil hulu. Permukiman padat umumnya terdapat pada lereng datar hingga landai, sedangkan permukiman jarang tersebar pada lahan dengan kelas lereng datar sampai agak curam. Ada pula sebagian kecil yang berada pada kelas curam dan sangat curam seperti yang terdapat di lereng bawah Gunung Salak dan Gunung Pangrango. Kerapatannya semakin ke arah timur semakin tinggi, hal ini disebabkan karena semakin mendekati pusat kota yaitu Kota Bogor. Umumnya pola permukiman yang terbentuk memanjang mengikuti jalur jalan. Tabel 9 Luas penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lerengnya Penggunaan Lahan Kemiringan Lereng 0 - 8 8 - 15 15 - 25 25 - 40 40 Hutan - 87 1.520 4.613 9.415 Ladang 115 1.776 2.082 2.143 578 Lahan Terbuka - 30 12 69 54 Padang Rumput - 216 31 2 - Perkebunan Campuran 101 3.624 3.598 2.882 675 Perkebunan Kelapa Sawit - 164 - - - Perkebunan Teh - 51 1.048 306 57 Permukiman Jarang 729 6.798 1.811 547 52 Permukiman Padat 331 896 11 - - Sawah Irigasi 1.697 13.333 4.710 3.049 674 SemakBelukar 36 2.342 3.508 5.113 3.873 Tubuh Air 40 282 168 204 25 Lahan yang digunakan untuk perkebunan campuran menempati sekitar 12,73 dari luas seluruh sub DAS atau seluas 10.880 ha. Perkebunan campuran umumnya berada pada lahan dengan kemiringan lereng datar hingga curam. Jenis pepohonan yang banyak ditanam adalah pohon penghasil buah di antaranya manggis, mangga, durian, pisang atau melinjo, dan penghasil kayu misalnya mahoni, manii afrika dan sengon. Di banyak tempat masih ditemui pohon cengkeh hasil penanaman dua dasawarsa tahun yang lalu. Perkebunan campuran